Membuka media umum, artinya siap dgn segala arus berita yg masuk & kita serap. Seringnya kita akan menemui ujaran kebencian & sumpah serapah. Lebih lagi, saat banjir seperti ini masih saja ada yg mengumbar kalimat tak bagus bahwa yg membangun posko di daerah pengungsian banjir ialah hal yg cetek.
Dari golongan kita sendiri, ada yg sholat jalan tetapi mendukung kelaliman pula jalan. Ada yg memegahkan masjid, namun sunyi hatinya, kakinya berat melangkah ke sana. Dan perut-perut yg senantiasa minta diisi, & haram yg tak disadari.
Gemuruh peperangan di dunia maya sesungguhnya tak jauh dr gemuruhnya di dunia kasatmata—dan hati. Dan Baginda Rasulullah Saw mempunyai pesan yang tersirat yg match sekali dgn kondisi kita dikala ini.
Rasulullah SAW bersabda :
“Akan datang suatu zaman atas insan:
- Perut-perut mereka menjadi Tuhan-dewa mereka.
- Perempuan-wanita mereka menjadi kiblat mereka.
- Dinar-dinar (uang) mereka menjadi agama mereka.
- Kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka.
Waktu itu, tak tersisa dr doktrin kecuali namanya saja.
Tidak tersisa dr Islam kecuali ritual-ritualnya saja.
Tidak tersisa Al-Quran kecuali sebatas kajiannya saja.
Masjid-masjid mereka sejahtera, akan namun hati mereka kosong dr petunjuk (hidayah).
Ulama-ulama mereka menjadi makhluk Allah yg paling jelek di permukaan bumi.
Kalau terjadi zaman mirip itu, Allah akan menyiksa mereka & menimpakan pada mereka empat perkara (azab):
- Kekejaman para penguasa,
- Kekeringan pada masa,
- Kezaliman para pejabat,
- Ketidakadilan para hakim.
Maka heranlah para sahabat mendengar penjelasan Rasulullah. Mereka bertanya,
“Wahai Rasul Allah, apakah mereka ini menyembah berhala ?”
Nabi SAW menjawab, “Ya ! Bagi mereka, setiap dirham (duit) menjadi berhala (dipertuhan/disembah)…..” (Hadist Muttafaq ‘alaih)
Sebagai muslim yg mencoba terus baik dr hari ke hari, bantu-membantu kita punya upaya defensive supaya terhindar dr hal-hal yg merendahkan harga diri & merendahkan doktrin.
Satu diantaranya adalah bergaul dgn orang-orang yg sholeh, yg mengajak pada kabaikan.
“Seseorang yg duduk (berteman) dgn orang sholih & orang yg jelek adalah bagaikan berteman dgn pemilik minyak misk & pintar besi. Jika kau-sekalian tak dihadiahkan minyak misk olehnya, kau-sekalian mampu membeli darinya atau minimal mampu baunya. Adapun berteman dgn terpelajar besi, kalau kau-sekalian tak mendapati tubuh atau pakaianmu hangus terbakar, minimal kamu-sekalian mampu baunya yg tak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dr Abu Musa)
Berteman dgn pengucap kotor, indera pendengaran pun akan terbiasa dengar ujaran kotor. Lambat laun pengecap ikut terayun.