Pasar Baru Daerah Kuliner Di Bandung Tempo Dulu




 pernah menjadi contoh dalam kerapihan mengatur dagangan dan kebersihan bagi pasar Pasar Baru Tempat Kuliner di Bandung Tempo Dulu
Pasar Baru Bandung 1920’an

Pasar Baru  yang terletak di sentra kota, tidak terlampau jauh dari stasion K.A.Bandung, di jaman baheula menjadi pangkalan manusia kalong yang suka begadang malam. 

Pasar Baru buka secara non stop 24 jam. Segala jenis kuliner mentah maupun matang ada di situ. Pasar yang tak pernah tidur itu, tersadar kebersihannya dan keamanannya berkat pengawalan Tuan Van Broeks yang galak. Belanda totok berwajah merah, adalah Kepala Pasar yang sangat dipatuhi oleh para pedagang.

Sehingga Pasar Baru pada Voor de Oorlog (periode sebelum perang), pernah menjadi teladan dalam kerapihan mengontrol dagangan dan kebersihan bagi pasar-pasar induk lainnya di Pulau Jawa.

Penjual makanan tempo dahulu 

Buat mereka yang suka mengudap jajan makanan, Pasar Baru tempo dulu sanggup memuaskan selera.

Lewat penuturan Pak Suka mampu diketahui bursa masakan tempo doeloe itu.

Soto, yang dua sen semangkok itu, telah terkepung krupuk Cikoneng, ya besar ya tebal. Sate sepuluh tusuk masih mampu ditawar sampai delapan sen. Kalau barang jualan lagi sepi tiga benggol pun jadilah.

Sedangkan nasi, harganya lima sen sepiring sudah tumpah ruah kuahnya. Beli nasi putih saja, mampu gratis disiram gulai tempe pakai cabe yang terasa serehnya. Atau mau pilih sayur kentang pakai irisan tahu yang tercium bacin petenya, itu pun boleh. Lonjoran cabe hijau dibumbu besengek bisa juga mengantar nasi melalui tenggorokan. Ini pun masih ditambah sekerat daging empal yang disayat miring disiram kuah mabek kelewek. Berbagai macam sayur ditampung dalam baskom besar, diciduk dengan ciduk kaleng gagang bambu.

Konon termasuk royal, orang minta nasi saja dan memilih lauknya sendiri.
Tinggal ambil asal bayar : telor asin, goreng ikan mas yang tidak dikeluarkan isi perutnya agar kelihatan kembung, goreng belut dan ikan tawes, dendeng, telor mata sapi dibumbu bali, tahu tempe dan semur jengkol bagi yang suka.
  
Di ujung batang pikulan menjurai ikatan daun lalab dan rebus/bakar pete yang harganya sebenggol sepapan.

Yang lucu pedagang jual tomat. Mekipun mata terpejam, tidur-tidur ayam, tapi tangan tetap mengelus-elus tomat dagangannya dengan sehelai sapu tangan, biar mengkilap mempesona mata pembeli. 


Lain lagi dengan tukang jualan buah mangga, yang sibuk memupur kapur dagangannya, agar nampak mirip matang di pohon.

Begitulah gambaran kehidupan malam di Pasar Baru Bandung baheula (tempo dulu), yang selalu begadang.

Kaprikornus buat musafir kelana yang kemalaman di Bandung pada jaman dahulu, mereka tak perlu kuatir kelaparan. Mereka mampu mampir ke Pasar gres atau masuk Feestterrein (Taman Hiburan Rakyat) di alun-alun Bandung yang menghidangkan segala macam hiburan dan masakan semalam suntuk. Sumber : Wajah Bandung Tempo Doeloe – Haryoto Kunto