Lokasi: Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat
Map: Klik Disini
HTM: Pelajar Rp.2.000, Mahasiswa Rp.5.000, Dewasa Rp.5.000
Buka Tutup: 08.00 – 22.00 WIB
Telepon: (021) 3822255
Ada suatu istilah populer yg berbunyi “Belum disebut ke Jakarta sebelum melihat Monas”.
Entah siapa yg pertama kali membuat ungkapan tersebut & kenapa kalimat tersebut sampai diungkapkan.
Mungkin karena dr puncak Monas seseorang dapat melihat landskap Jkt dr atas ketinggian.
Atau mungkin lantaran begitu pentingnya eksistensi Monas sebagai salah satu landmark yg menjadi pujian bangsa Indonesia atau lantaran alasan lainnya.
Tapi yg niscaya, bila Anda berkesempatan untuk datang ke Jarta, semestinya memang menyempatkan diri berkunjung ke Monas.
Karena dr kunjungan itulah akan banyak pengetahuan yg bisa didapatkan, utamanya ihwal sejarah bangsa Indonesia, serta akan kian tebal rasa nasionalisme & kecintaan Anda kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perasaan bangga bangsa Indonesia kepada keberadaan Monas, terkadang pula menimbulkan joke-joke lucu yg mengabarkan bahwa Monas roboh.
Kabar serupa April Mop tersebut diantarkan melalui pesan singkat sehingga membuat penerimanya penasaran & berupaya mencari kebenarannya lewat media cetak atau browsing di internet.
Sudah barang tentu info perihal robohnya Monas tak akan pernah dijumpai, karena kecil kemungkinannya kecuali atas kehendak Tuhan melalui tragedi dahsyat atau sebab yang lain.
Kokohnya bangunan Monas tak perlu diragukan lagi, lantaran untuk membuat pondasinya saja ditancapkan 284 pasak beton ditambah 360 pasak bumi.
Sementara untuk material yg lain, digunakan bahan-materi berkualitas, lantaran Soekarno memang menghendaki mampu memiliki monumen nasional yg kuat mirip halnya menara Eiffel di Paris, Perancis.
Pembangunan Monas tersebut dengan-cara resmi iawali pada 17 Agustus 1961 melalui sebuah upacara yg dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Namun yg namanya joke, apapun bisa dijadikan materi guyonan, tergolong Monumen Nasional atau Monas.
Karena siapapun yg menerima informasi ihwal robohnya Monas, dlm benak mereka pasti akan terbayang, bagaimana nasib orang-orang yg tertindih “Api Nan Tak Kunjung Padam” yg beratnya hampir 2 ton.
Atau membayangkan bagaimana orang-orang saling berebutan memunguti emas seberat 50 kg yg melapisi lidah api Monas.
Daftar Isi
Mengenal Sekilas —
Perjalanan panjang mengiringi proses pembangunan Tugu Monas. Setelah pemerintah RI yg semula sempat pindah ke Yogyakarta kembali lagi ke Jakarta pada tahun 1950.
Menyusul akreditasi kedaulatan RI oleh Belanda, Presiden Soekarno menginginkan & merencanakan memiliki suatu monumen nasional yg tak kalah dr Eiffel.
Pembangunan monumen nasional tersebut berdasarkan Soekarno sungguh penting untuk mengenang serta melestarikan nilai-nilai usaha dr para pahlawan di masa revolusi kemerdekaan.
Dan nantinya dapat menggugah semangat patriotisme & menghidupkan ide generasi penerus bangsa.
Menyusul tercetusnya keinginan Soekarno, dibentuklah Komite Nasional pada tanggal 17 Agustus 1954 & diselenggarakanlah sayembara pembuatan rancangan monumen nasional setahun kemudian.
Melalui sayembara tersebut, terkumpul 51 karya dr para peserta, namun hanya 1 karya yg memenuhi tolok ukur yg ditetapkan oleh panitia yakni rancangan karya Frederich Silaban.
Belum puas dgn hasil sayembara pertama, digelarlah sayembara kedua pada tahun 1960. Kali ini jumlah pesertanya lebih banyak, yakni 136 orang.
Namun, dr seluruh karya yg masuk, tak ada satu pun yg menyanggupi persyaratan & cita-cita dr panitia, sehingga dewan juri memutuskan untuk menunjukkan rancangan Silaban pada Soekarno.
Sayangnya, satu-satunya karya peserta sayembara yg memenuhi tolok ukur dewan jurikurang begitu disenangi Soekarno, lantaran yg ia kehendaki ialah sebuah monumen dgn bentuk lingga & yoni.
Meski demikian, Silaban masih dipercaya oleh Presiden RI tersebut untuk membuat rancangan dlm bentuk yg lain, sehingga terciptalah karya Silaban yg kedua.
Kali ini persoalan yg timbul berlainan, karya kedua Silaban dipandang terlalu spektakuler serta membutuhkan budget yg terlalu besar sehingga tak bisa ditanggung oleh anggaran pemerintah.
Apalagi keadaan perekonomian Indonesia pada dikala itu sangat jelek, banyak rakyat yg menderita busung lapar karena kurangnya bahan pangan.
Untuk mencari jalan tengah, dicarilah solusi yakni membuat rancangan bangunan dgn ukuran yg lebih kecil.
Namun, tawaran tersebut ditolak oleh Silaban. ia lebih suka & menyarankan biar pembangunan monumen nasional ditunda hingga kondisi perekonomian Indonesia membaik.
Karena Silaban tak bersedia, maka Soekarno menunjuk R.M. Soedarsono semoga melanjutkan hasil rancangan sebelumnya.
Di tangan Sordarsono inilah unsur angka 17, 8, & 45 dimasukkan guna melambangkan angka sakral bagi bangsa Indonesia, yaitu tanggal dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Akhirnya, Monumen Nasional (Monas) pun dibangun di atas lahan seluas 80 hektar yg iarsiteki Frederich Silaban & R.M. Soedarsono.
Proses pembangunn dikerjakan dlm 3 tahap, tahap pertama pada kurun waktu 1961/1962 -1964/1965 yg ditandai dgn penancapan pasak beton pertama oleh Presiden Soekarno.
Setelah pembangunan pondasi rampung dengan-cara keseluruhan disusuk dgn pembuatan dinding museum pada cuilan dasar bangunan & pembangunan obelisk yg selesai pada bulan Agustus 1963.
Karena terjadi peristiwa Gerakan 30 September, proses pembangunan Monas tahap kedua yg dicanangkan akan berlangsung selama kurun waktu 1966 – 1968 sempat terhenti.
Sedang untuk pembangunan tahap ketiga berjalan sepanjang tahun 1969 – 1976 dgn melakukan penyempurnaan kepada bangunan museum lewat penambahan diorama.
Rampungnya pembangunan bukan bermakna telah tuntas seluruh permasalahan, salah satu iantaranya yaitu terjadinya kebocoran yg membuat kepingan dasar museum tergenang oleh air.
Tugu Monas yg pembangunannya digagas oleh Soekarno itu risikonya didirikan & dibuka untuk lazim oleh Presiden Soehato pada 12 Juli 1975.
Lokasi tempat berdirinya Monas diketahui dgn sebutan Medan Merdeka. Sedang Lapangan Monas sendiri sempat mengalami pergantian nama hingga 5 kali.
Awalnya berjulukan lapangan Gambir, kemudian Lapangan Ikada, selanjutnya menjadi Lapangan Merdeka, berganti lagi menjadi Lapangan Monas hingga balasannya bernama Taman Monas.
Monumen Nasional memiliki ketinggian 132m(433 kaki) dgn belahan puncak bermahkota lidah api yg terbuat dr perunggu berlapis emas seberat 35kg.
Mahkota berbentuk lidah api ini menggambarkan semangat usaha bangsa Indonesia yg menyala-nyala & tak pernah padam dlm memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sekaligus dlm mengisi kemerdekaan.
Bentuk yg iambil dr Tugu Monas merupakan konsep pasangan universal yg dikenal dgn sebutan Lingga & Yoni.
Lingga dlm hal ini berwujud tugu obelisk yg tinggi menjulang sebagai lambang dr elemen maskulin atau laki-laki atau lambang siang hari yg mempunyai sikap positif & aktif.
Sedang pelataran dgn bentuk cawan yg menjadi landasan obelisk merupakan yoni yg melambangkan elemen feminin atau wanita atau lambang malam hari yg mempunyai sifat pasif & negatif.
Disamping itu, bentuknya pula kerap ditafsirkan selaku sepasang Alu & Lesung, alat penumbuk padi tradisionalatau melambangkan kemakmuran, sehingga Monas dipandang mempunyai dimensi budaya Indonesia.
Tugu Monas mempunyai obelisk yg menjulang setinggi 117,7m yg berdiri di atas landasan berbentuk persegi setinggi 17 meter berlapis watu marmer dr Italia.
Untuk mempercantik situasi di sekitar Monas sekaligus sebagai sistem pendingin udara alami, dibangun suatu bak berukuran 25 x 25 meter di area Taman Medan Merdeka Utara.
Disitu pula dapat ditemui bak air mancur serta Patung Pengeran Diponegoro menunggang kuda yg dibikin dr perunggu dgn bobot seberat 8 ton.
Patung hadiah dr Konsulat Jenderal Honores di Indonesia ini dipahat oleh seorang seniman dr Italia yg berjulukan Prof. Coberlato.
Untuk memasuki bangunan, pelancong harus melalui pintu masuk & menyusuri terowonan yg ada di kedalaman 3 meter di bawah taman serta jalan silang Monas.
Ketika kembali lagi di permukaan tanah di sebelah Utara Monas, pengunjung mampu melanjutkan perjalanan dgn melihat-lihat relief sejarah usaha Indonesia, museum, ruang kemerdekaan serta pelataran puncak monumen.
Daya Tarik —
Meski merupakan objek wisata edukasi &sejarah, Tugu Monas pula menghadirkan nuansa alami yg dapat menyejukkan mata berupa sebuah taman dihiasi pepohonan lengkap dgn bak air mancur.
Pada malam hari, air mancur ini akan menyuguhkan tarian dgn melaksanakan gerakan yg meliak-liuk diiringi alunan lagu serta permainan cahaya laser berwarna-warni yg menarik untuk dilihat.
Pada siang hari, pengunjung mampu bermain dgn kawanan rusa yg didatangkan dr Istana Bogor untuk mempecantik kawasan taman.
Selain itu bangku-dingklik yg menghiasi setiap sudut taman dapat dimanfaatkan untuk berpangku tangan sambil menikmati sejuk & segarnya udara di bawah pepohonan rindang.
Bagi yg gemar berolahraga, di taman ini pula tersedia jogging track & areaberisi hamparan watu-watu tajam yg mampu difungsikan sebagai fasilitas pijat refleksi.
Tersedia pula beberapa lapangan basket serta futsal yg dapat digunakan oleh siapapun dgn gratis & terbuka untuk umum.
Keberadaan lapangan basket & futsal ini membuat suasana di sekeliling taman pada sore hari selalu dipenuhi belum dewasa muda yg bermain & berolahraga.
Jika eksistensi taman cenderung cuma selaku aksesori dr perjalanan rekreasi ke Tugu Monas, berlainan halnya dgn pecahan dlm dr monumen kebanggaan bangsa Indonesia ini.
Karena itulah potongan-penggalan yg mengisi setiap sudut bangunan Tugu Monas, wajib untuk dijelajahi. Bagian-penggalan penting tersebut iantaranya adalah:
Museum Sejarah Nasional—
Museum ini berada di belahan dasar Monas dgn kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah.
Museum Sejarah Nasional mempunyai ukuran 80 x 80 meter2 dgn daya tampung hingga 500 orang.
Ruangan yg berlapis marmer ini memiliki 51 diorama yg terbagi atas 48 diorama pada keempat sisinya serta 3 diorama pada pecahan tengah.
Diorama yg terdapat di museum ini menggambarkan banyak sekali kejadian bersejarah di Indonesia, yg berjalan sejak jaman pra-sejarah hingga dgn masa Orde Baru.
Untuk dapat mempelajari perjalanan sejarah bangsa Indonesia dengan-cara terinci hadirin mesti memulai dr diorama di sudut Timur Laut & terus bergerak searah jarum jam sambil mengamati satu persatu diorama yg ada.
Lewat diorama itulah pengunjung akan mampu mengetahui mirip apa bangsa Indonesia pada jaman pra-sejarah, jaman Kerajaan Sriwijaya & Kerajaan Majapahit, masa-masa penjajahan, perjuangan para satria melawan VOC.
Maupun masa pergerakan Nasional, jaman pendudukan Jepang, perang kemerdekaan, masa revolusi hingga dgn jaman Orde Baru dimasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Relief Sejarah Indonesia—
Relief ini berada di sudut halaman luar & mengelilingi bangunan monumen. Relief yg terpahat pada dinding tersebut pula menggambarkan Sejarah Indonesia.
Untuk mengenali perjalanan panjang bangsa Indonesia mampu dikerjakan dgn memperhatikan satu persatu dr relief yg ada, dimulai dr sudut Timur Laut menuju sudut Tenggara, berlanjut ke Barat Daya hingga ke Barat Laut.
Melalui relief tersebut akan dapat dimengerti kejayaan Nusantara pada jaman dahulu kala lewat pahatan Sejarah Kerajaan Singasari & Kerajaan Majapahit, masa-masa penjajahan Belanda, usaha para Pahlawan Nasional.
Kemudian terbentuknya organisasi terbaru untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, insiden Sumpah Pemuda, masa Perang Dunia II & pendudukan Jepang.
Lalu pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Agresi Militer yg dikerjakan Belanda & Perang Kemerdekaan hingga dgn kurun terbaru dimana Indonesia mencapai masa pembangunan.
Relief & patung-patung yg mengelilingi bangunan monumen tersebut yang dibuat dr materi semen sertta menggunakan kerangka logam serta pipa dgn bentuk yg artistik pula bercita rasa seni.
Namun sayang, ada beberapa patung yg terlihat rusak lantaran terkikis oleh panas & hujan.
Ruang Kemerdekaan—
Ruang berbentuk amphitheater ini terdapat di belahan dlm cawan monumen. Untuk menuju ke ruangan ini mampu dilakukan dgn melalui tangga berputar yg terdapat pada pintu sebelah Selatan & Utara.
Ruang Kemerdekaan Monas merupakan ruang bermeditasi atau mengheningkan cipta bagi pengunjung yg ingin menghayati hakikat dr kemerdekaan serta mengingat jasa para pahlawan.
Di dlm ruangan ini tersimpan beberapa simbol kenegaraan mirip Lambang Negara & Peta Kepulauan NKRI berlapis emas, Bendera Merah Putih serta Dinding yg bertuliskan Naskah Proklamasi.
Namun dr beberapa simbol kenegaraan yg disimpan di rungan ini, yg menjadi koleksi utama & menarik minatbanyak pengunjung adalah Naskah Asli Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Naskah Teks Proklamasi yg orisinil ini tersimpan di dlm sebuah kotak beling yg diletakkan di dlm suatu ruangan berpintu mekanis dgn materi dr perunggu seberat 4 ton.
Dan naskah ini pula dihiasi goresan berlapir emas dgn bentuk bunga Teratai & bunga Wijaya Kusuma.
Pintu gerbang berlapis emas tersebut berada sempurna di tengah ruangan yg dilapisi marmer hitam.
Disaat pintu mekanis yg dikenal dgn sebutan “Gerbang Kemerdekaan” ini terbuka, dengan-cara otomatis akan terdengar lantunan lagu “Padamu Negeri” disusul dgn rekaman suara Bung Karno membacakan naskah Proklamasi.
Properti kenegaraan yang lain yg mengisi ruangan yaitu patung Garuda Pancasila berbahan perunggu dgn berat 3,5 ton yg dilapisi emas. Patung Garuda Pancasila ini terletak di sisi sebelah Selatan.
Di sisi sebelah Timur, dahulu pernah dijadikan tempat untuk menyimpan Sang Saka Merah Putih yg dikibarkan pada saat Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.
Namun karena sudah lapuk termakan usia, bendera suci tersebut tak lagi dipamerkan. Sebagai gantinya, diisi dgn goresan pena naskah proklamasi yg huruf-hurufnya berbahan perunggu.
Sedang pada sisi Utara dinding marmer hitam terlihat peta Kepulauan Nusantara yg dilapisi emas.
Pelataran Puncak & Api Kemerdekaan—
Bagi pengunjung yg ingin ke pelataran puncak, dapat naik lift yg mempunyai kapasitas 50 orang di pintu sebelah Selatan.
Pelataran puncak ini berada pada ketinggian 115 meter dr atas permukaan tanah dgn luas 11 x 11 meter2.
Di pelataran puncak tersebut tersedia empat buah teropong yg dapat dimanfaatkan oleh hadirin dengan-cara bergantian untuk melihat landskap Jkt dr atas ketinggian.
Pada dikala cuaca cerah, pengunjung yg mengarahkan teropong ke arah Selatan akan mampu menyaksikan Gunung Salak yg berdiri tegak di kejauhan.
Sedang yg mengarahkan teropong ke arah Utara akan mampu menyaksikan maritim luas yg membentang berhias pulau-pulau kecil.
Puncak Monas dihiasi suatu cawan yg menopang berdirinya lampu perunggu seberat 14,5 ton dgn lapisan emas seberat 35 kg.
Lidah api perunggu berlapis emas ini tingginya 14 meter dgn garis tengah 6 meter & terbagi atas 77 kepingan yg disatukan.
Pada perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yg ke-50, emas yg melapisi lidah api tersebut ditambah sehingga beratnya mencapai 50 kg.
Lidah api yg diberi nama “Api Nan Tak Kunjung Padam” ini melambangkan semangat bangsa Indonesia yg terus menyala & tak pernah padam dlm merebut kemerdekaan & dlm mengisi kemerdekaan.
Jika diperhatikan dgn teliti, ketinggian pelataran cawan dr atas permukaan tanah setinggi 17m, rentang ketinggian pelataran cawan dgn ruang museum 8m(5mdari lantai dasar menuju dasar cawan & 3m di bawah tanah).
Sedang pelataran berupa bujur kandang mempunyai luas 45 x 45 m2. Kalau digabungkan membentuk angka 17-8-45, saat dibacakannya Teks Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno di JL Pegangsaan Timur No.56 Jakarta Pusat.
Demikianlah sejumlah potongan-belahan penting di Tugu Monas yg wajib untuk dikunjungi.
Dengan melihat seluruh kepingan, pengunjung tak cuma makin paham akan sejarah bangsa namun pula akan makin tebal rasa patriotisme, nasionalisme serta kecintaannya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tips Berkunjung—
Agar kunjungan Anda ke Tugu Monas mampu lebih berkesan, perhatikan beberapa tips berikut ini:
- Pahami Rute yg Akan Dilewati
Meski lokasi Monas berada di tengah kota & bersahabat dgn Kantor Gubernur, tetapi bagi pengguna kendaraan pribadi yg belum begitu hafal dgn rute jalan, semestinya membuka peta atau google map.
Dengan menggunakan peta/google map, Anda pula bisa mencari jalur terpendek menuju Monas.
- Pilih Waktu yg Tepat
Sebaiknya kunjungan ke Monas tak pada saat trend piknik, lantaran pada waktu itu banyak sekali rombongan darmawisata dgn jumlah meraih 6000 lebih setiap harinya.
Dengan banyaknya hadirin otomatis antrean akan bertambah panjang & melelahkan.
Waktu berkunjung usahakan sepagi mungkin, bila perlu datanglah sebelum loket dibuka pada pukul 08.00. Hal tersebut untuk menghindari antrean.
Panjangnya antrean ini disebabkan lantaran kapasitas lift sekali angkut hanya untuk 11 orang. Sehingga tak seimbang dgn banyaknya hadirin.
- Cari Tempat Parkir
Dulu, hadirin memang diperbolehkan untuk memarkir kendaraan di bawah tugu. Namun kini sudah ditawarkan tempat parkir khusus yg berlokasi di JL. Merdeka Selatan.
Agar tak terlalu jauh berjalan kaki, usahakan untuk memarkir kendaraan pada ujung paling Barat, karena pintu masuk hadirin berada di sana.
- Bawalah Pelindung Kulit
Setelah memarkir kendaraan, Anda masih harus berjalan kaki di bawah terik matahari sejauh kurang lebih 300 meter menuju ke Monas.
Itu sebabnya diusulkan untuk melapisi kulit dgn sunblock, mengenakan topi atau menjinjing payung untuk melindungi kulit dr sengatan matahari.
- Kenakan Pakaian yg Nyaman
Ingat, Anda tak sedang datang ke pesta tapi berkunjung ke suatu objek wisata & udara di sekitar Monas cukup panas serta mesti berjalan kaki di bawah terik matahari.
Untuk itu jangan menggunakan busana berwarna hitam yg menyerap panas, kenakan pakaian yg nyaman & mudah menyerap keringat.
Hindari mengenakan sepatu atau sandal berhak tinggi & sebisa mungkin memakai sepatu kets agar terasa nyaman ketika melangkah.
- Jangan Membawa Bayi
Udara panas, terik matahari yg menyengat ditambah antrean panjang yg bikin capek jikalau hadirin sedang penuh akan menjadi siksaan tersendiri bagi hadirin yg tiba sambil membawa bayi.
- Bawa Bekal dr Rumah
Setelah Pemprov DKI melarang para pedagang kaki lima berjualan di area sekitar Monas, simpel akan membuat pengunjung kesusahan untuk mengisi perut atau menetralisir dahaga.
Untuk itu bawalah bekal makanan & minuman seperlunya, namun jangan terlalu berlebihan lantaran justru akan memberatkan perjalanan Anda.
- Manfaatkan Waktu Dengan Efektif
Karena waktu kunjungan dibatasi, manfaatkan waktu selama di lokasi dgn seefektif mungkin, baik untuk selfie, memotret objek-objek di Monas, menggunakan teleskop yg jumlahnya cuma empat buah, serta aktifitas yang lain.
- Jangan Buang Tiket
Setelah memasuki lokasi, tiket jangan langsung dibuang karena nantinya dapat dimanfaatkan untuk naik kereta wisata yg mengantar pengunjung menuju ke pintu keluar yg berjarak sekitar 300 meter.
Cukup dgn menawarkan tiket, pengunjung akan iantar dgn gratis alias tanpa bayar.
Demikian beberapa kiat berkunjung ke Monas biar kunjungan Anda ke landmark yg menjadi pujian bangsa indonesia ini mampu lebih menyenangkan & lebih berkesan.