close

“Ngeyel” Mencari Seribu Alasan Bertahan dalam Kebaikan

Pernah berjumpa dgn seorang yg ngeyel? Kalau dinasehatin harus bantah, ngeles, banyak argumentasi, banyak argumen. Kalau berdebat harus berujung debat kusir alias debat yg ga ada ujungnya. Tidak mau kalah, selalu pengen menang & merasa paling benar sendiri?

Mungkin kita tak pernah menjumpainya, atau jangan-jangan langsung seperti ini ada dlm diri kita sendiri? Na’udzu billah….

Tapi bagaimana jikalau itu ngeyel untuk kebaikan? Membuat seribu excuse atau argumentasi untuk senantiasa bertahan dlm kebaikan. Sebuah usulan saya peroleh dari seorang guru ngaji saya di kota Bandung, dikala aku menceritakan kefuturan saya dlm menghafal.

“Buatlah seribu argumentasi untuk ngeyel kepada dirimu sendiri”

Saya lantas mengernyitkan dahi, menjajal menerka maksud beliau.

“Ngg… maksudnya bagaimana, Mbak?” tanya saya tak paham dgn kata-kata beliau.

“Dek.. ketahuilah bahwa setan tak akan rela dikala menyaksikan seorang hamba Allah berupaya untuk mempertahankan ayat-ayat Nya. Setan tak akan rela saat menyaksikan hamba-Nya terus melakukan kebaikan, menyemai benih-benih nirwana di muka bumi-Nya. Ia akan terus berupaya membisikkan seribu excuse atau argumentasi mudah-mudahan kita jauh dari al Alquran & enggan melaksanakan kebaikan. Sehingga kita akan lebih akrab kepada hal sia-sia yg berbau maksiat, yg hendak menjerumuskan kita kedlm jurang api neraka. Maka buatlah seribu excuse, buatlah seribu bantahan, untuk membantah semua excuse yg sengaja dibisikkan oleh setan itu. Dan di dikala seperti inilah, kita harus menjadi orang yg ngeyel terhadap segala jenis godaan setan yg dibisikkan terhadap kita. Yang seolah itu berasal dari dlm diri kita. padahal itu hanya tipu mushlihat setan”

Kali ini aku mulai paham dgn apa yg dia maksud.

Menjadi orang yg ngeyel bukan berarti duduk perkara. Menjadi orang yg ngeyel bukan memiliki arti menjengkelkan. Justru menjadi orang yg ngeyel dlm hal kebaikan itu sungguh dibutuhkan. Kalau bukan diri kita sendiri yg mencari seribu argumentasi, maka siapa lagi? Karena yg berhak menetapkan apakah kita akan menentukan kebaikan ataukah kemaksiatan itu ialah diri kita sendiri atas ijin Allah. Bukan orang lain ataupun setan.

Maka di ketika kita futur, lemah & enggan untuk melakukan kebaikan, cobalah kita berdialog dgn diri kita sendiri. Berdebat dgn diri sendiri, berdebat dgn segala jenis argumentasi yg menciptakan kita bangun lagi melawan kefuturan.

Semoga kita tak tergolong orang yg ngeyel untuk menciptakan segala argumentasi atas kelalaian kita dlm kebaikan. Akan namun sebaliknya biar kita langsung ngeyel yg senantiasa ngeyel & mencari seribu argumentasi untuk terus melaksanakan kebaikan.

Wallahu a’lam bish shawab. [Ukhtu Emil/Webmuslimah]