Fondasi PAUD berkualitas yaitu sumber daya yg bermutu. Apa saja 4 sumber daya PAUD yg mempengaruhi kualitas pendidikan anak usia dini di Indonesia? Layanan yg diberikan pada anak usia dini oleh satuan PAUD harus mampu memfasilitasi proses pembentukan fondasi tersebut, & dilanjutkan di jenjang pendidikan dasar.
Daftar Isi
PAUD Berkualitas
PAUD ialah pijakan pertama anak di dunia pendidikan & titik awal perjalanannya dlm berkembang & berperan di penduduk , negara, & dunia. Sebagai pijakan pertama, maka pengalaman anak di PAUD sangatlah penting. Apabila pengalaman mencar ilmu yg mereka alami di PAUD tak menggembirakan, maka tak akan ada rasa kasatmata terhadap berguru yg kemudian menjadi bekal mereka dlm melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
Fondasi dr layanan PAUD yakni sumber daya yg bermutu. Tanpa adanya pendidik & tenaga kependidikan yg berkompeten, bagaimana peserta didik akan mendapatkan pelayanan yg baik? Karenanya, setiap penyelenggara layanan mesti memastikan sudah memiliki pendidik & tenaga kependidikan yg berkompetensi untuk menjalankan kegiatan serta visi misi satuan sehingga setiap akseptor didik dapat meraih profil yg diinginkan di selesai partisipasinya.
PAUD Berkualitas terdiri atas 4 elemen layanan, yaitu (1) Kualitas proses pembelajaran; (2) Kemitraan dgn orang renta; (3) Dukungan pemenuhan layanan esensial anak usia dini, & (4) Kepemimpinan & pengelolaan sumber daya.
1. Elemen Pembelajaran di PAUD
Kualitas proses pembelajaran lazimnya merujuk pada kualitas interaksi pendidik dgn anak, pendekatan pembelajaran yg dipakai, serta kemampuan pedagogik pendidik untuk dapat mendesain planning pembelajaran yg berisikan muatan sesuai kode kurikulum yg dipakai, serta menerapkan asesmen yg jadinya dipakai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya.
2. Kemitraan dgn Orang Tua
Kegiatan di satuan PAUD biasanya cukup singkat, dibandingkan dgn durasi kebersamaan anak dgn orang bau tanah/wali di rumah. Agar mampu meningkat dgn optimal, anak perlu mendapat stimulasi setiap ketika, tak hanya dikala ia berada di satuan PAUD. Karenanya kemitraan satuan PAUD dgn orangtua/wali ialah kunci terjadinya kesinambungan dlm berkegiatan main & nilai pendidikan yg dikenalkan di satuan PAUD & di rumah.
3. Dukungan Pemenuhan Layanan Esensial AUD di luar Pendidikan
Satuan PAUD yg berkualitas ialah satuan yg tak cuma menyediakan aspek pendidikan saja. Agar anak meningkat dgn utuh, maka satuan PAUD perlu pula memantau & mendukung terpenuhinya kebutuhan esensial anak di luar pendidikan, yakni kesehatan, gizi, pengasuhan, proteksi & kemakmuran, sesuai dgn amanat Perpres No 60 tahun 2013 ihwal Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. Penyediaan layanan ini tak mesti dipenuhi oleh satuan PAUD dengan-cara mandiri, tetapi mampu bekerjasama dgn unit layanan di sekitarnya.
4. Kepemimpinan & Pengelolaan Sumber Daya
Agar ketiga komponen sebelumnya dapat meraih maksudnya, maka diperlukan unsur kepemimpinan & pengelolaan sumber daya yg berpengaruh. Adanya kepemimpinan & pengelolaan sumber daya menegaskan adanya peluang bagi pendidik & tenaga kependidikan untuk dapat terus meningkatkan kompetensinya supaya dapat menyanggupi mutu layanan yg diinginkan; serta tersedianya sarana prasarana yg mendatangkan lingkungan berguru yg aman & tenteram untuk pelaksanaan proses pembelajaran.
Aspek ini tak cuma mencakup keselamatan & ketentraman fisik, tetapi pula keamanan psikis (sosial & mental) anak dikala berada di lembaga PAUD sebagai bentuk sokongan pengembangan kemakmuran (well-being) anak. Pemenuhan lingkungan kondusif dengan-cara fisik & psikis saling berhubungan satu sama lain.
Perencanaan Berbasis Data
Beberapa waktu yg lalu pemerintah melalui dinas pendidikan mengeluarkan Merdeka Belajar episode kesembilan belas dgn tajuk Rapor Pendidikan Indonesia. Hal ini untuk memastikan rapor pendidikan mampu terlaksana di semua level satuan pendidikan, baik di level kawasan sampai nasional. Tindak lanjut dr peluncuran rapor pendidikan tersebut adalah perencanaan berbasis data (PBD). PBD seyogyanya mampu menegaskan bahwa pemanfaatan profil pendidikan yg diperoleh dr platform rapor, dilaksanakan dgn baik & berpengaruh pada perubahan yg signifikan & bermakna. Hal ini ditandai dgn pemanfaatan data dr rapor selaku sumber data untuk melaksanakan identifikasi, refleksi & tindakan membenahinya.
Dalam penyusunan perencanaan di satuan pendidikan, isu yg sering dihadapi antara lain:
Sumber Daya Manusia
Ada tiga aspek permasalahan sumber daya insan dlm hal penyusunan rencana. Aspek pertama, tak adanya visi misi yg memandu datangnya nilai & budaya yg dimiliki oleh seluruh ekosistem di satuan. Tanpa adanya tujuan yg terperinci, maka sulit untuk menyusun perencanaan yg baik. Aspek kedua, yakni keterbatasan kapasitas perencanaan, yg umum terlihat melalui: kesusahan dlm mengevaluasi permasalahan yg muncul di satuan pendidikan; solusi dr permasalahan yg dirumuskan tak berbasis kebutuhan, atau kadang bersifat parsial sehingga tak menjamah akar permasalahan; & kemampuan supervisi yg masih lemah.
Aspek ketiga, yaitu kurangnya kesadaran bahwa perencanaan untuk kenaikan mutu layanan inheren dlm setiap acara di satuan, mulai dr pembelajaran di ruang kelas hingga ke pengelolaan sumber daya. Oleh karenanya, aktivitas penyusunan rencana sebaiknya dikerjakan dengan-cara partisipatif, oleh setiap pihak di satuan.
Contoh dr lapangan yg mewakili faktor tersebut adalah cerita dr satuan PAUD Y yg diatur suatu yayasan di Kabupaten Tuban. Dalam menyusun Rencana Kegiatan Tahunan (RKT), kepala satuan & para pendidik lebih sering meng-copy & mengulang penyusunan rencana yg dilaksanakan tahun sebelumnya.
Hal tersebut dilakukan sebab keterbatasan pemahaman untuk mengaitkan visi-misi satuan dgn kebutuhan satuan untuk kenaikan kualitas layanan. Data yg dimiliki satuan dianggap selaku pemenuhan “kewajiban administrasi” saja & tak dipakai dlm menyusun RKT. Ditambah dgn kegalauan jika melaksanakan usulan kegiatan yg beragam, tak mendapatkan kesepakatan dr Dinas Pendidikan, yg menyebabkan tersendatnya dana BOP turun ke satuan.
Data & Informasi
Terkait dgn data & informasi, ada dua aspek permasalahan. Aspek pertama, ketidaksadaran akan pentingnya tugas data & keterangan sebagai umpan balik bagi satuan untuk terus meningkatkan kualitas layanannya.
Cukup sering didapatkan bahwa satuan pendidikan menghimpun data & informasi hanya untuk keperluan pengajuan pemberian atau pengukuhan, bukan untuk penyusunan penyusunan rencana yg baik. Aspek kedua, data & keterangan yg dikumpulkan dengan-cara berkala belum tentu berkorelasi pribadi dgn mutu pembelajaran ataupun layanan. Diperlukan pemahaman mengenai data & informasi apa yg signifikan berkontribusi pada hadirnya lingkungan mencar ilmu berkualitas di satuan PAUD, tak hanya kepala satuan saja.
Anggaran
Ada dua hal miskonsepsi (salah pemaknaan) perihal budget dlm perencanaan. Miskonsepsi (salah pemaknaan) pertama, bahwa setiap aktivitas kenaikan mutu layanan memerlukan anggaran. Kegiatan yg bersifat kerjasama internal mirip pembelajaran sesama rekan sejawat, adalah teladan acara yg instrumental dlm kenaikan kualitas layanan, namun tak senantiasa membutuhkan budget. Miskonsepsi (salah pemaknaan) kedua, sumber anggaran cuma berasal dr pemberian pemerintah/pemerintah kawasan untuk membiayai kegiatan operasional maupun investasi. Dukungan dr pemangku kepentingan/ masyarakat/ orang bau tanah dlm upaya memajukan mutu layanan dapat dijalankan dengan-cara sistemik.
Contoh lain acara instrumental yg dilakukan satuan dlm peningkatan mutu layanan yaitu pelaksanaan In-House Training (IHT). IHT dijalankan dengan-cara internal oleh satuan, dimana kepala satuan atau pendidik senior, yg mempunyai pemahaman lebih baik (karena menerima pelatihan lebih dulu atau lebih berpengalaman) membagikan ilmu, keterangan, ketrampilan, maupun materi baru pada rekan sejawatnya. Kegiatan ini tanpa ongkos & dikerjakan di satuan PAUD sesudah penerima didik pulang.
Kebijakan
Ada dua faktor permasalahan terkait kebijakan. Aspek pertama, kadang-kadang satuan pendidikan belum mengetahui rasional & objektif dr suatu kebijakan karena tak membaca utuh, ataupun terdampak akhir komunikasi ihwal kebijakan yg pula tak diikuti dgn konteks yg dibutuhkan.
Yang perlu dituju yaitu keadaan di mana satuan pendidikan menjadi lebih berdaya dlm memaknai isi dr kebijakan sehingga dengan-cara sadar menimbang bagaimana kebijakan tersebut akan menentukan penyelenggaraan layanannya. Aspek kedua, belum senantiasa terjadi harmoni antara pusat-tempat-satuan. Yang perlu dituju adalah konsistensi antara berbagai kerangka kebijakan dr pemerintah sentra; penyelenggaraan yg merujuk pada kerangka kebijakan tetapi diselenggarakan sesuai dgn otonomi yg dimiliki pemerintah kawasan; serta keberdayaan satuan pendidikan untuk mengetahui isi kebijakan serta memberi umpan balik pada pemerintah daerah & pemerintah pusat.