Saya merasa berdosa bila diam saja dgn langkah-langkah yg dilaksanakan oleh Nusron di acara ILC pekan lalu. Sebagai perjaka yg lahir & besar di komunitas Nahdhatul Ulama, apa yg ditampilkan Nusron yaitu salah satu sebab buruknya gambaran organisasi penduduk yg diresmikan oleh Mbah Kiyai Haji Hasyim Asy’ari. Nusron telah mencoreng NU dgn sungguh telak, meski ia mendaku ‘atas nama kebenaran’. Entah kebenaran model siapa.
Nusron murka-marah. Nada bicaranya tinggi. Jauh dr budbahasa seorang santri yg kalem & santun. Mengawali kalam dgn mengutip ayat al-Qur’an, rupanya mata Nusron makin melotot & sangat aben amarah siapa yg menyaksikannya.
Semakin lama, Nusron kian menjadi-jadi. ia banyak mengutip hadits, yg ternyata salah kutip & salah konteks. Kemudian ia pula menyebut fakta sejarah yg pula salah paham. Betul-betul salah paham. Benar-benar sok terpelajar.
Melihat tingkah Nusron yg tak beradab itu, saya eksklusif mempertimbangkan banyak hal. Betapa malunya sang guru menyaksikan anak santrinya bertingkah selayak ini? Bagaimana respons istri, anak-anak, & keluarga jika ternyata menyaksikan kelakuan suami, ayah, & anggota keluarganya sedemikian ini?
Saya membayangkan; betapa sang guru amat bersedih menyaksikan kelakukan santrinya ini. Begitu pula dgn istri, belum dewasa, & keluarganya. Saya cuma mampu mendoakan, mudah-mudahan para guru & keluarga Nusron diberi kesabaran serta keikhlasan agar selalu mendoakan Nusron. Sungguh, doa guru & keluarga sangatlah mustajab.
Saya percaya, banyak murid dr sang guru yg tak selayak Nusron. Nusron, barangkali cuma telor yg tak menetas dgn baik karena dampak luar yg terlalu keras.
Nusron, di acara ILC tersebut, justru bertutur melebihi kekasaran Koh Ahok yg ucapkan kalimat sungguh keliru seminggu sebelumnya. Jika Koh Ahok bukan Muslim, maka Nusron terang kemuslimannya. Namun, Nusron dgn beraninya mencibir para ulama. Padahal para ulamalah yg mempunyai peran utama dlm memerdekakan negeri ini dr penjajahan.
Ketika menyaksikan ucapan Nusron selama 8 menit yg dipenuhi kesalahan, saya cuma bisa mengelus dada & membaca istighfar sebanyak-banyaknya. Karena orang-orang seperti inilah, NU dicap jelek. Karena Nusron-lah, tatanan kesantunan yg berlaku di negeri ini hancur seketika.
Jujur, saya tak tahu kelakuan Nusron jikalau tak menyaksikan tangisan Ustadz Yusuf Mansur. Melihat tangisan pendiri Darul Qur’an ini, hati saya tergerak. ‘Pasti ada yg tak beres’, bisik saya. Kemudian saya mencari rekaman ILC untuk mengetahui apa yg diucapkan oleh Nusron.
Sengaja, saya tak menyebut ‘Wahid’ di belakang nama ‘Nusron’. Tidak pantas.
Jika ada teman-sobat yg bertemu dgn Nusron, tolong sampaikan pertanyaan saya, “Om Nusron mau dibangkitkan bareng Koh Ahok di Hari Kiamat kelak?”
Wallahu a’lam. [Pirman/wargamasyarakat]