Pandangan Islam Tentang Pembentukan Alam Raya
Sangat mempesona untuk membandingkan rancangan pembentukan alam raya menurut Islam dengan teori yang dikemukakan para hebat kosmologi tamat-akhir ini
Allah menurunkan Al Quran terhadap insan empat belas kurun yang kemudian. Beberapa fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi abad ke-21 ternyata sudah dinyatakan Allah dalam Al Quran empat belas kala yang lalu.
Dalam Al Quran, terdapat banyak bukti yang memberikan info dasar perihal beberapa hal mirip penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa dalam Al Alquran tersebut sesuai dengan temuan modern ilmu wawasan terbaru adalah hal penting, karena keasesuaian ini menegaskan bahwa Al Quran yakni ” firman Allah”.
Al Qur’an surat Fussilat (41:11) yang artinya: ” Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, kemudian Dia berkata kepadanya dan terhadap bumi: ” Datanglah kamu keduanya berdasarkan perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: ”Kami datang dengan suka hati”. Kata asap dalam ayat tersebut menurut para mahir tafsir yaitu ialah kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada tempratur yang tinggi maupun rendah dalam suatu gabungan yang lebih atau kurang stabil.
Salah satu teori perihal terciptanya alam semesta ( teori Big Bang), disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang kemudian mengakibatkan adanya perluasan (pengembangan) alam semesta.Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam suatu titik. Sekarang , mungkin ada di antara kita yang ingin tahu bagaimana Al Alquran menerangkan wacana terbentuknya alam semesta ini. Dalam Al Alquran surat Al-Anbiya (21:30) disebutkan ”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengenali sebenarnya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya.Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” . Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya bahwa matahari ialah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar keliling sumbuhnya sejak berjuta-juta tahun. Dalam proses perputarannya dengan kecepatan tinggi itu, maka terpelantinglah bingkah-bingkahan yang akibatnya menjadi bumi dan beberapa benda angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar menurut garis tengah bulat matahari, semangkin usang semangkin bertambah jauh juga, hingga masing-masingnya menempati garis edarnya yang sekarang. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan terstruktur sampai tenggat waktu yang hanya dimengerti oleh Allah S.W.T
Kemudian Surat Adz Dzaariyaat (51:47) ” Dan langit, dengan kekuasaan Kami,Kami berdiri dan Kami akan memuaikannya selebar-lebarnya”
Teori Ledakan Maha Dahsyat ( Big Bang ) juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara terus menerus dengan kecepatan maha dahsyat yang di umpamakan mengembangnya permukaan balon yang sedang ditiup ,yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini telah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya (21:104) ”(Yaitu) pada hari Kami gulung langit selaku menggulung lembaran – lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu kesepakatan yang niscaya Kami tepati; bekerjsama Kamilah yang mau melaksanakannya”
Dalam surat At-Talaq (65:12) yang artinya: ” Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan mirip itu pulah bumi. Perintah Allah berlaku padanya, biar kau mengenali sebetulnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan bahwasanya Allah ilmunya benar-benar meliputi segala sesuatu” Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa berisikan 7 lapis
Dalam surat Al-Sajda (32:4) yang artinya : ”Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam abad…” . Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada antara keduanya, terdapat dalam surat Fush-Shilat ayat 9,10 dan 12. yang perincian tafsirannya sebagai berikut: Tahapan pertama penciptaan bumi 2 rangkaian waktu, tahapan kedia penyempurnaan pegawanegeri bumi….2 rangkaian waktu, tahap ketiga penciptaan (angkasa raya) dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu. Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 abad.
Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa
Pembentukan alam semesta dalam enam era, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan problem. Sebab, enam era tersebut ditafsirkan berlainan-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh alasannya itu, pembahasan berikut menjajal menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan enam era, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya mampu menerangkan tahapan enam kurun secara kronologis. Urutan kala tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira mampu diuraikan sebagai berikut:
· Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini yakni gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan bubuk (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), berisikan hidrogen. Hidrogen ialah bagian pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen lainnya berkembang menjadi energi berbentukpancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan seimbang dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan bubuk yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bab dalam galaksi, menciptakan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Makara, alam semesta yang kita kenal kini bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).
Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang
Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya
Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya
Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas
· Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit tampakkian tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap selaku galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).
Gambar 2) model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta
Mengembangnya alam semesta sesungguhnya yakni kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan memakai perkiraan efek doppler sederhana, mampu diperkirakan berapa lama alam ini sudah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, memperlihatkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan akhir hayat bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini mampu terus mengembang, atau kemungkinan yang lain akan mengerut.
· Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
Gambar 3) reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menyebabkan malam yang gelap gulita dan siang yang terperinci benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan selaku penciptaan matahari selaku sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama mirip pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua komponen yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, ditarik kesimpulan bahwa Bulan adalah bab Bumi yang terlontar dikala Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi alasannya adalah Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sungguh besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Kaprikornus, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
· Masa IV (ayat 30): permulaan mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan selaku pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kau kafir terhadap yang membuat bumi dalam dua abad dan kau adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu yakni Rabb semesta alam”.
Gambar 4) daratan Pangaea yang ialah asal mula semua daratan di Bumi
· Masa V (ayat 31): pengantaran air ke Bumi melalui komet
Gambar 5) gambaran komet yang membawa bagian hidrogen selaku pembentuk air di Bumi
Dari ayat 31 di atas, mampu diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air dikala mula-mula terbentuk. Makara, ayat ini pertanda evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Makara, darimana hadirnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi dikala atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air bahari, yang serupa dengan rasio pada komet. Deuterium yaitu komponen Hidrogen yang massanya lebih berat ketimbang Hidrogen kebanyakan.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka sehabis air terbentuk, kehidupan pertama berupa flora bersel satu pun mulai timbul di dalam air.
· Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya binatang dan insan
Gambar 6) gunung sebagai pasak Bumi
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk sesudah penciptaan daratan, pembentukan air dan hadirnya flora pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng saat superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses rincian terbentuknya gunung mampu dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian, sehabis gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan kesudahannya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia insan relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III sampai Masa VI, maka empat abad tersebut dapat dikorelasikan dengan empat abad dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan ia membuat di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar masakan-masakan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu selaku balasan) bagi orang-orang yang bertanya”.
Selain surat-surat tersebut di atas masih banyak lagi yang menjelaskan tentang terbentuknya alam raya ini, namun dari yang sudah kami sajikan dalam ringkasan ini terlihat bahwa secara umum proses terciptanya alam raya ini berjalan dalam 6 era dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan juga bahwa terciptanya alam raya ini terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya satu .