“Ngejek Jenggotan Seperti Kambing, Berarti Pengejek yang Tak Jenggotan Apa Seperti Babi?”

1. Akhwat diajak hijab, berkelit “Hijabin hati dahulu”. Terus kalau ikhwan (yang potensi tumbuh jenggot) diajak biarkan jenggot, kilahnya apa? “Jenggotin hati” dahulu?

2. Ikhwan Oh Ikhwan. Gayamu begitu mentereng, Wan. Jenggot tipis berlambaian. Kalau pergi jalan-jalan, Sandal jepit kesayangan senantiasa dipakai.

3. Mau tanya, ananda lebih senang ikhwan yg berjenggot atau ikhwan yg ga punya jenggot?

4. Apakah index kegantengan seorang ikhwan berbanding lurus dgn panjangnya jenggot? 🙂

5. Menurut BlogDokter, memelihara jenggot sejak jaman dahulu dianggap sebagai lambang kejantanan pada laki-laki.

6. Yang suka ngejek orang yg jenggotan itu kayak “kambing”, nah ananda yg ngejek & nggak jenggotan apa mau dikatakan kayak “babi” ?

7. Ikhwan yg keren tuh jenggotnya dipanjangin ngikutin sunnah Rasul, ikhwan yg kardus tuh motong jenggot semoga ngga dikatakan awut-awutan sama akhwat.

Itulah pernyataan atau kicauan di Twitter perihal jenggot. Lalu bagaimana Islam menatap jenggot?

Sabda Rasulullah SAW diantaranya berikut ini :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ

Dari Ibnu Umar radhiyalahuanhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Berbedalah dgn orang-orang musyrik. Panjangkanlah jenggot & potonglah kumis. (HR. Bukhari)

عن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ : جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ

Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah berdabda,”Pendekkan kumis & panjangkan jenggot, berbedalah kalian dr orang-orang majusi”. (HR. Muslim)

عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ فَعَدَّ مِنْهَا إِعْفَاءَ اللِّحْيَةِ

Dari Aisyah radhiyallahuanha dr Nabi SAW,”Ada sepuluh perkara yg termasuk fithrah, di antaranya memanjangkan jenggot. (HR. Muslim)

  Kenapa Puan tak Diganti?

Tiga di atas yaitu nash syar’i yg berderajat shahih ihwal jenggot.

Kawan, kalau memelihara jenggot dianggap sebagai ibadah, maka betapa agama Islam ini sungguh tak adil. Kenapa? Sebab cuma yg ditakdirkan Allah berkembang jenggot saja yg bisa mengamalkan.

Semua orang bisa tumbuh rambut di kepala, di ketiak atau bahkan di area kemaluan. Namun belum tentu bisa tumbuh jenggot di setiap dagu lelaki. Menurut dr. Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis kulit & kelamin RSCM, tumbuhnya jenggot bergantung sensitifnya akar rambut terhadap rangsang hormon androgen di area tersebut. Dan ini sangat diputuskan faktor genetik atau turunan.

Ada berjuta-juta laki-laki di dunia ini memang tak berkembang jenggotnya. Sunatullah. Hal itu terjadi semenjak dr lahir hingga mati. Allah SWT mentakdirkan tak ada satu pun jenggot berkembang di dagu mereka.

Apakah mereka yg ditakdirkan punya paras tak berkembang jenggot, lantas tak mendapatkan pahala? Apakah ukuran ketakwaan seseorang mampu diukur dgn keberadaan jenggot?

Betapa tak adilnya syariat Islam bila ketentuan demikian, alasannya hanya memberi potensi akrab dgn Allah pada orang-orang tertentu saja dgn menutup kesempatan buat sebagian yg lain.

Lalu?

Ada pun dr tiga hadits di atas, tak perlu ditolak keberadaannya, hanya saja yg jadi dilema adalah ’illat (penyebab hadirnya perintah) untuk memelihara jenggot, yg dlm hal ini sekadar mampu berbeda penampilan dgn musyrikin.

Secara ’urf (kebiasaan), musyrikin & majusi di kurun Rasulullah SAW punya performa yg menjadi ciri khas: mereka habit panjangkan kumis & mencukur habis jenggot.

Jadi, tatkala punya ‘potensi’ berkembang jenggot, panjangkanlah (dan tentu rapi). Pertahankan, meski ada yg mengejekmu seperti kambing sama si pencari kambing hitam. Jika tak berkembang, jangan memaksa diri, jatuhnya kufur nikmat. Tak mensyukuri apa yg Allah berikan. Wallahua’lam. (pm)

  Salahkah Kami Jika Membela Al-Maidah 51?