Nyai Roro Kidul, Bunda Maria dan Praktik Paganisme

Sejak zaman purba,  penganut paganisme selalu memuja para dewi,  utamanya Dewa Bumi atau Dewi Bumi.

Ciri paganisme ditandai dgn aneka macam ritual & mitologi dgn gejala atau fenomena yg sama,  misalnya menyembah alam,  menghormati setinggi-tingginya keseimbangan kosmos,  memuja tuhan-dewi, patung-patung,  kekuatan magis, roh leluhur,  animisme, dinamisme, benda keramat,  simbol-simbol keramat & ramalan bintang atau astrologi.

Ciri lain paganisme yakni mantra-mantra,  sesaji,  altar persembahan serta asap-asapan atau dupa atau kemenyan untuk menambah situasi mistis.

Kembali lagi ke paganisme zaman purba. Dewi Bumi digambarkan sebagai sosok dewi yg manis jelita,  melambangkan kesuburan, tanah pertanian yg subur, lambang kesejahteraan,  cinta kasih & kemurahan hati. Orang Jawa antik senantiasa membuat patung Dewi Sri,  untuk disanjung sebagai bentuk syukur saat masa panen datang. Patung Dewi Sri sering diletakkan di sentong atau semacam bilik kamar atau di lumbung penyimpanan padi.

Pada tradisi Kerajaan Mataram di Tanah Jawa,  diandalkan adanya ratu penguasa pantai selatan. Nyai Roro Kidul. Ia digambarkan sebagai seorang dewi yg bagus,  yg memiliki kekuatan magis & berkolaborasi dgn penguasa Raja Mataram dlm memerintah kerajaan.  Setiap orang yg hanyut di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa diyakini sebagai korban atau tumbal dr Nyai untuk dijadikan abdi atau punggawa kerajaan Laut Kidul. Setiap tanggal satu Syuro diadakan program labuhan untuk menghormati Nyai Roro Kidul. Demikian pula nelayan di sepanjang pantai selatan sering mengadakan acara sedekah bahari untuk memberi kurban pada Nyai.

Sementara itu, tradisi Hindu terutama Bali terdapat pemujaan terhadap Dewi Saraswati. Ia diketahui selaku dewi yg anggun jelita,  berilmu pengetahuan,  hikmah & kecerdikan. Pada setiap upacara ritual ditaruh buku-buku pelajaran untuk disucikan di depan patung sang dewi.

Ajaran paganisme ihwal pemujaan dewi sangat besar lengan berkuasa pada dunia Kristen sehingga pada tahun 431 M,  dikala diselenggarakannya Konsili di kota Efesus,  Maria diproklamirkan selaku Bunda Allah. Sejak ketika itu Proklamasi tersebut diterima sebagai sesuatu yg sesuai dgn Bibel & selaku patokan keyakinan mereka.  FYI,  di kota Efesus tersebut bangkit megah suatu kuil untuk memuja Dewi Artemis. Dengan pengangkatan Maria selaku Bunda Allah,  terperinci bahwa telah turun surat keputusan dr hasil Konsili Efesus yg memperlihatkan status  “keilahian” atau ketuhanan Maria. Dengan surat pengangkatan tersebut berubahlah status Maria dr bunda manusia menjadi Bunda Allah. Dengan demikian status keilahian Maria didapat kurang lebih 400 tahun sesudah kematiannya.

Di Sendangsono,  Kulon Progo Yogyakarta dibentuk Gua Maria selaku daerah peziarahan umat Katolik. Demikian pula Sendang Sriningsih di Klaten Jawa Tengah,  di Kediri Jawa Timur,  di NTT,  Timor Leste & yang lain. Tempat-tempat tersebut sering diadakan upacara ritual di gua persembahyangan.

Di Indonesia,  tak kurang terdapat 52 kawasan peziarahan yg bermula dr fenomena penampakan Bunda Maria. Di depan patung Bunda Maria itulah umat Kristen berdoa,  persis mirip yg dilakukan oleh penganut paganisme.

Padahal dlm Injil sendiri mengingatkan pada orang Kristen,  “Anak-Anakku,  waspadalah terhadap segala berhala.” (I Yohannes 5:21).

Terhadap praktik penyembahan terhadap mahluk lain atau penyembahan terhadap Yesus atau Maria ini,  Islam telah mengingatkan dlm pesannya yg termuat dlm Alquran:

Dan (camkan) di saat Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam, adakah ananda mengatakan pada manusia, ‘Jadikanlah gue & ibuku dua orang tuhan selain Allah’? Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku menyampaikan apa yg bukan hakku (mengatakannya). Jika gue pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yg ada pada diriku, & gue tak mengenali apa yg ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yg mistik-mistik.

  Jika Harus Mendoakan Orang Non-Muslim

Aku tak pernah menyampaikan pada mereka kecuali apa yg Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nyayaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku & Tuhan kalian,’ & yakni gue menjadi saksi terhadap mereka, selama gue berada di antara mereka. Maka sehabis Engkau wafatkan aku. Engkaulah yg memantau mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (QS. Almaidah ayat 116-117).

Wallahu a’lam.  [Paramuda/Wargamasyarakat]