Pengertian Dan Fungsi Konsumsi Keynes
Keynes pada tahun 1930-an menciptakan tiga perkiraan ihwal teori konsumsi. Pertama, dia berpendapat bahwa kecenderungan memakan marjinal (marginal propersity to consume) ialah jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar perhiasan adalah antara nol dan satu. Asumsi ini menerangkan pada saat pendapatan seseorang kian tinggi maka makin tinggi pula konsumsi dan tabungannya.
Teori keynes kedua ialah rasio konsumsi terhadap pemasukan, yang disebut kecenderungan memakan rata-rata (average propensity to consume) turun dikala pemasukan naik. Menurut keynes, proporsi simpanan orang kaya lebih besar daripada orang miskin. Jika diurutkan dari orang sungguh miskin sampai kaya akan terlihat proporsi simpanan kepada pendapatan yang kian meningkat.
Terakhir, pendapatan ialah determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting. Ini berbeda dengan ekonom klasik yang beranggapan semakin tinggi tingkat suku bunga maka akan mendorong tingkat tabungan dan meminimalisir konsumsi.
Secara matematis, ketiga fungsi konsumsi Keynes dapat dituliskan sebagai berikut:
, , 0 < c < 1
C yaitu konsumsi, Y ialah pendapatan disposibel, yakni konstanta, dan c yakni kecenderungan konsumsi marjinal.
Teori Konsumsi Kuznets
Teori ini merupakan bentuk anomali dari teori fungsi konsumsi Keynes. Anomali tersebut berhubungan dengan prasangka Keynes wacana kecenderungan memakan rata-rata turun bila pendapatan naik. Anomali pertama disebutkan secular stagnation adalah keadaan depresiasi yang berkepanjangan hingga ada kebijakan fiskal yang menggeser/memaksimalkan ajakan agregat.Keadaan ini terjadi pada saat setelah perang dunia kedua dimana tidak terjadi frustasi padahal pemasukan masyarakat sesudah perang meningkat.
Anomali kedua dikemukakan oleh Simon Kuznets yang meneliti data konsumsi dan pendapatan. Dalam penelitiannya didapatkan rasio antara konsumsi dengan pemasukan ternyata stabil dari dekade ke dekade, meskipun sudah terjadi kenaikan pendapatan. Kedua anomali tersebut membuktikan fungsi konsumsi Keynesian berlaku untuk data rumah tangga atau jangka pendek, sedangkan jangka panjang fungsi konsumsi condong bersifat konstan.
Teori Konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup (life cycle hypothesis)
Ando, Brumberg, dan Modigliani (kala 18) memiliki hipotesis bahwa aspek sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi contoh konsumsi orang tersebut. Mereka membagi tiga bab pola konsumsi menurut umur seseorang seperti pada grafik dibawah ini.
Grafik Siklus Hidup
Bagian I yakni umur0 hingga dengan t0 seseorang mengalami dissaving dimana orang tersebut belum memiliki pemasukan akan tetapi beliau perlu konsumsi. Umur t0 hingga t1, orang masih melaksanakan dissaving karena konsumsi yang lebih besar ketimbang pendapatan. Bagian II ialah umur t1 hingga dengan t2 seseorang mengalami saving dimana pemasukan lebih besar dibandingkan dengan konsumsi. Untuk bab III adalah umur t2 dimana orang kembali melaksanakan dissaving. Ia tidak cukup lagi menghasilkan pemasukan yang cukup untuk menutupi pengeluaran.
Fungsi konsumsi dari teori ini adalah
C = aW
a yakni MPC yang nilainya tergantung dari umur, selera, dan tingkat bunga, sedangkan W dipengaruhi oleh nilai sekarang penghasilan dari kekayaan, nilai sekarang penghasilan dari balas jasa kerja, dan nilai kini penghasilan dari upah yang dibutuhkan diterima seumur hidup.
Secara spesifik fungsi konsumsinya selaku berikut:
Di mana C yakni pengeluaran konsumsi, a ialah MPC, A yaitu kekayaan, YL yakni penghasilan dari kerja, YLE yaitu penghasilan yang dibutuhkan seumur hidup semenjak tahun ini, dan T adalah sisa umur seseorang dihitung dari ketika ini
Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen (permanent income hypothesis)
M Friedman (1957) menjelaskan perilaku konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan permanen. Dalam hipotesisnya, pendapatan masyarakat mampu dibedakan menjadi dua adalah pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen yaitu pendapatan yang diperlukan orang untuk terus bertahan dimasa depan. Pendapatan sementara (pendapatan transitoris) yaitu bagian pemasukan yang tidak dibutuhkan terus bertahan. Nilai pendapatan ini kadang faktual dan kadang negatif.
Ukuran pendapatan sendiri merupakan penjumlahan dan pemasukan permanen dan pemasukan sementara atau secara matematis ditulis:
Y = Yp + Yt
Dimana Y ialah pendapatan yang terukur, Yp ialah pemasukan permanen, dan Yt yaitu pendapatan sementara.
Untuk itu, Friedman beralasan bahwa konsumsi semestinya tergantung pada pendapatan permanen alasannya adalah pelanggan menggunakan tabungan dan pinjaman untuk melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pemasukan sementara. Makara fungsi konsumsi berdasarkan Friedman adalah sebagai berikut:
C=αYP
Dimana α ialah konstanta yang mengukur bab pemasukan permanen yang dikonsumsi.
Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif (relative income hypothesis)
James Duesenberry mengemukakan wacana teori konsumsi dengan hipotesis pemasukan relatif dengan menggunakan dua perkiraan, yakni :
1. Selera suatu rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dijalankan oleh orang sekitarnya (tetangganya).
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, teladan pengeluaran seseorang pada dikala penghasilan naik berlawanan dengan contoh pengeluaran pada dikala penghasilan mengalami penurunan.
Kedua asumsi tersebut menjadi dasar Duesenberry dalam merumuskan teori konsumsi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Fungsi jangka panjang Deusenberry memakai perkiraan pertama, dimana konsumsi seseorang sungguh dipengaruhi contoh konsumsi masyarakat sekitar. Akibatnya dalam jangka panjang, kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengganti distribusi penghasilan seluruh penduduk .
Deusenberry menggunakan asumsi kedua dalam menurunkan fungsi konsumsi jangka pendek. Menurutnya, besarnya konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan tertinggi yang pernah diperoleh. Proporsi peningkatan pengeluaran konsumsi pada saat penghasilan naik lebih besar nilainya dibandingkan proporsi penurunan pengeluaran konsumsi pada dikala penghasilan turun.
Model Pilihan-Antar Waktu Fisher (Fisher’s versi intertemporal choice)
Model opsi antar waktu diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher mengevaluasi tentang seberapa rasional para konsumen dalam menciptakan pilihan antar waktu (melaksanakan opsi dalam kurun waktu yang berlainan. Apabila kian banyak yang ia konsumsi ketika ini, maka akan kian sedikit yang mampu dia konsumsi di era yang hendak datang. Model ini menyaksikan hambatan-halangan yang dihadapi oleh pelanggan dan bagaimana mereka menentukan antara konsumsi dan simpanan.
Dalam teorinya, Fisher menjabarkannya beberapa hal perihal konsumsi seseorang. Adapun penjabarannya tersebut: pertama, konsumen mesti memilih variasi dibawah garis budget. Kedua, pelanggan akan menentukan variasi konsumsi yang dikehendaki disepanjang kurva indiferen. Ketiga, konsumen akan berupaya meraih tingkat kurva indiferen yang setinggi-tingginya, yaitu mencapai kondisi optimum. Keempat, pelanggan akan memaksimalkan tingkat konsumsinya jikalau pendapatannya juga meningkat, Kelima, perubahan suku bunga riil membuat perubahan variasi konsumsi. Yang terakhir, meminjam dan menabung akan mensugesti konsumsi ketika ini maupun yang akan tiba.