Menginterpretasikan Struktur Dari Konsepsi Kimia Hijau Dalam Sudut Pandang Lingkungan

 Oleh : Mohammmad Simar Kurniawan

 (@T12-Simar)

Abstrak

Kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangatlah memegang peranan penting dalam menentukan keberlanjutan kehidupan insan di yang ada di Bumi. Kondisi pembangunan industri dan kondisi dikala ini masih didominasi oleh ketergantungan pada penggunaan sumber daya alam yang sebagian besar ialah sumber daya yang tidak terbaharukan. Pembangunan selanjutnya mengubah sumber daya yang diambil dari lingkungan dengan limbah yang seringnya tidak ramah lingkungan, dan alhasil membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam kehidupan kita kimia hijau berperan penting di dunia ini. Kimia hijau bermaksud untuk menetralisir efek jelek zat kimia semenjak pada proses perancangan. Praktik pencegahan ancaman dari semenjak permulaan proses pembuatan zat kimia akan berfaedah bagi kesehatan insan dan lingkungan, yang meliputi proses perancangan, bikinan, penggunaan atau penggunaan kembali, dan pembuangan limbah yang dihasilkan Perbedaan utama pendekatan lama dan baru dalam pengerjaan zat kimia ialah pemanfaatan pelarut dari minyak bumi.

Kata kunci : kimia hijau, lingkungan, kehidupan manusia

Abstract

     Chemistry is one of the disciplines that plays an important role in determining the sustainability of human life on Earth. Industrial development conditions and current conditions are still dominated by dependence on the use of natural resources, most of which are non-renewable resources. Subsequent development replaces resources taken from the environment with waste that is often not environmentally friendly, and ultimately endangers the lives of humans and other living things. In our life green chemistry plays an important role in this world. Green chemistry aims to eliminate the adverse effects of chemicals from the design process. Hazard prevention practices from the very beginning of the chemical manufacturing process will benefit human health and the environment, which includes the process of designing, producing, using or reusing, and disposing of the resulting waste. Earth.

Keywords: green chemistry, environment, human life

I. PENDAHULUAN
Kimia hijau memiliki peranan penting dalam memberikan penyelesaian terhadap problem dunia seperti pergeseran iklim yang ekstrim alasannya adalah pemanasan global, urusan kekurangan energi, dan sumber daya alam yang menipis. Peranan green chemistry kepada bidang pendidikan kimia adalah menawarkan info baik kepada masyarakat dan siswa perihal acuan ramah lingkungan dan pergeseran yang sungguh penting bagi pembangunan berkesinambungan yang dimulai dari sebuah usaha untuk meminimalkan sisa aktivitas (limbah). Menurut Sharma (2008) Kimia Hijau ialah pendekatan yang sangat efektif untuk menghalangi terjadinya polusi alasannya adalah mampu dipakai secara pribadi oleh para ilmuwan dalam situasi kini. Konsep ini lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk menempatkan aspek lingkungan pada prioritas utama. Area observasi dalam bidang green chemistry ini meliputi pengembangan cara sintesis yang lebih ramah lingkungan, penggunaan bahan baku yang terbarukan, mendesain bahan kimia yang green, serta penggunaan bioteknologi sebagai alternatif dalam industri. 
Menurut Mustafa (2016) Istilah kimia hijau pertama kali dipakai oleh Paul T. kAnastas pada suatu program khusus yang diperkenalkan organisasi EPA (Environmental Protection Agency) di Amerika Serikat tahun 1991. Program ini dimaksudkan untuk menerapkan pengembangan berkesinambungan di bidang kimia dan teknologi kimia oleh dunia industri, sekolah tinggi, dan pemerintahan. Konsep kimia hijau mengintegrasikan pendekatan gres untuk proses sintesa, pengolahan, dan aplikasi zat-zat kimia sedemikian rupa sehingga mampu menurunkan bahaya kepada kesehatan dan lingkungan. Pendekatan baru ini lalu diberi ungkapan: kimia yang ramah kepada lingkungan  (Environmental benign Chemistry), kimia bersih (Clean Chemistry) ekonomi atom (atom economy), kimia yang dirancang jinak/ramah (benign-by-design chemistry). Konsep Seiring berkembangnya waktu, kesadaran para pelaku industri akan konsep ini makin meningkat . Hampir setiap industri di negara-negara maju mulai menerapkan rancangan kerja ini. Sementara itu, para ilmuwan pun banyak yang mulai menyelenggarakan penelitian mendalam mengenai segala sesuatu tentang Kimia Hijau. Usaha untuk menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan dan penggantian zat kimia berbahaya yang dipakai pada aneka macam industri dan kesehatan telah dijalankan. Berbagai peraturan  tentang penerapan kimia hijau pada tingkat dunia dan Indonesia sudah dibentuk. Perlu pengawasan ketat untuk penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah ancaman terhadap kesehatan dan lingkungan.
II. PERMASALAHAN
1. Apa yang dimaksud dengan Kimia Hijau ?
2. Prinsip apa saja yang dipakai didalam kimia hijau?
3. Apa saja urusan yang terkait dengan kimia hijau?
4. Apa saja faedah Kimia hijau?
III. TUJUAN 
1.  Untuk mengetetahui Pengertian Kimia Hijau 
2. Untuk mengetetahui Prinsip yang dipakai didalam kimia hijau
3. Untuk mengenali permasalahan yang terkait de
ngan kimia hijau
4. Untuk mengetetahui faedah  dari Kimia hijau
IV. PEMBAHASAN

Menurut Nurma (2008) Kimia Hijau yakni desain produk kimia dan proses yang meminimalisir atau menghilangkan penggunaan atau generasi zat berbahaya. Green chemistry yaitu suatu falsafah atau rancangan yang mendorong rancangan dari suatu produk ataupun proses yang meminimalkan ataupun mengeliminir penggunaan dan produksi zat-zat (substansi) toksik dan atau berbahaya. Konsep green chemistry berkaitan dengan Kimia Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, dan Kima Analitik. Bagaimanapun juga, rancangan ini condong mengarah ke aplikasi pada sektor industri.) Istilah kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan alasannya adalah melibatkan struktur dan perubahan sebuah bahan. Perubahan tersebut niscaya melibatkan energi sebagai sumbernya. Oleh alasannya adalah itu konsep green chemistry ini juga dekat kaitannya dengan energi dan penggunaannya baik itu secara eksklusif maupun yang tidak langsung mirip penggunaan suatu material dalam hal pembuatan, penyimpanan dan proses penyalurannya. 
Menurut Kusnia (2017) kimia hijau ramah lingkungan ialah upaya yang dilakukan untuk meminimalisir atau menghilangkan bahaya dari bahan-materi kimia, mengurangi atau menghilangkan bahaya dari proses pembuatan materi kimia baik pada bidang industri maupun pada lingkungan. Seiring berkembangnya waktu, kesadaran para pelaku industri akan desain ini semakin meningkat . Hampir setiap industri di negara-negara maju mulai menerapkan desain kerja ini. Sementara itu, para ilmuwan pun banyak yang mulai menyelenggarakan penelitian mendalam tentang segala sesuatu mengenai desain ini. Bahkan semenjak tahun 1995, diberikan penghargaan The Presidential Green Chemistry Challenge Awards, terhadap individu ataupun korporat yang dianggap telah turut andil dalam memperlihatkan penemuan dalam Green Chemistry. Semua ini, dilakukan dengan satu tujuan ialah untuk menyelamatkan bumi. 
Maka dari itu berdasarkan Mustafa (2016) kimia hijau sangatlah penting alasannya beliau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisir atau menghilangkan bahaya efek buruk zat kimia kepada lingkungan termasuk manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk membuat zat-zat kimia yang lebih baik dan kondusif dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling kondusif dan efisien untuk  mensintesa zat-zat tersebut dan menghemat sampah kimia yang  dihasilkan. Pendekatan kimia hijauertujuan untuk menetralisir pengaruh jelek zat kimia sejak pada proses perancangan. Praktik pencegahan ancaman dari semenjak awal proses pembuatan zat kimia akan bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan, yang meliputi proses perancangan, produksi, penggunaan atau penggunaan kembali, dan pembuangan limbah yang dihasilkan.
Anastas dan Warner (1998) mengusulkan konsep “The Twelve Principles of Green Chemistry” yang dipakai sebagai pola oleh para peneliti untuk melakukan observasi yang ramah lingkungan. Berikut ialah ke-12 prinsip kimia hijau yang diusulkan oleh Anastas dan Warner : 
1.) Mencegah timbulnya limbah dalam proses 
Lebih baik menghalangi dibandingkan dengan mengatasi atau membersihkan limbah yang muncul sehabis proses sintesis, alasannya biaya untuk menangani limbah sungguh besar. Salah satu caranya yakni dengan pemilihan metode yang sempurna untuk sebuah sintesis kima, sehingga produk yang dihasilkan lebih banyak ketimbang limbahnya. Atau bisa juga dengan sistem recycle zat kimia. Dimana zat sampingan yang dihasilkan dari reaksi kimia mampu digunakan kembali ke dalam reaksi kima tersebut. 
2.) Mendesain produk bahan kimia yang kondusif 
Pengetahuan tentang struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi toksisitas dari suatu molekul serta bisa mendesain bahan kimia yang kondusif. Target utamanya yakni mencari nilai optimum supaya produk bahan kimia mempunyai kesanggupan dan fungsi yang bagus akan tetapi juga kondusif (toksisitas rendah). Caranya adalah dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai bioavailability. Contohnya yakni dengan dibuatnya biosida ramah lingkungan untuk menghalangi kemajuan bakteri, alga, dan jamur di permukaan kapal dan ladang.
3.) Mendesain proses sintesis yang kondusif 
Metode sintesis yang dipakai harus didesain dengan menggunakan dan menciptakan materi kimia yang tidak beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengurangi paparan atau meminimalkan ancaman kepada orang yang menggunakan bahan kimia tersebut. Contohnya yaitu senyawa 4-aminodifenilamina, suatu intermediet kunci dalam bikinan antioksidan karet, secara tradisional dihasilkan dari klorinasi benzene. Riset kimia hijau yang dijalankan oleh Flexsys America bisa mengambil alih proses bikinan ini dengan menggunakan kopling langsung aniline dengan nitrobenzene yang teraktifkan oleh sebuah basa 
4.) Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan 
Penggunaan bahan baku yang mampu diperbarui lebih direkomendasikan daripada menggunakan bahan baku yang tak terbarukan didasarkan pada argumentasi ekonomi. Bahan baku terbarukan biasanya berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku tak terbarukan berasal dari materi bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, kerikil bara, dan materi tambang yang lain. Contohnya yakni observasi Michigan State University berhasil mengubah benzene dan asam nitrat yang menciptakan pencemar oksida nitrogen dalam buatan asam adipat dan katekol dengan glukosa dan air. 
5.) Menggunakan katalis 
Penggunaan katalis memberikan selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil yang meningkat, serta mampu menghemat produk samping. Peran katalis sangat penting alasannya adalah diharapkan untuk mengkonversi menjadi produk yang diharapkan. Dari segi green chemistry penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu menghemat penggunaan reagen, dan bisa menghemat penggunaan energi dalam suatu reaksi. 
6.) Menghindari derivatisasi dan adaptasi sementara dalam reaksi kimia 
Derivatisasi yang tidak diharapkan seperti penggunaan proteksi/deproteksi, dan modifikasi sementara pada proses fisika ataupun kimia mesti dihemat atau sebisa mungkin dihindari alasannya adalah pada setiap tahapan derivatisasi memerlukan pelengkap reagen yang nantinya memperbanyak limbah. Industri BHC di Amerika sukses menyusun sintesis baru untuk ibuprofen dimana meminimalisir tahapan konvensional reaksi 6 tahap menjadi 3 tahap (US EPA,2004c). Dengan tata cara ini Atom Ekonomi berkembang40%. Selain itu katalisnya mampu digunakan kembali. 
7. ) Memaksimalkan atom ekonomi 
Metode sintesis yang dipakai harus didesain untuk meningkatkan proporsi produk yang diharapkan dibandingkan dengan materi dasar. Konsep atom ekonomi ini menganalisa sistem terdahulu yang cuma melihat rendemen hasil sebagai parameter untuk menentukan suatu reaksi efektif dan efisiens tanpa menyaksikan seberapa besar limbah yang dihasilkan dari reaksi tersebut. Atom ekonomi disini dipakai untuk menganggap proporsi produk yang dihasilkan ketimbang reaktan yang dipakai. Jika semua reaktan dapat dikonversi sepenuhnya menjadi produk, mampu dikatakan bahwa reaksi tersebut memiliki nilai atom ekonomi 100%. 
8.
) Menggunakan pelarut yang kondusif 
Penggunaan bahan kimia mirip pelarut, ekstraktan, atau bahan kimia perhiasan lainnya mesti dikesampingkan penggunaannya. Apabila terpaksa harus digunakan, maka mesti seminimal mungkin. Kebanyakan pelarut bersifat gampang terbakar atau beracun, dan hampir semuanya merupakan senyawa organik yang mudah menguap sehingga menyumbang pencemaran udara. Pelarut sungguh diharapkan untuk sebagian besar reaksi karena pelarut merupakan media untuk campur, transfer panas dan kadang mengatur reaktivasi pereaksi.
9.) Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi 
Energi yang dipakai dalam suatu proses kimia mesti mempertimbangkan efek terhadap lingkungan dan faktor ekonomi. Jika dimungkinkan reaksi kimia dikerjakan dalam suhu ruang dan memakai tekanan.Penggunaan energi alternatif dan efisien dalam sintesis dapat dijalankan dengan memakai beberapa sistem baru diantaranya yaitu dengan memakai radiasai gelombang mikro (microwave), ultrasonik dan fotokimia. Pada skala laboratorium biasanya dipakai penangas mirip penangas air dan minyak, mantel listrik, dan gelombang mikro (microwave). 
10.) Mendesain materi kimia yang mudah terdegradasi 
Bahan kimia mesti didesain dengan memikirkan faktor lingkungan, oleh alasannya adalah itu suatu materi kimia harus gampang terdegradasi (terurai) dan tidak terakumulasi di lingkungan. Banyak produk kimia yang tidak mudah terurai secara ilmiah dan penanganannya menjadi berbahaya. Sebagai pola ialah asam poliakrilat, polimer anionic penting dalam aneka macam produk industri yang pada tamat penggunaannya tidak mudah terurai di alam. Untuk menanggulangi dilema ini, Korporasi Donlar telah menciptakan alternative untuk asam poliakrilat yakni termal poliaspartat lewat proses yang sungguh efisien dan hampir tidak membebaskan limbah
11.) Penggunaan tata cara analisis secara eksklusif untuk meminimalisir polusi 
Metode analisis yang dikerjakan secara real-time mampu menghemat pembentukan produk samping yang tidak dikehendaki. Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan metode dan teknologi analisis yang mampu meminimalkan penggunaan materi kimia yang berbahaya dalam prosesnya. 
12.) Meminimalisasi peluangkecelakaan 
Bahan kimia yang dipakai dalam reaksi kimia mesti dipilih sedemikian rupa sehingga potensi kecelakaan yang dapat menjadikan masuknya bahan kimia ke lingkungan, ledakan dan api mampu disingkirkan. Sebagai contoh, pengerjaan nanopartikel atom emas dengan memakai diboran (sangat toksik dan mudah terbakar kalau akrab dengan api pada suhu kamar) serta mengakibatkan kanker sebab adanya kandungan benzen. Saat ini diburan telah diganti dengan materi yang ramah lingkungan NaBH4 yang mampu mengeliminasi gugus benzene.
  Menurut Dhage (2013) Prinsip pertama menggambarkan pandangan baru dasar dari kimia hijau, yang dilanjutkan dengan prinsip-prinsip selanjutnya Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas yang menjadi pedoman dalam melaksanakan prinsip pertama itu mirip atom economy, penghindaran toksisitas, pemanfaatan solven dan media lainnya dengan konsumsi energi seminimal mungkin, pemanfaatan materi mentah dari sumber yang terbarukan, serta penguraian produk kimia menjadi zat-zat nontoksik sederhana yang ramah lingkungan.  Sebagai suatu filsafat kimia, kimia hijau berlaku pada kimia organik, biokimia, kimia analitik, dan bahkan kimia fisis. Sementara kimia hijau tampak berkonsentrasi pada terapan-terapan industri, sesungguhnya beliau berlaku juga pada sembarang cabang kimia. Kimia klik terkadang disebut selaku suatu gaya sintesis kimia yang konsisten dengan tujuan-tujuan kimia hijau. Fokusnya yakni meminimasi bahaya dan memaksimasi efisiensi sembarang materi kimia. Ia berlawanan dengan kimia lingkungan yang berkonsentrasi pada gejala-gejala kimia di lingkungan. Dalam kimia hijau pastinya terdapat permasalahan, berikut Permasalahan yang terkait dalam kimia hijau
1. ) Masalah energy
 Masalah kekurangan energi di dunia, dipengaruhi oleh aspek-aspek yang tak dapat diperbarui dan berpeluang merusak lingkungan mirip karbondioksida, menipisnya lapisan ozon, imbas penambangan serta materi beracun di sekitar kita. Untukmasalah kelemahan energi ini Green chemistry mampu menjadi pendorong dalam pengerjaan energi alternative seperti photovoltaics, rekayasa materi bakar hidrogen,bahan bakar nabati atau biologis dan yang yang lain.
2.) Masalah Perubahan Iklim Global
   Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasan global adalahbidang kajian yang digarap oleh teknologi green chemistry.
3.) Masalah Sumber daya alam yang semakin menipis 
    Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak dapat terbaharui, mengakibatkan ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan. Oleh alasannya itu pemakaian bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry.
4. ) Masalah Kekurangan pangan
   Metoda pertanian sekarang ini tak bisa lagi menangani masalah pangan di masamendatang. Untuk itu perlu adanya metoda gres dalam mengatasi problem pangan inidan Green chemistry secara sains dapat berperan dalam teknologi buatan makananmasa depan dengan cara: Pertama, mengembangkan sejenis pestisida yang hanyaberpengaruh pada organisme yang menjadi target dan mampu secara mudahterdegradasi menjadi zat tak berbahaya.
5.) Masalah Alam Lingkungan yang kian terpolusi
   Penerapan Green Chemistry pada sendi-sendi observasi dan proses bikinan yangdilakukan secara konsisten dan tepat, dapat meminimalisir bahkan menghilangkansenyawa beracun yang memiliki pengaruh manusia, biosfir dan lingkungan sekitar.
Menurut Mustafa (2016) Manfaat kimia hijau yakni mengusahakan proses-proses kimia yang lebih ekonomis alasannya biaya produksi dan regulasi yang lebih rendah, efisien dalam penggunaan energi, pengurangan limbah buatan, pengurangan kecelakaan, produk yang lebih aman, tempat kerja dan komunitas yang lebih sehat, pinjaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dan mendapatkan keunggulan yang kompetitif atas produk yang dihasilkan. Dengan mengamati dan menerapkan pendekatan atau teknologi kimia hijau akan menciptakan tempat kerja yang lebih aman bagi para pekerja industri, risiko-risiko yang jauh lebih minim bagi komunitas di sekeliling lingkungan pabrik dan produk yang lebih kondusif bagi pengguna/pembeli. 
      

VI. KESIMPULAN

Kimia hijau ialah pendekatan yang sungguh efektif untuk menghalangi terjadinya polusi sebab mampu dipakai secara langsung oleh para ilmuwan dalam suasana sekarang. Konsep ini lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk menempatkan aspek lingkungan pada prioritas utama. Area penelitian dalam bidang green chemistry ini mencakup pengembangan cara sintesis yang lebih ramah lingkungan, penggunaan bahan baku yang terbarukan, men
desain bahan kimia yang green, serta penggunaan bioteknologi sebagai alternatif dalam industri. Konsep dari kimia hijau memungkinkan terbentuknya solusi dari banyak sekali persoalan yang belakangan ini disebabkan oleh sebagian besar aktifitas insan. Aplikasi kimia hijau dalam teknologi memperlihatkan sejumlah manfaat antara lain, meminimalkan limbah, meminimalisir ongkos, produk yang lebih aman, dan mengurangi penggunaan energi dan sumber daya alam.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Anastas, P., dan Warner, J.C. 1998. Green Chemistry : Theory and Practice. New York: Oxford University Press. Dalam https://www.worldcat.org/title/green-chemistry-theory-and-practice/oclc/39523207 
(Dinduh 12 November 2021)
Dhage, Suresh. (2013). Applications of Green Chemistry Principles in Every Day 
Life. International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry. India : Parbhani, Maharashtra,Dalam http://www.ijrpc.com/files/01-346.pdf
(Diunduh 12 November 2021)
Hidayat, Atep Afia. 2021. Kimia Hijau. Modul Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta : Universitas Mercu Buana.
(Diunduh 12 November 2021)
Kusnia, Dina Kiftatul. 2017. Kimia Hijau. Lampung : Universitas Lampung. Dalam https://www.scribd.com/document/425255314/MAKALAH-KIMIA-HIJAU-RAMAH-LINGKUNGAN-docx 
(Diunduh 12 November 2021)
Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan  yang Berkelanjutan di Perkotaan. Tangerang : Universitas Terbuka. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf
 (Di unduh 12 November 2021)
 
Nurma. 2008. Green Chemistry. Surakarta : Univeristas Negeri Sebelas Maret. Dalam http://nurma.staff.fkip.uns.ac.id/
(Diunduh 12 November 2021)
Sharma, S.K., Chaudhary, A., dan Singh, R.V. (2008). Gray Chemistry Versus Green Chemistry: Challenges and Opportunities, Rasayan J.Chem., 1, 1, 68-92. Dalam https://www.researchgate.net/publication/285966518_Gray_chemistry_verses_green_chemistry_Challenges_and_opportunities
(Diunduh 12 November 2021).
  Menjelajai Era Perkembangan Revolusi Indutri 4.0 Dalam Ruang Lingkup Kimia