close

Mengganti Sudut Pandang

HIDUP MENJADI 
MEMBOSANKAN JIKA KITA 
HANYA TERUS MENCARI PENGAKUAN
MENGUBAH SUDUT PANDANG 
“Apakah kau mau makan ini?” tanya seorang bapak sambil menunjuk salah satu gambar makanan di hidangan, terhadap anaknya yang terlihat bingung memilih menu makan malamnya. Saya menjadi saksi insiden di meja seberang. Sontak anaknua menjawab, “Apa itu?”
Saat kita berada diposisi anak tersebut, tanggapan yang masuk akal ialah, “Apa itu?” Keputusan mau atau tidak memesan kuliner itu salah satunya tergantung dari tanggapan atas pertanyaan, “Apa itu?” Beberapa dari kita mau makan jikalau itu daging sapi, bukan daging ayam. Begitu pula sebaliknya.
Beberapa dari kita mau makan bila itu daging ayam bukan daging sapi. Tidak banyak yang hendak makan bila daging itu tidak dikenali dari binatang apa, tidak dimengerti secara terperinci asal-usulnya. Jika aku, aku tak maumakan bila itu daging.
Ada juga yang mau makan jika itu yakni masakan yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial. NAmun, yang berdasarkan aku lebih mempesona yaitu rasa makanan itu di lidah kita akan tergantung pada yang kita pikir sedang kita makan.
Misalnya, jika kita berpikir makanan tersebut cuma boleh dikonsumsi oleh orang-orang yang tidak asal-asalan, rasanyapun akan lezat walaupun mungkin bahu-membahu tidak enak.
Contoh lainnya didemonstrasikan oleh anak kecil. Bagaimana kita mampu menciptakan anak-anak tidak cuma memilih makan sayuran, tetapi juga menerima kepuasan mereka setelah makan sayuran dan mereka berpikir bahwa rasa sayuran enak? Salah satu cara sederhananya adalah kita katakan bahwa sayuran itu dari Iron man.
Meskipun terdengar konyol, dengan mereka percaya bahwa sayuran, termasuk segala sesuatu yang bekerjasama dengan Iron Man, niscaya bagus untuk mereka, menciptakan mereka merasa rasa sayuran lezat.
Jika tadi anak kecil, kini orang sampaumur. Bagaimana kita membuat orang remaja menikmati kuliner atau minuman yang kita hidangkan untukny? Sangat sederhana. Salah satunya dengan cara tentukan mereka tahu bahwa kuliner atau minuman yang kita sajikan itu mahal.
Sekarang ada lusinan, bahkan mungkin ratusan, penelitian yang menawarkan bahwa bila kita percaya kita minum minuman atau makan masakan mahal, rasanya akan lebih enak. Hal ini belakangan dipelajari dan dikaitkan de ngan ilmu saraf.
Mereka memindai orang dengan mRI. Selagi orang tersebut terbaring di sanan, di dalam tabung, beliau diminum minuman dan makan. Didepannya ada layar yang memperlihatkan informasi minuman dan kuliner tersebut.
Semua orang yang menjadi objek penelitian ini, tentu saja minum minuman dan makan masakan yang sama. Jika mereka oercaya bahwa mereka minum minuman dan makan masakan mahal, bab dari otak yang berafiliasi dengan kepuasan dan penghargaan kepada yang mereka alami akan menyala seperti lampu hias.
Mereka tidak cuma akan berkata kalau minuman dan masakan tersebut rasanya lebih enak, tetapi juga akan berkata bila ia lebih menyukainnya daripada makan lain. Mereka betul-betul mengalaminya dengan cara yang berlainan sebab mengetahui asal-usul dari minuman dan makanan tersebut.
Penelitian tersebut membuat saya lebih mengenal dan memahami diri sebagau insan. Tidka melulu wacana minuman dan kuliner, tetapi ini juga ebrkaitan dengan kehidupan. Dalam kehidupan, ada kalanya yang terjadi tak sesuai dengan cita-cita, yaa…. semacam “tamparan”.
Sebuah tamparan dari tangan yang sama, dari orang yang serupa, dngan kekuatan yang sama, disituasi dan kondisi yang serupa, belum tentu menciptakan rasa sakit dan luka yang serupa. Tergantung segala yang kita pahami akan tamparan itu.
Tergantung sudut pandang kita tentang tamparan tersebut. Tamparan yang serupa akan menjadi berbeda jika kita tahu bahwa tamparan yang stau dari orang yang kita benci,sedangkan tamparan lainnya dari orang yang kita cintai.
SEMOGA KITA DAPAT
BIJAKSANA DALAM 
MENGETAHUI DAN MEMILIH
SUDUT PANDANG SEHINGGA
KITA MAMPU MEMBERI 
MAKNA YANG APA ADANYA
UNTUK MENCIPTAKAN HIDUP
BAHAGIA….
Dikutip dari buku favorite hehehhehe ” SADAR PENUH HADIR UTUH” Oleh Adjie Silarus