Naskah Sunda Antik Asal Jampang Kulon




Satu naskah Sunda asal Jampang Kulon, Sukabumi, Jawa Barat, berhasil diterjemahkan oleh Dosen Ikthisar Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Munawar Holil. 

Naskah di atas kertas tipis yang memakai aksara Cacarakan (Sunda-Jawa) itu didapatnya dari mahasiswa Pakuan, Bogor, dan dijalankan selama satu minggu.

Dari hasil penerjemahan, dikenali jikalau naskah ini berisi kisah soal Nyai Pohaci Sanghyang Asri atau lebih dikenal dengan Dewi Sri. Serta berisi pesan tersirat supaya manusia bersyukur alasannya semua yang ada di Bumi berasal dari Kahayangan (Dewa-tuhan). 

Naskah ini diperkirakan ialah naskah salinan dari tahun 1930-an. Ini terlihat dari jenis kertasnya yang berasal dari produksi pabrik.

Namun, bukan kasus gampang untuk menerjemahkan naskah ini. Pasalnya, saat naskah ini hingga ke tangan Munawar, keadaan kertasnya sudah bolong alasannya adalah rayap. Selain itu, jumlah halamannya pun tidak lengkap. Halaman terdepan dimulai dari halaman empat dan selsai di halaman 24. 

Tantangan lain ialah kreativitas si penulis naskah yang memakai beberapa aksara  Cacarakan yang berlainan dibanding naskah yang pernah dibaca Munawar.

“Naskah ini ialah naskah yang ditulis ulang.  Awalnya aku tidak bisa menerjermahkan alasannya ternyata di halaman permulaan hurufnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dibanding naskah yang saya baca memakai karakter yang sama,” kata Munawar dikala dijumpai di Yayasan Naskah Nusantara (Yanassa) di FIB UI, Depok, Jumat (6/1). 

“Yang khas, kelihatannya si penulis ini punya kreativitas untuk mengubah sedikit-sedikit penulisan huruf Cacarakan ini. 
Ada beberapa perbedaan kecil yang sebaiknya ada di penulisan Cacarakan.”

Perbedaan itu antara lain sebaiknya ada aksara yang ditulis sejajar, tetapi malah ditulis lebih tinggi. Dan hal ini banyak didapatkan dalam satu naskah yang serupa. Namun, ditambahkan Munawar, kalau perbedaan ini tak menghipnotis isi naskah.

“Tapi umumnya dalam bidang naskah, selain kita menyaksikan isinya, juga menyaksikan jenis huruf dan kombinasi.  Ini bisa dijadikan pola untuk tulisan berikutnya,” kata Dosen yang tengah memburu gelar S-3 di Program Studi Ilmu Susastra, Pengkhususan Studi Filologi, Pascasarjana Bidang Ilmu Budaya FIB UI itu.

Naskah ini sendiri baru satu dari 13 naskah sumbangan mahasiswa asal Pakuan. Disebutkan si mahasiswa, jika di kawasan Jampang yang merupakan kawasan asalnya, masih banyak lagi naskah beraksara Cacarakan yang perlu diterjemahkan. Naskah-naskah itu sendiri masih kuat tertanam dalam sendi kehidupan mereka karena di beberapa program tertentu naskah itu akan dibacakan. Sumber http://nationalgeographic.co.id