Pemahaman Dan Analisis Faedah Dan Nilai Tambah

Pengertian dan Analisis Manfaat dan Nilai Tambah
Pengertiaan manfaat dan nilai tambah mungkin dua hal yang tidak mampu dibedakan, namun demikian dalam analisis ini, pemahaman keduanya dibedakan menurut definisi sebagai berikut. Pengertian peningkatan manfaat yaitu bahwa ternak hadiah sebagai makluk biologis mampu a). berfungsi  mengubah hasil tumbuhan yang tidak berfaedah bagi manusia menjadi berguna dan b). hasil ternak kado selain daging  yang selama ini tidak memiliki kegunaan  mampu dimanfaatkan. Sedangkan pengertian peningkatan nilai tambah yaitu seluruh produk asal ternak baik kuliner dan bukan masakan yang lalu diolah menjadi produk gres sehingga mempunyai nilai lebih tinggi. 
Gambar 1 memperlihatkan hubungan keterkatian perjuangan ternak hadiah baik ke belakang maupun ke depan. Gambar 1 tersebut memperlihatkan citra biasa bagaimana manfaat dan kenaikan nilai tambah yang sebaiknya dapat diperoleh dari perjuangan ternak kado. Sehingga Gambar 1 tersebut dapat dijadikan bingkai untuk analisis wacana faedah dan peningkatan nilai tambah. Analisis dijalankan dengan memperlakukan Gambar 1 selaku bingkai yang seharusya sedangkan kondisi kasatmata ialah bingkai yang sudah telah terjadi.  Perbedaan kedua bingkai ini merupakan evaluasi analisis kepada kinerja ternak hadiah secara keseluruhan.
Pengertian dan Analisis Manfaat dan Nilai Tambah Pengertian dan Analisis Manfaat dan Nilai Tambah

Gambar 1. Pohon Industri Produksi Agribisnis Kado
       Sumber: Hasil pembuatan data dan gambar dari banyak sekali sumber antara lain BPS (2004),  Dwiyanto (2005) dan Annex   (1990),                      



Pendekatan Agribisnis Wilayah (AW)
Usahaternak hadiah mempunyai karaterisitk antara lain senantiasa diusahakan oleh peternak rakyat dalam sebuah wilayah tertentu di mana bikinan flora pangan memainkan tugas penting (Devendra, 1993). Dalam daerah ini peternak  bergerombol dan membentuk kelompok-golongan informal. Kelompok informal ini telah ada sejak puluhan tahun yang kemudian dan tetap eksis selama faktor sosial budaya dan lingkungan menunjukkan dukungan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perjuangan ternak hadiah ialah bagian dari sumber pemasukan rumah-tangga yang tidak mempunyai argumentasi untuk dikomersialisasikan. Beberapa penyebabnya yaitu:bahwa  petani harus memanfaatkan seluruh resource yang dimilikinya dengan membangun diversifikasi perjuangan untuk meraih kecukupan pendapatan. Selain itu, biaya bikinan dan investasi ternak hadiah dalam bentuk tunai mendekati angka nol, walaupun peran tenaga kerja keluarga relatif besar. Dengan kata lain, petani berupaya menggunakan seluruh sumberdaya yang dimilikinya untuk mendapatkan sejumlah pekerjaan. Petani beropini bahwa jikalau seluruh sumberdaya telah dipakai ia akan menerima pemasukan maksimum.
Pola atau tata cara buatan hadiah semacam itu dapat dikatakan sebagai suatu kearifan lokal dalam bentuk kelembagaan tradisional yang mestinya dapat menjadi media pengembangan kado. Kearifan lokal ini perlu menerima sentuhan kebijakan yang berakal untuk mencapai perubahan tatanan dengan mempertahankan kearifan setempat tersebut. Atas dasar itu, perlu ada pengertian bagaimana bahu-membahu agribisnis dalam sebuah kawasan padat ternak kado berjalan atau bagaimana sesungguhnya kekerabatan struktural bikinan kado terhadap agribisnis lain dalam kawasan itu terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam, input dasar dan input intermediate. Pendekatan agribisnis kawasan bermaksud mengidentifikasi kemungkinan mamadukan seluruh agribisnis banyak sekali komoditas yang terdapat dalam daerah tersebut dengan basis ternak kado  hingga terjadi relasi berlandaskan ekosystem yang menguntungkan. Metoda inilah yang disebut dengan pendekatan agribisnis daerah (AW).
Analisis SWOT (Anonym, 1999) tak lain yaitu melakukan evaluasi perusahaan baik yang telah dikembangkan atau yang hendak dikembangkan. SWOT yakni abreviasi dari Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud adalah kawasan pengembangan agribisnis berbasis kado.  Analisis SWOT biasa digunakan dalam menganalisa atau mengaudit kondisi suatu perjuangan utuk menjawab pertanyaan kebijakan apa yang mesti dikerjakan untuk meningkatkan perjuangan. Audit dijalankan kepada aspek internal dan ekternal perusahaan. Faktor internal agribisnis terdiri atas Kekuatan (S), Kelemahan (W) sedangkan faktor eksternal terdiri atas Peluang (O) dan Ancaman (T). Analisis SWOT dibutuhkan dalam kerangka membuat rumusan kebijakan AW. Dengan demikian pendekatan SWOT melengkapi pendekatan AW.
Tujuan audit SWOT yaitu memutuskan posisi perusahaan dalam diagram yang tampakpada Gambar 2.  Sekali dikenali posisi tersebut maka dengan gampang dapat dirumuskan kebijakan yang dibutuhkan, selaku berikut (Bradford et al. 2001).
  1. Strategi  S-O:    AW berada dalam areal kemajuan. Perlu dijalankan usaha-perjuangan mengejar kesempatan-peluang yang terbuka dengan kekuatan yang dimiliki.
  2. Strategi W-O:        AW memiliki peluang besar namun beliau berada dalam keadaan lemah. Karena itu taktik yang dilaksanakan yakni membereskan kelemahan faktor internal.
  3. Strategi S-T:  AW berada dalam ancaman sekalipun usaha mempunyai kekuatan. Karena itu taktik yang dibutuhkan yaitu melakukan kenali cara-cara bagaimana perusahaan dapat menggunakan kekuatannya untuk menghemat bahaya eksternal.
  4. Strategi W-T:  AW berada dalam keadaan survival, ialah bertahan untuk hidup. Strategi yang diharapkan untuk menyelamatkan AW yakni menangkal kekurangan-kelemahan AW dari bahaya tinggi faktor eksternal.        
Perencanaan Sampling                    
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi analisis tidak terlepas dari pendekatan duduk perkara  sebagaimana dibahas dalam kerangka pemikiran. Pendekatan ini menuntut sebuah wilayah yang memiliki ciri-ciri selaku padat populasi kado rakyat, ialah pusat buatan butir-butiran palawija, hijauan masakan ternak dan sayur-sayuran serta kacang-kacangan, berada dekat dengan  sentra-sentra konsumsi dan terdapat industri yang terkait dengan hadiah. Lokasi yang dipilih berdasarkan justifikasi tersebut di atas yakni Jawa Barat dan Jawa Timur.  Kedua provinsi contoh ini merupakan sentra bikinan kado. Kecamatan terpilih sebagai daerah yang dipelajari dari kedua propinsi ini yakni yaitu Ciamis, Garut, Sukabumi dan Sumedang (Jabar); Majalengka, Bojongero, Malang  (Jatim).
Pemilihan Responden.
Sesuai dengan metoda pendekatan duduk perkara maka struktur responden menyebar luas berdasarkan simpul-simpul analisis yang tercantum pada Gambar 1. Lebih konkrit sebaran jenis responden ialah sebagai berikut a) peternak kado, petani palawija dan sayur-sayuran (hortikultura)  dan kelembagaan Bagi Hasil dan Kemitraan, b) pedagang  besar dan desa dan c industri. Namun demikian seluruh responden diusahakan berada dalam satu daerah penelitian.
Data dan Analisis Data
Data dan kerangka analisis dilakukan sesuai dengan fokus utama analisis yaitu bagaimana pilihan kebijakan pengembangan AW untuk tujuan meningkatkan faedah dan nilai tambah ternak kado. Rincian data analisis yakni selaku berikut.
Analisis Agribisnis Wilayah
Data yang dikumpulkan ialah berita seluruh subsistem agribisnis hadiah mencakup subsistem budidaya, pengadaan sarana produksi, penjualan hasil, pembuatan dan kelembagaan peternakan.  Data yang dikumpulkan adalah data teknis dan sosial ekonomi budidaya, rantai pengadaan input terutama hmt, bentuk dan tata cara pasar, penanganan pasca panen, keratan hubungan bikinan dengan industri  yang memakai materi baku ternak kado dan kelembagaan yang berkembang. Data dianalisis secara diskrptif, sebab sebagian besar data dan isu yang dikumpulkan bersifat kualitatif.
Analisis Pasca Panen dan Pohon Indutri
Data yang dikumpulkan yaitu gosip kualitatif yang memberi skema pemanfaatan seluruh hasil yang mampu diberikan oleh ternak kado untuk keperluan industri. Analisis data menggunakan Gambar 1 selaku bingkai ideal dalam menciptakan sketsa fakta di lapang.  Jika hasil sketsa memberikan keadaan yang sama dengan Gambar 1 maka dibilang bawa hasil ternak hadiah telah dimanfaatkan secara sarat . Jika belum sesuai maka perlu dirumuskan penyebabnya dan jalan keluar bagaimana pilihan kebijakan untuk meraih keadaan ideal pada Gambar 1 tersebut.
Analisis Kebijakan Pengembangan AW
Pendekatan audit  SWOT akan digunakan untuk analisis kebijakan pengembangan. Untuk kebutuhan ini dikumpulkan data wilayah observasi yang diperlakukan sebagai suatu perusahaan, dengan Dinas Peternakan/Aparat Desa/Aparat Camat selaku manajer pengurus. Data yang digunakan untuk analisis ini yakni hasil pengolahan dari tujuan 1 dan 2.  Pelaksanaan audit internal dan ekternal dengan metoda  SWOT dengan terlebih dulu menawarkan bobot hirarki kepentingan kepada setiap variabel dan subvariabel. Pemberian bobot tentu bersifat subjektif namun berdasarkan justifikasi andal dan menurut pertolongan data.  Kerangka analisis SWOT ialah sebagai berikut.
1. Penilaian aspek internal
Penilaian faktor internal dijalankan kepada 5 aspek adalah SDA (Sumberdaya Alam), SDM (Sumberdaya Manusia), BB (Ketersediaan Bahan Baku), MT (Manejemn dan Teknologi) dan PR (Profitabilitas). Kelima aspek ini memiliki peran dan kepentingan yang berlainan, sebab itu dalam penilaian perlu diberi perbedaan bobot. Besar bobot  dikerjakan secara subjektivitas tetapi dengan derma isu dan fakta di lapang. Pemberian bobot adalah sebagai berikut:
  1.  Faktor SDA menerima bobot 25 persen. Dasar pertimbangannya yaitu aspek lahan, air dan lingkungan ialah keputusan permulaan yang sungguh memilih keberhasilan usaha. Faktor SDA dibagi atas beberapa bagian yakni kesesuaian lingkungan (kepadatan masyarakatdan kerusakan lingkungan), ketersediaan lahan (untuk penggembalaan dan penanaman hmt) dan ketersediaan air (bagi masyarakatdan ternak).
  2. Faktor SDM mendapat bobot 20 persen.  Faktor ini memiliki kepentingan kedua sesudah SDA yaitu sebagai pengelola usaha secara langsung. Faktor SDM ini diberlakukan bagi peternak yang ada. Faktor SDM dibagi atas beberapa bagian ialah  pendidikan peternak,  pengalaman peternak dan kesanggupan berafiliasi dengan pasar (tergantung atau  bebas)
  3.  Faktor BB menerima bobot 20 persen. Ketersediaan bahan baku ialah syarat utama dalam proses bikinan. Ketersediaan  BB perlu untuk menjamin usaha dapat berlangsung dengan stabil dan usang. Faktor BB dibagi atas beberapa unsur evaluasi yakni ketersediaan dan kemudahan menerima BB pada ekspresi dominan hujan, ketersediaan dan kemudahan menerima BB pada trend kering dan  akses mendapatkan BB dari daerah lain.
  4. Faktor MT menerima bobot 10 persen. Bobot ini relatif rendah sebab bentuk perjuangan tradisional, di mana MT memiliki tugas yang kecil. MT akan memiliki tugas yang lebih besar bila agribisnis sudah berjalan pada garis pertumbuhan. Pada tahap keadaan sekarang, perjuangan ternak hadiah lebih condong pada pembenahan untuk meraih garis perkembangan tersebut. Faktor BB dibagi atas beberapa bagian penilaian adalah  ukuran skala perjuangan, contoh budidaya (intensif, semi intensif dan ekstensif) dan  sifat ekonomi bibit ternak  
  5. Bobot PR diberi 25 persen. Pemberian bobot untuk Profitabilitas relatif tinggi alasannya adalah merupakan syarat utama bagi pengembangan agribisnis daerah dengan harapan para peternak bersedia melaksanakan usaha secara komersil sekalipun dalam skala kecil.  Faktor PR dibagi atas beberapa bagian penilaian ialah keuntungan finansial (B/C rasio, NPV, IRR), keuntungan ekonomi (Kesempatan kerja) dan pengaruh  Peraturan Pemerintah Daerah
  Daftar Istilah Lazim Yang Jarang Diketahui Singkatannya
Penilaian setiap aspek internal bermaksud untuk mengetahui apakah sebuah faktor mempunyai tingkat S/W yang tinggi, sedang atau rendah.  Katagori tinggi mewakili keadaan  tingkat kempurna, sedangkan katagori sedang mewakili keadaan agak tepat dan katagori rendah mewakili kondisi tidak tepat. Untuk membedakan ketiga keadaan itu, diperlukan pertolongan nilai antara 1-10 dengan rincian selaku berikut: a. Nilai tepat antara 8-10, b. Nilai sedang antara 6-7 dan c. Nilai rendah antara 1-5. Nilai tamat diperoleh dengan meminimalkan nilai S terhadap W. 

2. Penilaian Faktor Ekternal OT
Penilaian faktor eksternal dalam SWOT dijalankan terhadap 5 faktor ialah  PP (Permintaan Pasar), ALF (Akses Terhadap Lembaga Keuangan), PD (Persaingan Pasar Domestik),  PI (Permintaan Industri) dan PP (Peraturan Pemerintah Pusat) . Kelima faktor ini memiliki peran dan kepentingan yang berlainan, alasannya itu dalam penilaian perlu diberi bobot. Pemberian bobot menurut justifikasi andal tetapi ditunjang oleh data dan gosip yang ada. Nilai bobot untuk kelima aspek tersebut yakni sebagai berikut:
  1. Faktor PP mendapat 30 persen. Dasar pertimbangannya yaitu aspek permintaan seperti kebutuhan, selera, dan sifat komoditas dan sebagainya sungguh memilih kesuksesan usaha. Faktor PP dibagi atas tiga komponen penilaian ialah Permintaan Pasar Domestik dan Permintaan Pasar Dunia Untuk Konsumsi.
  2. Faktor ALF mendapat bobot 20 persen.  Dalam hal ini yakni posisi pemerintah terhadap ALF, sebab pemerintah ialah penjamin dana kepada perjuangan rakyat. Dengan demikian peran aspek ini relatif tinggi. Faktor ALF dibagi atas  tiga bagian penilaian yakni kesanggupan akses pada Bank, kesanggupan atas Dana Sendiri dan susukan melaksanakan Kerjasama/Kemitraan.
  3. Faktor PD menerima bobot 15 persen. Persaingan pasar domestik dinilai memiliki bobot relatif rendah, karena sifat pasar produk kambing yang relatif luas. Faktor PD dibagi atas dua unsur penilaian ialah Bentuk Pasar pada sentra Konsumsi dan Jumlah Wilayah Agribisnis Penghasil
  4. Faktor PI menerima bobot 25 persen. Bobot ini relatif tinggi karena terkait dengan peningkatan nilai tambah. Faktor PI dibagi atas tiga komponen penilaian adalah Undang-Undang/Peraturan Nasional, Kebijakan Tarif Impor dan ekspor  dan Pengawasan Penyakit Hewan Nasional
  Pengertian Web Statis
Penilaian setiap faktor eksternal bertujuan untuk mengenali apakah suatu aspek memiliki tingkat O/T yang tinggi, sedang atau rendah.  Kategori tinggi mewakili keadaan  tingkat kesempurnaan, sedangkan katagori rendah mewakili kondisi agak tepat sedangkan kategori rendah mewakili keadaan tidak tepat. Sistem scoring sama dengan  evaluasi falktor internal. Nilai final diperoleh dengan mengurangi nilai O terhadap T. 
Pada tahap selesai adalah menentukan titik kordinat AW dengan memadukan titik koordinat OT dipadukan dengan nilai kordinat SW. Dengan perpaduan titik terbut dapat diputuskan AW berada pada diagram mana dalam diagram Cartesian. Sekali mampu ditentukan bidang kuadran AW maka mampu diputuskan sterategi yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan. AW.