Syair perahu merupakan sungguh diketahui . Di dalamnya terdapat banyak sekali nilai etika atau rekomendasi.
Yakni kecerdikan dalam mengarungi kehidupan di dunia.
Inilah beberapa bait dari syair bahtera.
Daftar Isi
1. Syair Perahu karya Hamzah Fansuri
Bait 1
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Bait 2
Wahai muda identifikasi dirimu,
ialah bahtera tamsil hidupmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke alam baka jua kekal hidupmu
Bait 3
Hai muda cerdik-budiman,
hasilkan kemudi dengan fatwa,
alat perahumu jua lakukan,
itulah jalan membetuli manusia.
Bait 4
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
semoga laju perahumu itu
Bait 5
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
pasti sempurna jalan yang kabir.
2. Nilai Moral dan Nasehat Syair Perahu
Nilai sopan santun dan rekomendasi: Syair perahu terdiri dari saran biar insan memperbaiki tujuan hidup biar sampai ke negeri darul baka. Agar sampai perlu juga mempersiapkan bekal, baik mental maupun spiritual alasannya adalah dalam perjalanan ke sana banyak sekali halang rintangan, maupun godaan.
Itulah nilai moral dari keseluruhan bait syair perahu di atas.
Syair perahu ialah syair keagamaan, di mana isinya ialah wejangan supaya manusia memperhatikan siapa dirinya, hendak kemana maksudnya, dan bagaimana bekal biar hingga ke tujuan yang sebetulnya.
3. Nasehat Per Bait
Nasehat Bait 1
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli telah
Bait 1 syair perahu terdiri dari nasehat ihwal jalan dan cara hidup, dari dunia pindah ke alam baka, dan merupakan rekomendasi dalam memperbaiki i’tiqad, yakni niat.
Nasehat Bait 2
Wahai muda kenali dirimu,
ialah bahtera tamsil hidupmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke alam baka jua baka hidupmu
Nasehat yang disampaikan padai bait 2 ada beberapa hal:
- semoga manusia mengetahui siapa dirinya, yakni sebagai hamba Allah.
- badan kita bagaikan perahu, yang merupakan alat untuk kita naiki supaya sampai ke tujuan.
- saran bahwa hidup ini sungguh singkat, tidak akan usang hidup di dunia.
- klarifikasi bahwa hidup ini pada hasilnya akan kembali ke akhirat yang awet infinit.
Nasehat Bait 3
Hai muda terpelajar-budiman,
hasilkan kemudi dengan aliran,
alat perahumu jua lakukan,
itulah jalan membetuli manusia.
Nilai susila ada bait ke-3 dari Syair Perahu adalah agar kita memiliki pemikiran dalam hidup agar tidak melenceng dari tujuan. Dan memiliki bekal jasmani supaya sehat badan.
Intinya jangan cuma mementingkan rohani atau jasmani saja. Tetapi mesti punya bekal untuk kedua-duanya.
Nasehat Bait 4
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Nilai akhlak yang terkandung pada bait ke-4 adalah semoga kita meningkatkan dogma dan amal sholeh dan meninggalkan dunia (zuhud) yang merupakan wasilah untuk mencapai darul baka. Dengan dua hal tadi, maka akan makin cepat kita sampai ke derajat tinggi di darul baka.
Nasehat Bait 5
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
pasti tepat jalan yang kabir.
Nasehat yang terdapat pada bait ke-5 ialah bila telah beriman dan bederma shaleh, maka tambahkan doa dan tawakal sehingga Allah mempercepat hamba dalam meraih tujuan akhiratnya.
Selain itu ambilah dunia seperlunya saja, sekedar untuk bekal hidup.
Apabila semua itu dikerjakan, maka cukuplah bekal dalam perjalanan menempuh jalan yang kabir, adalah jalan ibadah dalam kehidupan ini.
4. Biografi Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri ialah penyair sungguh terkenal di Nusantara. Beliau diperkirakan hidup pada periode ke-16.
Para ahli sendiri memperselisihkan darimana beliau berasal. Ada yang menyampaikan dari Barus, Sumatera Utara.
Ada pula yang menyampaikan beliau berasal dari Shahr Nahwi. Dan ada pula yang mengatakan berasal dari Fansur. Oleh sebab itu digelari dengan Fansuri.
Karyanya Syair Perahu sangatlah indah. Menggunakan perumpamaan yang sungguh gampang diketahui.
Oleh karena itu banyak dipakai oleh penduduk di era itu untuk mengajarkan anak-anaknya ihwal kebijaksanaan agama ini.
Orang-orang tua dahulu akan mengajarkan petuah melalui syair-syair yang dibacakan dengan melagukannya.
Hamzah Fansuri melahirkan karya-karya belia di era kesultanan Iskandar Muda Mahkota Alam yang memerintah negeri Aceh dari tahun 1606-1636 M.
5. Karya-Karya Hamzah Fansuri
Asrar al-Arifin (Rahsia Orang yang Bijaksana)
Asrār al-`Ārifīn (Rahsia Sekelian Orang yang Bersuluk)
Sharab al-Asyikin (Minuman Segala Orang yang Berahi)
Zinat al-Muwahidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan).
Syair Si Burung Pingai
Syair Si Burung Pungguk
Syair Sidang Fakir
Syair Dagang
Syair Perahu
Al-Muntahī
Di antara karya-karya di atas, Syair Perahulah yang paling kenal oleh penduduk .
Terutama penduduk Melayu. Baik yang berdiam di Malayasia maupun Indonesia.
Syair Perahu merupakan salah satu syair panjang.
Apabila diteliti satu per satu dari baitnya, maka kita dapatkan bahwa sebenarnya Syair Perahu yaitu wejangan bagaimana supaya seseorang kuat dalam mengarungi lautan kehidupan.
Yang tujuan kesannya yaitu alam baka.
Di sana diceritakan pula akan banyaknya halangan dan rintangan selama seseorang ingin meraih kebahagiaan akhirat.
6. Bapak Bahasa dan Sastra Melayu
Karena karya-karyanya yang memberi efek luas, Hamzah Fansuri dikatakan sebagai Bapak Bahasa dan Sastra Melayu.
Syair-syair yang ditulisnya didapatkan dalam gulungan-gulungan.
Sayangnya tidak semua hasil karyanya mampu diselamatkan. Sebagiannya rusak dan tidak bisa terbaca.
Hamzah Fansuri memperlihatkan warna gres dalam kesusasteraan Nusantara.
Hal ini sebab beberapa hal.
Yang pertama, alasannya ia mencantumkan namanya dalam setiap hasil karya.
Padahal pada masanya para sastrawan sungguh jarang mencantumkan namanya pada karya yang dibuatnya.
Yang kedua, warna baru dalam gaya sastra. Pada masa itu, sastra Arab dan Persia sangatlah populer. Sehingga model syair maupun puisi mengikuti gaya penulisan sastra Arab dan Persia.
Namun Hamzah Fansuri mengkolaborasikan antara sastra Arab dengan keindahan bahasa Melayu. Sehingga terciptalah karya-karya yang sangat fenomenal.
Yang ketiga, bahasa serapan dalam karya sastra. Hamzah Fansuri sungguh arif dalam menggunakan istilah-perumpamaan Arab. Sehingga bahasa Melayu makin kaya kosakata.