Dik, tentang Achmad Zaky dan Bukalapaknya yang gres-baru ini diserang dengan #uninstallbukalapak, review bintang satu, dan caci maki sarat benci buah dari cuitannya di twitter, biarkan saja. Tak perlu sibuk-sibuk ikut mencaci atau pasang badan ikut gegeran membela sang CEO, toh ia sudah memperlihatkan klarifikasi. Ada yang lebih penting yang perlu kau tahu dari apa yang terjadi. Bahwa ternyata beberapa dari yang sering menyebut satu kelompok dengan istilah “sumbu pendek”, pada satu peluang tidak mampu menyembunyikan sumbu pendek di dalam dirinya.
Yang gontok-gontokan berdebat menyoal pilpres membela masing-masing pilihannya, biarkan saja. Memang mesti ada yang demikian. Biar hidup dan kehidupan gak sepi sepi amat. Kita simpan saja opsi kita masing-masing. Untuk kemudian pada waktunya, kita tiba ke bilik-bilik suara menunjukkan hak pilih kita sebagai warga negara. Sedang yang memilih untuk tidak memilih, tak perlu dipaksa. Toh tidak memilih juga sebuah pilihan yang sah-sah saja.
Kita ngopi santai saja, Dik. Lampaui pengotakan-pengotakan cebong-kampret biar cinta yang kita upayakan semenjak usang tidak menjadi mubadzir alasannya adalah ego dan fanatisme buta.
Satu hal lagi, Dik. Memang mesti ada yang diam tidak acuh, pura-pura tidak acuh, atau bahkan tidak tahu sama sekali. Tapi membisu-diam mereka mendoakan kebaikan negeri ini.
O iya, sekadar pemberitahuan. Aplikasi bukalapak di hpku masih ada lho, Dik. Bukan untuk permasalahan dukung-mendukung. Tapi buat iseng-iseng mengisi waktu nganggur, ikutan flash sale. Meskipun senantiasa kalah cepat dari emak-emak spamer yang senantiasa standby di depan laptop dengan koneksi internet super cepat. Heuheu