Orang Belanda Yang Mendalami Kebudayaan Sunda
Karel Frederik Holle, anak sulung dari 5 pria bersaudara dari keluarga Holle, semula yakni pegawai dengan pangkat Komis di Kantor Keresidenan Priangan di Cianjur, sebagai seorang Ambtenaar di Priangan, dia benar-benar menyelami kehidupan rakyat Priangan.
Begitu fasihnya dia menggunakan Bahasa Sunda, sehingga teman-temannya menyampaikan: ” Hij sprak het soendaneese als een soendaneese” ( Dia mengatakan bahasa Sunda seperti layaknya orang Sunda).
Tahun 1857 Karel Frederik Holle ditunjuk oleh Kolonial Belanda sebagai Tuan Kuasa dari Perkebunan Teh di Cikajang, dikaki Gunung Cikuray, Garut(Priangan Timur).
Adik K.F.Holle yang bernama ‘Herman Hendrik Holle’ tak kurang seriusnya menelaah Kebudayaan Sunda. Herman Holle yang sehari-hari memakai sarung dan baju kampret (kemeja khas orang Sunda ),dengan peci kesempitan yang bertengger di atas kepalanya, sering ditemui orang sedang klengsoran di lantai Pendopo Kabupaten Sumedang, sambil menggesek alat musik rebab untuk mendalami musik karawitan Sunda.
Saking tergila-gilanya beliau terhadap alat musik gamelan, sampai seringkali dia lupa untuk beristirahat dan memainkan istrumen dari pukul 8 pagi, sampai larut malam.
Keluarga de Holles sempat melahirkan eksklusif-langsung yang meletakkan perhatian dengan minat besar kepada sejarah, adab kebudayaan,dan bahasa orang-orang pribumi. Sumber: Wajah Bandoeng Tempo Doeloe 1984 – Haryoto Kunto