Pantun Agama Islam

Pantun agama Islam yakni pantun berisi nilai-nilai, fatwa, maupun saran yang bersumber dari Islam.

Pantun Melayu bersahabat kaitannya dengan Islam. Bangsa Melayu menggunakan pantun sebagai fasilitas dakwah.

Berikut teladan pantun agama Islam.

Hari petang semakin kelam,
perahu kecil laju di sungai.
Di dunia daerah bertanam,
alam baka jua daerah menuai.

Hujan datang guntur mendera,
usang turun tiada reda.
Hidup di dunia sementara,
jangan pula hati tergoda.

Emas permata jadikan kalung,
besi renta dibentuk parang.
Malam hari coba merenung,
usia terkikis amalan kurang.

Layu sudah bunga melati,
bunga harum berguguran.
Ujung hidup yaitu mati,
sehabis mati ada penghisaban.

Walau genta berdentingan,
jangan dia dikalungkan.
Walau cinta sedalam lautan,
dunia ini niscaya ditinggalkan.

Belang belang badan rusa,
mengintai mata si pemangsa.
Akan tiba satu kurun,
menghadap Allah Maha Esa.

Koleksi Pantun Agama Islam Yang Sangat Indah

Betapa banyak jenis pantun: pantun kiasan, pantun jenaka, pantun anjuran . Termasuk pantun agama.

Pantun agama Islam di bawah ini memiliki rima yang sangat indah. Begitu pula dengan isi serta maknanya.

Manis rasanya kue talam,
makan sedikit di tepi kolam.
Bersimpuh di final malam,
sujud terhadap-Nya dalam-dalam.

Cerita usang Pandawa Lima,
cuma cerita rekaan saja.
Nikmat di dunia tiada lama,
mata tertutup hilang semua.

Alam ini banyak tanda,
perihal Allah Maha Rahmah.
Berbakti kepada Ayah Bunda,
doa mereka membawa berkah.

Kakek bau tanah giginya ompong,
waktu muda makan manisan.
Rendah hati jauhkan arogan,
dicintai Allah diminati insan.

Badai badai sering melanda,
baju baru di hari raya.
Indah dunia memang menggoda,
jangan engkau terpedaya.

  18 Pantun Agama Anak-Anak

Biar hitam warna arang,
masak kue jangan ditangguhkan .
Biarlah miskin dikata orang,
asalkan keyakinan menancap di dada.

Dalam kolam ikan indah,
menatap ikan dari ayunan.
Ikhlas dalam segala ibadah,
damai jua yang ditemukan.

Pergi jauh membawa bekal,
agar tubuh tak sengsara.
Dunia ini tiada kekal,
cuma persinggahan sementara.

Mawar melati amat selaras,
elok rupanya terlihat terperinci.
Di dunia bersusah payah,
pilar jiwa mesti tulus.

Batu bata dari Jawa,
makan ketupat dengan opornya.
Jual harta serta jiwa,
untuk mendapat nikmat nirwana.

Mari duduk di bawah tiang,
cahaya redup alasannya bayang.
Rugi hidup tak sembahyang,
fikiran khawatir tak pernah hening.