Belakangan ini anutan Syi’ah sedang merebak di Indonesia. Sebagian ummat islam sudah teracuni dengan ajarannya. Ajaran ini sudah banyak menelan korban khususnya dari kelompok kaum awam.
Diantara aliran syi’ah yang telah menjalar ditengah-tengah umat kita yakni hamper semua buku kurikulum sejarah islam mencaci sebagian sobat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mirip Muawiyah radhiyallahu ‘anhu yang dicap rakus jabatan, Sahabat Utsman radhiyallahu ‘anhu dikatakan melakukan nepotisme, dan sebagainya
Kelompok ini terus menyebarkan sayapnya diseluruh penjuru tanah air dan terus menampakkan taringnya siap menerkam mangsa-mangsa barunya. Celakanya, ada sebagian yang disebut cendikiawan muslim mencoba dengan berbagai cara untuk menyatukan dan mendekatkan antara fatwa syi’ah yang sesat dengan ajaran Ahlus Sunnah. Demi Allah, hal ini tidak mungkin terwujud karena aqidah (kepercayaan) dan ajarannya berbeda seratus persen dengan aqida Ahlus Sunnah. Oleh alasannya adalah itu, mengingat betapa besarnya bahay dari golongan ini, kami hendak mengungkap sebagian dari kesesatan-kesesatannya sebagai peringatan dan kewaspadaan bagi kita semua
Siapakah Syi’ah Rafidhah?
Syi’ah yaitu orang-orang yang berlebihan terhadap ahlul bait (keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)dan mengkafirkan selain mereka dari sobat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan mereka pun menganggap sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu memiliki kedudukan khusus dalam problem imamah dan khilafah, artinya orang yang berhak menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teman Ali radhiyallahu ‘anhu bukan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.
Mereka dinamai Rafidhah alasannya takkala mengunjungi Zaid bin Ali bin Hasan rahimahullah dan mereka berkata: “Berlepas dirilah engkau dari Abu Bakar dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ajmain, dengan demikian kami akan bergabung denganmu” Zaid rahimahullah menjawab: “ Mereka berdua ialah sahabat kakekku, saya tak bisa berlepas diri dari mereka, bahkan aku akan selalu bergabung dengan mereka dan bersikap loyal (cinta) kepada mereka. “Kemudian mereka menjawab: “Kalau begitu, kami menolakmu.” Maka dari sinilah mereka dinamai Rafidhah artinya kelompok yang menolak
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: “Rafidhah ialah orang-orang yang berlepas diri dari para sobat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mencela dan mencaci mereka”
Awal Kemunculan Syi’ah
Syi’ah muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Kelompok ini diusung oleh Abdullah bin Saba’ atau Ibnu Sauda’. Ia seorang Yahudi dari yaman yang berpura-pura masuk islam dan mengaku seorang muslim. Ia mendakwakan kepada kaum muslimin semoga menyayangi ahlul bait dan berlebih-lebihan dalam menyanjung sobat Ali radhiyallahu ‘anhu, menetapkan Imamah (kepemimpinan) Ali, dan berkeyakinan bahwa imamah tidak akan lepas dari anak keturunan Ali radhiyallahu ‘anhu. Ia pulalah yang menampakkan celaan dan cacian terhadap Abu Bakar, Umar bin Khathtab dan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ajmain. Puncak (kesesatan)nya, ia menilai teman Ali radhiyallahu ‘anhu berada pada derajat ketuhanan, sebagaimana dilontarkan pula oleh gembong Syi’ah zaman sekarang Ishak bin Muhammad yang diketahui sebagai al-Ahmar.
Pecahan-bagian Syi’ah
Perlu diketahui, Syi’ah ini bukan hanya satu kelompok saja. Merekapun berpecah-belah, ada yang ghuluw (ekstrem) dan ada yang moderat. Bahkan dijelaskan dalam banyak kitab bahwa Syi’ah bercabang menjadi 73 sekte lebih. Memang demikianlah karakter ahlul bid’ah, senantiasa berpecah-belah sebab asas mereka dibangun dengan hawa nafsu belaka, sebagaimana disinyalir dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala : “Dan janganlah kau mirip orang-orang yang bercerai-berai dan bertikai sehabis datang informasi yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang menerima siksa yang berat” (QS. Ali Imran [3]: 105)
Diantara sempalan Syi’ah yang terkenal antara lain: As-Saba’iyah yakni pengikut Ibnu Saba’ yang menuhankan Ali radhiyallahu ‘anhu semasa hidupnya, mereka menyangka bahwa Ali radhiyallahu ‘anhuberada di langit, Guntur yakni suaranya, sedangkan kilatan petir adalah cemetinya. Diantara mereka pun ada kelompok yang disebut al-Kamiliyyah, mereka mengkafirkan para sobat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meninggalkan bai’at terhadap Ali radhiyallahu ‘anhu. Zaidiyyah adalah pengikut Zaid bin Ali rahimahullah, mereka melebih-lebihkan sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu dari sahabat-teman lainnya dan mencela teman Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ajmain, Adz-Dzamamiyyah adalah orang-orang yang mencela Malikat Jibril ‘alaihis salam, mereka menyampaikan bekerjsama wahyu diturunkan terhadap Ali radhiyallahu ‘anhu akan namun Jibril ‘alaihis salam salah menurunkannya terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebenarnya masih banyak lagi sempalan Syi’ah yang tidak kami sebutkan secara jelas sebab kekurangan tempat, diantaranya: Syi’ah al-Ghurobiyyah, Imamiyyah, al-Kissaniyyah, dan al-Ismailiyyah, al-Mnshuriyyah
Menyingkap Kesesatan Syi’ah
Kenapa Syi’ah harus tidak boleh dan disesatkan? Karena anutan Syi’ah yaitu sesat lagi menyesatkan, sungguh bertolak belakang dengan fatwa islam, dan sungguh kontradiktif dengan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Hanya orang-orang bodohlah yang menjajal menyelenggarakan tagrib (pendekatan) antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah
Bahkan Syi’ah lebih layak dibilang seperti dengan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh al-Imam asy-Sya’bi rahimahullah: “Yahudi menyampaikan tidak boleh menjadi pemimpin kecuali dari keluarga Nabi Dawud ‘alihis salam, Syi’ah pun mengatakan kekhalifahan (kepemimpinan. red) tidak sah kecuali dari anak-anak Ali radhiyallahu ‘anhu, Yahudi menyampaikan tidak ada jihad dijalan Allah Azza wa jalla sampai turunnya Dajjal dan diturunkannya pedang dari langit, SYi’ah pun mengatakan tidak ada jihad di jalan Allah Ta’ala hingga keluarnya Imam Mahdi dan ada yang menyeruh dari langit, Yahudi mengakhirkan Shalat hingga hadirnya bintang-bintang, begitu pula Syi’ah mengakhirkan sholat maghrib hingga muncul bintang-bintang, Yahudi mengganti Taurat, begitu juga Syi’ah mengganti al-Qur’an, Yahudi menghalalkan harta orang lain diluar agamanya, demikian pula Syi’ah menghalalkan harta kaum muslimin di luar golongannya, dan masih banyak lagi persamaan antara keduanya”.
Adapun di antara paham-paham Syi’ah yang ialah puncak kesesatan ialah:
1). Mencela Bahkan Mengkafirkan Para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Inilah I’tiqod (iman) mereka yang tak dapat dibantah, secara terang-terangan mereka mencela habis-habisan bahkan mengkafirkan Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ajmain sebab dianggap telah merebut ke khalifahan sesudah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salami wafat. Adapun syi’ah yang ada pada zaman kini menampakkan kebencian mereka kepada sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, membuat do’a kutukan terhadap dua sobat mulia yaitu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu (Do’a dua berhala Quraisy), selain itu, mereka pun mengagungkan kubur Abu Lu’lu’ah al-Majusi alasannya berhasil membunuh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu
2). Berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala mempunyai sifat al-Bada’
Mereka meyakini bahwa Allah Ta’ala tidak mengenali bagian sesuatu tertentu (al-Juz’iyyat) sebelum terjadinya dan Allah Ta’ala baru mengetahui sesudah terjadinya sesuatu tersebut
3, Memiliki Aqidah Roj’ah
Yaitu berkeyakinan akan hidup kembali sesudah mati di dunia sebelum terjadinya hari akhir zaman, terjadi pada zaman keluarnya Imam Mahdi (menurut sangkaan mereka), sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad al-Ahsani (salah satu tokoh Syi’ah): “Ketahuilah, bahwasanya roj’ah yakni rahasia dari Allah Azza wa jalla, dan mengatakan hal itu yakni buah dari beriman kepada hal ghoib”[12]
4, Mewajibkan Taqiyyah
Taqiyyah adalah suatu ucapan atau tindakan yang dikerjakan tidaksesuai dengan akidah, untuk menyingkir dari bahaya yang mengancam jiwa, harta, dan untuk mempertahankan kehormatan. Termaktub dalam kitab mereka, Ushul Kafi, salah satu tokoh mereka Abu Ja’far menyampaikan: “Taqiyyah yakni tergolong agamaku dan agama nenek moyangku, tidak ada akidah bagi orang yang tidak bertaqiyyah”[13]
[Dan diantara keyakina Syi’ah ialah Bertaqiyyah wajib hukumnya,dan meninggalkannya bagaikan meninggalkan sholat, bertaqiyyah dilarang dihapuskan sampai datangnya Imam Mahdi dan barang siapa yang meninggalkannya sebelum datangnya Imam Mahdi maka beliau keluar dari agama Allah. red]
5, Menjadikan Masalah Imamah Termasuk Rukun Islam
Di antara kesesatan mereka yaitu mereka meyakini bahwa imamah tergolong rukun islam dan pokok dari rukun iktikad, tidak tepat iman seseorang kecuali beliau mengimani problem imamah.[14]
Sebenarnya masih banyak kesesatan-kesesatan Syi’ah yang tidak kami sebutkan disini sebab kekurangan kawasan
Waspadalah Terhadap Ajaran-pedoman Syi’ah
Imam Malik bin Anas rahimahullah saat ditanyai wacana Syi’ah Rafidhah menjawab: “Janganlah engkau berbicara dengan mereka, jangan pula meriwayatkan dari mereka alasannya bantu-membantu mereka (Syi’ah Rafidhah. red) yaitu pendusta”
Tholhah bin Mushorrif rahimahullah berkata: “Wanita-perempuan Rafidhah tidak boleh di nikahi dan sembelihannya tidak boleh di makan alasannya adalah mereka telah murtad”
Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Tidaklah aku memandang seorang pun dari ahlul ahwa’ (pengekor hawa nafsu) yang seruannya dan persaksiannya lebih dusta dibandingkan dengan Rafidhah”[15]
Demikianlah, wahai saudaraku, bentengilah diri kita dengan bekal ilmu agar terhindar dari syubhat-syubhat Syi’ah. Lindungilah keluarga kita dari pemahaman mereka dengan cara mendidik mereka dengan ilmu syar’i diatas manhaj shalafush shaleh. Wallahu Ta’ala a’lam
[Sumber: Buletin AL FURQON Srowo-Sidayu-Gresik. JATIM. Volume, 11. No, 2 Rabi’ul Awal 1430. H]
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com
Catatan Kaki:
[1] Lihat Lum’atul I’tiqod: 161 dan Ta’tsirul Mu’tazilah:390
[2] Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
[3] Lihat Muhktashor Minhajus Sunnah: 1/13 dan al-Muntaqo an-Nafis min Talbis Iblis: 95
[4] Thobaqot al-Hanabilah: 1/33
[5] Lihat Ta’tsirul Mu’tazilah Fil Khowarij wasy Syi’ah: 392
[6] Lihat Ushuluddin: 356-357
[7] Lihat al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 20
[8] Lihat Talbis Iblis: 96
[9] Lihat Muhktashor Minhajus Sunnah: 1/13-14
[10] Lihat Talbis Iblis: 95
[11] Lihat al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 60
[12] Ar-Roj’ah: 11, dinukil dari kitab al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 62
[13] Ushul Kafi: 2/217
[14] Lihat al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 46
[15] Al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 8