Mitos Dan Adat Komunikasi Antar Langsung

Mitos ialah sesuatu yang belum tentu nilai kebenarannya, namun sudah ada dan menjadi bab dari kehidupan masyarakat.  Mitos bisa jadi menghambat pengertian dan proses komunikasi antar eksklusif. Oleh sebab itu perlu diketahui mitos-mitos mengenai komunikasi antar pribadi, yaitu :

Komunikasi Antar Pribadi memecahkan semua masalah
Komunikasi yang efektif yakni komunikasi dua arah dimana terjadi pengertian makna yang sama antara komunikator dengan komunikan.  Komunikasi dua arah memiliki arti komunikasi sirkuler, dimana terjadi feedback dalam proses komunikasi. Ketika komunikator menyampaikan pesan secara efektif dan komunikan mendengar/menerima pesan dengan efektif  juga. Kemudian feedback terjadi ketika komunikan menyampaikan info baik itu jawaban, sanggahan atau isu suplemen terhadap komunikator sebelumnya.  Oleh sebab itu menjadi komunikator tidak cuma cerdik menyampaikan pesan tapi juga mesti bakir menerima/menyimak pesan. Jika hanya bisa mengatakan tanpa mau menyimak maka komunikasi antarpribadi tidan mampu memecahkan dilema yang ada.
Komunikasi Antar pribadi yaitu sesuatu hal yang baik
“Orang mungkin manipulative, licik, eksplosif,homophobic,rasis dan emosional yang agresif”(W.Richard&T.H Turner dalam Cupach&Spitzberg,1994). Setiap orang mempunyai the dark side yakni kemungkinan berkomunikasi yang negative.
Komunikasi Antar Pribadi Adalah Akal Sehat
Dalam komunikasi antar langsung, menggunakan nalar sehat yakni sebuah keharusan. Namun tidak hanya menggunakan nalar sehat saja, dibutuhkan juga kemampuan dan hati nurani. Dengan demikian dapat mengantisipasi cara-cara yang buruk untuk tujuan yang baik atau sebaliknya mengantisipasi penggunaan cara-cara yang baik untuk tujuan yang jelek.
Komunikasi antarpribadi adalah identic dengan kekerabatan antar pribadi.
Puncak dari komunikasi antarpribadi ialah korelasi antar eksklusif. Namun tidak setiap proses komunikasi antar eksklusif memiliki kekerabatan antar eksklusif. Ketika sekumpulan orang berjumpa , tidak setaip orang dalam kumpulan itu saling mengenal. Jika pun saling mengenal, belum pasti mereka berteman.  Jika pun mereka berteman mungkin belum pasti akrab, bertunangan atau menikah.. 
Komunikasi antarpribadi selalu tatap wajah
Teknologi yang ada dikala ini memungkinkan komunikasi antar pribadi memakai media. Namun bukan media massa.  Penerapan teknologi seperti telepon, hubungan kelompok pribadi dengan video call, email, teleconference dan sebagainya, mematahkan asumsi bahwa komunikasi antarpribadi selalu tatap tampang.
Etika Komunikasi Antar Pribadi
Etika merupakan landasan dalam berkomunikasi antar langsung. Secara sederhana McCrosky menjelaskan ada 4 (empat) budbahasa komunikasi antarpribadi yang perlu diperhatikan yakni:
1. To speak, yaitu budbahasa mengatakan. Sebuah pesan ada kalanya mesti diungkapkan secara mulut dengan kata-kata. Ketika kita mengenali kebenaran, maka kewajiban kita ialah mengatakan untuk mengungkapkan kebenaran itu, walaupun riskan.
2. To speak well. yakni  cara bagaimana dan kepada siapa kata-kata itu disampaikan. Dengan demikian komunikasi menjadi efektif. Berbicara dihadapan orang renta pasti berlawanan dengan mengatakan dihadapan anak-anak. Pesan yang baik disampaikan dalam obrolan dan cara yang baik juga.
3. To Listen. Yaitu jika kita tidak mengetahui secara pasti suatu kebenaran, maka  semestinya kita menjadi pendengar yang baik. Artinya kalau seseorang mengatakan yang ditujukan pada kita, maka kewajiban kita mendengarkannya dengan baik.
4. Remind to silent. Artinya membisu itu emas. Tidak perlu memaksakan diri mengatakan untuk hal-hal yang tidak dikuasai atau tidak dimengerti.
Etika dan Teknologi Komunikasi dalam Komunikasi Antarpribadi
Menurut Aristoteles ada 3 jenis persahabatan adalah
(a) persahabatan yang didasarkan pada faedah, yaitu persahabatan yang sesuai dengan
kebermanfaatan yang sifatnya tidak tetap dan berubah sesuai dengan lingkungannya;
(b) persahabatan yang didasarkan pada kesenangan yang umumnya merupakan persahabatan
di antara sampaumur alasannya kehidupan para dewasa dikontrol perasaannya, dan kepentingan terutama adalah kesenangan mereka sendiri; dan
(c) persahabatan yang didasari kebaikan, yang ialah persahabatan yang sempurna sebab merupakan persahabatan orang yang bagus dan mempunyai kesamaan dalam kebaikan.
Dalam penggunaan teknologi komunikasi dalam komunikasi antarpribadi dan konsekuensi-konsekuensi etisnya. Kita mampu menyaksikan, ternyata tidak mudah dan tidak sederhana untuk menyaksikan etis tidaknya satu tindakan komunikasi yang menggunakan perangkat teknologi komunikasi. Apalagi jika dalam penggunaannya, pemaikaian perangkat teknologi komunikasi tersebut mirip “memebenarkan” dan “mendukung” penggunanya untuk berbohong sehingga orang yang berkomunikasi pun sesungguhnya sudah menyadari kemungkinan memperoleh info artifisial.
Tentu saja kenyataan kemungkinan memperoleh isu imitasi dalam chatting itu cuma akan dikenali oleh mereka yang sudah biasa memakai perangkat teknologi tersebut. Bagi orang yang pernah menggunakannya dan gres sekali menggunakannya bisa saja mempercayai berita yang disampaikan dari musuh komunikasinya dalam chatting. Ini pastinya akan membawa konsekuensi etis.
Teknologi komunikasi memang melahirkan tantangan gres kepada adab berkomunikasi. Kita memang tidak mampu sekedar memandang teknologi komunikasi itu sebagai kepanjangan (ekstensi) indra kita, seperti televisi kita pandang sebagai kepanjangan indra pandangan kita atau telepon sebagai ekstensi kemampuan kita mendengar. Karena teknologi tersebut memiliki aturan-hukumnya sendiri yang menuntut kita beradaptasi ketika mempergunakan sarana tersebut dalam berkomunikasi.
Tidak mengherankan jika banyak kritisi sosial yang memandang teknologi itu sudah bergerak otonom. Teknologi sudah bergerak mengikuti hukum-hukumnya sendiri dan manusia harus menyesuaikan diri dengan hukum-hukum tersebut. Itu sebabnya ada yang menyimpulkan, karenanya teknologi memperbudak insan. Manusia bukan lagi menjadi tuan atas teknologi melainkan menjadi hamba yang mengikuti harapan teknologi. Dari persepktif ini, masuk akal bila lalu sikap komunikasi kita pun tidak cuma diputuskan kehendak kita berkomunikasi melainkan juga ditentukan oleh aturan-aturan teknologi komunikasi dan gosip tersebut.
Dari perspektif ilmu komunikasi, telah semenjak awal ilmu ini sungguh menekankan pada tanggung jawab etis. Bahkan semenjak permulaan kelahiran ilmu komunikasi, para ilmuwan komunikasi telah bergulat dengan keharusan sopan santun tersebut sejalan dengan potensi -kesempatan yang kita miliki untuk berkomunikasi (lihat, Griffin, 2003:34). Peluang-potensi untuk berkomunikasi tersebut kian membengkak dan hampir tanpa batas alasannya perlindungan teknologi komunikasi dan informasi. Karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengamati dimensi etis dari setiap tindak komunikasi yang kita kerjakan. Dimensi etis itu pulalah yang membuat tindakan komunikasi kita menjadi langkah-langkah yang manusiawi dan menjunjung martabat kemanusiaan kita. Tentu saja, hal tersebut akan meliputi pula komunikasi antarpribadi sebagai bentuk komunikasi insan yang paling tinggi sentuhan kemanusiaannya (human touch).
Salah satu ciri tingginya sentuhan kemanusiaan itu yakni adanya pertimbangan etis dalam berkomunikasi. Teknologi komunikasi tidak dengan sendirinya memperkecil sentuhan kemanusiaan tersebut. Bahkan dibutuhkan justru semakin meningkatkan sentuhan kemanusiaan sehingga dimensi etis tidak bisa dipandang sepi atau diabaikan dalam semua tindak komunikasi. Kesantunan dan kejujuran, contohnya akan tetap merupakan hal penting dalam komunikasi antarpribadi sekalipun komunikasinya dikerjakan melalui perantaraan teknologi komunikasi dan berita.
Karena itu, kiranya penting bagi kita mengetahui Kredo Etika Komunikasi yang dikembangkan National Communication Association (NCA) mirip yang menjadi apendiks dalam buku Griffin (2003:A-23). Dalam mukadimah etika komunikasi itu dinyatakan bahwa “komunikasi yang etis merupakan hal yang mendasar untuk pedoman yang bertanggung jawab, pengambilan keputusan, dan pengembangan kekerabatan dan komunitas dan di dalam dan di antara berbagai konteks, kultur, akses dan media”. Ini memiliki arti, apa pun media komunikasi yang kita gunakan dalam komunikasi antarpribadi, maka komunikasi yang etis hendaknya tetap menjadi anutan tindakan kita.
Kredo Komunikasi adalah sebuah budpekerti yang mendasar dalam berkomunikasi antarpribadi untuk berpikiran yang bertanggung jawab, untuk mengambil keputusan, dan pengembangan hubungan dan komunitas baik dari aneka macam konteks, kultur, saluran dan media hendaknya berkomunikasi secara etis.
Prinsip-prinsip Kredo Komunikasi antara lain (dalam Iriantara Y, 2014) yaitu:
  1. Menganjurkan kebenaran, akurasi, kejujuran, dan bernalar selaku hal yang fundamental untuk integritas komunikasi
  2. Mendukung keleluasaan berekspresi, keanekaragaman perspektif dan toleransi kepada perbedaan pertimbangan untuk meraih pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan berdasarkan berita yang merupakan hal mendasar untuk masyarakat madani
  3. Berusaha untuk mengetahui dan menghormati komunikator lain sebelum menganalisa dan merespons pesan yang mereka sampaikan
  4. Mengembangkan terusan pada sumber-sumber daya dan kesempatan-potensi komunikasi selaku hal yang dibutuhkan untuk membuatkan potensi insan dan menunjukkan tunjangan pada kesejahteraan keluarga, komunitas dan penduduk
  5. Mengembangkan iklim komunikasi yang memperlihatkan kepedulian dan saling pengertian yang menghormati kekhasan kebutuhan dan karakteristik individu-individu komunikator
  6. Mengutuk komunikasi yang menurunkan derajat individu dan kemanusiaan lewat distorsi, intimidasi, koersi dan kekerasan, serta melalui lisan yang memperlihatkan tidak toleran dan kebencian
  7. Memiliki kesepakatan untuk mendorong verbal doktrin eksklusif dalam memburu keadilan dan fairness
  8. Menganjurkan untuk menyebarkan isu, opini dan perasaan saat menghadapi opsi-pilihan yang penting dengan menghormati privasi dan konfidensialitas
  9. Menerima tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari komunikasi sendiri dan menghendaki pihak lain pun memiliki tanggung jawab yang serupa.