Ini merupakan pengalaman aku ketika membaca buku unik yang berjudul “Sadar, Penuh, Hadir, Utuh” yang ditulis oleh Adjie Silarus. “Buku yang sangat menawan, pikirku sejenak”… dilihat dari cover depan dan belakang, makna yang terkandung dari setiap goresannya membuat saya tergelitik dan kian penasaran untuk membacanya…
Setiap lembaran-lembaran sarat makna, membekas menjadi penyemangat bagi aku, ada sesuatu motivasi dan pesan yang sungguh berguna yang aku peroleh, untuk itulah saya ingin membagikan sebagian dari isi buku ini terhadap sahabat-teman atau siapapun yang ingin tau untuk Mengubah Kesepian Menjadi Kedamaian. sebab cover dari buku ini mengizinkan untuk membagi maka aku tidak segan untuk membagi inspirasi dari buku ini.. 🙂 Selamat membaca dan jangan lupa untuk membagikan makna yang terkandung dalam goresan pena ini kepada siapapun ..
“MENGUBAH KESEPIAN MENJADI KEDAMAIAN”
Pernahkan rasa sepi muncul saat kamu sedang dikelilingi wajah-wajah yang sesungguhnya erat bagi keseharianmu?
Adakah kekosongan yang kau rasakan di tengah tumpukan tugas dan acara yang sedang kau lakukan?
Barangkali kau pernah berpikir bahwa tidak ada seorangpun yang mampu mengetahui kau dan merasa terkucil di antara ramainya kehidupan yang terus berjalan. Kesepian mampu menjadi salah satu pengalaman yang paling seram bagi manusia.
Seiring bertambahnya usia, kesempatan kita untuk membangun korelasi sosial yang gres akan menurun. Namun, kesepian bukan hanya milik para lansia. Bukan pula mutlak miik dewasa yang ingin eksis di lingkungan sosialnya.
Kesepian tidak sama dengan kesendirian. Rasa sepi bisa timbul pada semua orang yang merasa bahwa keperluan sosialnya yang paling mendasar akan derma dan penerimaan dari lingkungan tidak tercukupi.
Otak kita bisa memiliki kecenderungan untuk mendeteksi persamaan dan perbedaan antara diri kita dengan orang lain. Tanpa ikatan sosial yang memadai, kita akan mempersepsi dunia sebagai kawasan yang tidak aman bagi kita.
Sejumlah penelitian memberikan bahwa rasa kesepian yang muncul balasan penolakan dari lingkungan sama hebatnya dengan sakit yang mengakibatkan luka fisik, rasa haus dan rasa lapar.
Tidaklah mengherankan bahwa kesepian dapat pula mengakibatkan meningkatnya kecemasan, amarah, stres, depresi, tekanan darah, obesitas, bahkan akhir hayat.
Saat anggapan seseorang sedang dikuasai kesepian, kita bisa menampilakn perilaku yang malah mendorong orang lain untuk kian menjauh dari kita. Kita mengumpat, mencela atau mengurung diri di dalam kamar.
Akibatnya terperinci, rasa sepi semakin menjadi-jadi, seperti bundar setan yang merepotkan terputus. Sebagian dari kita mungkin mengonsumsi alkohol atau obat-obatan untuk membunuh sepi.
Sebaliknya, sebagian lain berupaya melawan kesepian dengan menyibukkan diri dalam aneka macam kegiatan sosial seperti clubbing,arisan, dan pesta atau mengikuti kursus singkat tentang cara berkomunikasi yang efektif. Untuk sementara waktu, taktik seperti ini berangkali mampu membuat kita kembali merasa aman.
Akan tetapi, rasa sepi akan kembali menghantui selama kita masih menutup diri bahwa perasaan kesepian ialah fakta, dorongan alamiah semoga kita terus mempunyai energi unutk bersosialisasi dengan sesama.
Disinilah lalu dibutuhkan latihan mindfulness. kita berguru untuk tidak melawan rasa sepi yang kita rasakan. Kita belajar menyapa persaan kesepian dengan amat mendalam, dengan mengajaknya berkenalan, berkawan secara alamiah.
Kita melatih asumsi kita untuk menerima bahwa kesepian ialah bagian yang tidak terpisah didalam kehidupan manusia.
Baru-baru ini, sebuah studi ilmiah di Pennsylvania, Amerika Serikat, melaporkan adanya penurunan elemen genetic inflammatory genes yang merupakan tanda biologis dari kesepian pada para lansia yang menjalani latihan mindfulness.
Elemen genetik tersebut sangat terkait dengan bermacam-macam mirip kanker, jantung, dan demensia. Ketika kita telah bisa berkawan dengan rasa sepi secara benar, pada gilirabbta kita akan mempunyai kemampuan untuk mengelolahnya,
Sepi tidak lagi bermakna muka ngeri yang seram, tetapi dia kaan mengganti wujudnya dengan menawarkan arti bahwa sepi menciptakan kita lebih berani. Berani untuk hidup.
Dikutip dari Buku ” SADAR PENUH HADIR UTUH” oleh: Adjie Silarus.
Kaprikornus, berdasarkan aku cara mengubah kesepian menjadi tenang yaitu dengan berteman dengan kesepian itu sendiri, jangan pernah merasa cuma diri kita yang mencicipi kesepian, alasannya adalah banyak orang diluar saya yang lebih merasakan kesepian dari kita, pada dasarnya syukuri semuanya.. syukuri setiap rasa yang kita miliki, sebab setiap rasa yang kita rasakan yaitu pelajaran berharga untuk lebih menghargai diri sendiri, untuk lebih mencar ilmu menjadi langsung yang makin baik dari hari kehari.. 🙂 tetap SEMANGAT dan JANGAN BERPIKIR UNTUK BERPUTUS ASA SEBELUM MELAKUKAN APA YANG INGIN KITA LAKUKAN..