Orang Merokok Bisa Menjadi Wali Allah?

Ada-ada saja cara penikmat rokok untuk melegitimasi tindakan yg mereka kerjakan. Entah dgn menyampaikan bahwa jikalau sudah takdirnya mati ya mati, entah merokok atau tidak. Sementara yg lain, ada yg asing lagi dgn mengatakan gara-gara melakukan aktivitas mubadzir mirip merokok itu bisa menjadi Wali Allah.

“Para ulama sebuah organisasi penduduk itu banyak yg merokok, & banyak pula mereka yg menjadi wali-wali Allah. Dan setahu saya para kerabat saya sesama muslim yg berada partai Islam itu rata-rata tak merokok, tetapi sukar didapatkan mereka yg menjadi wali-wali Allah. Mengapa ya?”

Demikian kalimat yg diucapkan seorang pengguna media sosialnya. Heran? Tidak perlu heran, lantaran memang demikian akalnya sudah tertutupi asap rokok. Setiap sudut otaknya menyampaikan “merokok itu tak apa-apa”.

Ada beberapa catatan dr pernyataan untuk hebat hisap di atas.

Pertama, hingga sekarang ini masih ada kekeliruan fatal di tengah penduduk tentang istilah ‘wali’. Padahal wali, mempunyai dua makna yakni orang yg dicintai Allah, & wali yg memiliki arti pemimpin.

Wali-wali di Jawa sebut saja mirip Wali Songo, lebih sempurna dimaknai selaku  wali dlm arti pemimpin. Sebab kenyataannya memang pemimpin, menjabat pemerintahan suatu negara atau wilayah. Dan mereka ialah wali atau gubernur dr kesembilan wilayah tersebut.

Ada pula yg berpendapat bahwa angka sembilan itu bukan mewakili jumlah propinsi atau tempat, tetapi merupakan angka yg memberikan jumlah yg banyak.

Wali Songo itu bukanlah wali dlm arti sebagai tokoh sakti yg mampu terbang, yg kehadirannya bisa di tempat berbeda di waktu yg sama, akan tetapi untuk tokoh pejabat dlm pemerintahan Islam yg berkuasa di kurun ke-13. Kelebihannya, mereka tak cuma memegang kekuasaan namun pula berprofesi utama sebagai penggerak dakwah, ulama & pensyiar Islam.

  Dagang Daging Warkop DKI Reborn dan Wajah Penonton Kita

Kedua, antara wali & merokok pasti sebuah “jaka sembung”, tak ada hubungan. Sebab, wali Allah yakni sosok-sosok yg baik, akalnya sehat, & tahu bahwa tindakan yg tak bermanfaat itu mesti ditinggalkan jauh-jauh karena hanya akan jadi ajang buang-buang umur.

Satu pertanyaan, adakah data statistik yg menyebutkan bahwa dominan para wali Allah yakni perokok?

Melakukan tindakan yg sia-sia sengaja atau tak menganggarkan kepingan isi kepala kita untuk berpikir yg mematikan logika. Merokok contohnya. (Paramuda/Wargamasyarakat]