Oleh Baskoro Adi dan Rahabi Mandra
1. Apa itu dongeng?
Cerita yaitu sebuah laporan, fiksi maupun nyata, baik tertulis maupun lisan tentang sebuah rangkaian kejadian yang saling bekerjasama. Mengapa cerita yang baik itu penting? Perhatikan kondisi berikut:
(1) Anda sedang tiduran di kamar, kemudian ibu anda msuk ke dalam kamar dan ngomel, “Kamu jangan ngerokok, jangan narkoba, jangan badung, jangan pulang malam!” Kemudian ibu Anda keluar.
dan (2)
Ibu anda masuk ke kamar ketika anda sedang tiduran. Beliau duduk dan bercerita, “Kamu ingat sobat Papa, Om Anton? Beliau meninggal sebab kanker paru-paru. Kamu jangan merokok ya?”.
Dari kedua kondisi di atas, kondisi nomor 1, sang Ibu memakai daftar untuk menasehati anaknya. Sementara kondisi nomor 2, sang Ibu memakai dongeng. Keadaan nomor 2 jelas lebih mengena kepada pendengar.
Banyak pesan disampaikan lewat kisah. Kisah semoga tidak durhaka terhadap orang bau tanah, disampaikan lewat kisah Malin Kundang. Kisah biar baik dengan kerabat, disampaikan lewat kisah Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Bahkan banyak firman Tuhan disampaikan lewat kisah.
Kembali ke pertanyaan di atas: Mengapa kisah yang bagus itu penting? Karena kisah yang bagus akan bisa memanipulasi emosi.
Selalu ingat, kebanyakan keputusan yang dibuat oleh manusia, lebih banyak dipengaruhi oleh emosi ketimbang nalar. Pengguna Apple, sadar bahwa dengan harga yang lebih ramah biaya, mereka mampu membeli komputer dengan spesifikasi lebih baik, tetapi mereka tetap berbelanja komputer Apple yang harganya lebih tinggi. Keputusan yang dibuat menurut emosi.
Seorang wanita mampu memilih seorang laki-laki yang sudah jelas-terang menyakitinya, sementara ada pria yang lebih baik tersedia. Keputusan yang dibuat juga berdasarkan emosi. Apakah banyak manusia seperti itu? BANYAK. Bahkan mungkin Anda salah satunya.
Begitu Anda bisa membuat dongeng yang bagus, Anda akan hampir bisa menjual apapun.
2. Bagaimana mengolah ide?
Coba tanyakan ke penulis berhasil/terkemuka, apa kiranya pertanyaan yang biasanya senantiasa mereka dapatkan. Biasanya mereka akan menjawab, “Dapat inspirasi dari mana sih?”
Kita selaku penggiat dunia inovatif pasti pernah mencicipi kok kepala ini tidak melakukan pekerjaan ya, tidak ada inspirasi timbul. Banyak penulis-penulis yang gres mengawali sudah punya cemas duluan — takut kehabisan ilham. Ya, banyak dari kita bisa memahami kondisi ini. Untuk menghilangkan kekuatiran ini, ada baiknya kita menganggap ide mirip… kelinci deh. Kita pelihara saja dua, dan jikalau kita bisa memelihara dan mengelolanya, tidak lama lalu kita sudah punya selusin.
Beberapa orang memang bisa menulis dengan cepat, namun coba perhatikan saja – secepat-cepatnya orang menulis, penulis novel setidaknya menulis cuma satu dalam setahun, sementara penulis skenario layar lebar cuma dua hingga tiga tiap tahunnya. Jadi dalam setahun bergotong-royong kita hanya butuh antara satu-tiga wangsit dongeng yang anggun.
Sebenarnya cara terbaik untuk timbul dengan wangsit anggun itu yakni dengan memperhatikan hidup. Setiap penulis senantiasa “diberi” pandangan baru cerita setiap harinya, yang diantarkan oleh hidup. Persoalannya, tidak semua penulis menerimanya. Hanya penulis-penulis yang sungguh-sungguh mengamati hidup, memperhatikan insiden sekitar, menjadikannya pengalaman, dan mengolahnya sedemikian rupa, baru bisa dibilang “mendapatkan” inspirasi cerita. Ini sama mirip kesempatan. Setiap hari peluang hilir-pulang kampung dalam hidup kita, namun kalau kita tidak menyadarinya, menangkapnya, maka peluang akan pergi begitu saja.
Kuncinya yaitu mesti siap sedia saat ide datang. Ini bukan berarti hanya sekadar siap dengan pulpen dan kertas. Ini bermakna juga siap secara mental untuk memperhatikan dan mengetahui isu yang selalu lalu-lalang dan menyentuh anggapan kita, mampu menjadi pandangan baru yang bermanfaat. Kapan terjadinya? Kapan saja – ketika kita lihat ada iklan menawan di billboard, ketika seorang sahabat tiba-datang nyeletuk wangsit cantik, ketika di sebuah hari ada problem datang ke kita, atau saat kita baru saja melewati rintangan berat dalam hidup kita – semua itu bisa diolah-alihkan sampai menjadi dasar dari kisah kita selanjutnya, jikalau kita memang merasa demikian.
Dari dahulu hingga sekarang, orang-orang besar dengan wangsit besar senantiasa mengutarakan diam-diam mereka terhadap kita: selalu bawa catatan dan pulpen. Pikiran kita hanya bisa menampung informasi baru dan menjaganya tetap segar selama tiga menit. Kalau tidak diabadikan di dalam catatan, kita bisa kehilangan suatu pandangan baru selama-lamanya.
Andaikan kita telah menjajal memelototi hidup, mencari wangsit ke segala penjuru, tetapi rasanya ilham genius itu tidak kunjung muncul, lantas bagaimana? Masih ada beberapa cara untuk membimbing diri kita sendiri biar kita terdorong ke ilham-inspirasi itu.
3. Mengamati Berita
Sesekali kadang kita mendengar sebuah isu dari internet, radio, atau televisi, dan kita menerima suatu rancangan mempesona untuk dijadikan awal cerita. Yang kita tangkap dari informasi memang bukan kisah utuh yang lantas kita ambil dan kita tuliskan ulang. Biasanya cuma berupa desain pedoman, atau bibit kisah. Misalnya kita mendengar kisah tentang anak hebat yang mampu menyembuhkan penyakit apapun dengan mencelupkan tangannya ke minuman pasien dengan sebuah kerikil. Bibit dongeng bisa diambil dari anak hebat itu, dari kerikil, dari pasien yang berkebutuhan, dari celupan tangan, atau dari wangsit menyembuhkan segala penyakit.
Lantas salah satu ilham itu mampu kita bawa kepada jenis kisah atau genre yang tengah menarik minatkita. Misalnya kita sedang ingin menciptakan horor – kita ambil inspirasi batu dari isu tadi, dan kita bayangkan hantu-hantu yang mampu saja muncul dari kerikil tersebut, dan bahwa setiap pasien yang meminumnya akan dihantui. Atau contohnya kita sedang ingin membuat kisah romantis – kita bayangkan anak luar biasa yang diharapkan banyak orang ini sedang jatuh cinta dengan, contohnya, seorang anak pasien. Atau contohnya kita ingin membuat science fiction – kita bayangkan kerikil itu hadirnya dari kelainan mineral di bumi ini, yang sehabis ditelusuri, hadirnya dari potongan meteor yang baru terjadi dewasa ini.
Maka dikala kita mendengar sesuatu yang terjadi di sekeliling kita, coba saja dihubung-hubungkan dengan jenis kisah yang sedang kita kembangkan.
4. Dokumenter Sejarah
Nah, di titik ini kita sadar bahwa sejarah itu penting. Penulis-penulis terlatih akan mengakui bahwa dokumenter sejarah itu sarat dengan ide kisah. Sejarah mampu bercerita perihal apa saja sesungguhnya, hanya saja cerita-dongeng itu yaitu cerita terpilih yang karena kekuatan ceritanya maka tak lekang oleh waktu. Banyak sekali rancangan di dalam sejarah yang mampu diselami, diambil, dan dikembangkan.
Dalam sejarah, kita punya perang, pemimpin-pemimpin politik dan perangainya, kita punya kehidupan, akhir hayat, persatuan, laga kekuatan, cinta, dan yang paling penting, di dalamnya senantiasa ada konflik. Buku-buku dan film-film favorit kita pada umumnya terinspirasi oleh sejarah, baik secara faktual atau secara semu, dan kadang kita tidak menyadarinya.Sebagai teladan, serial Game of Thrones itu didasari pada sejarah Wars of the Roses di Inggris pada kurun ke-15. Dua kubu yang sangat berpengaruh, York dan Lancaster (diubah jadi Stark dan Lannister) bertempur demi kekuasaan. Film Gladiator dan King’s Speech secara konkret mengambil dari sejarah dan menceritakannya kembali.
5. Artikel Lama Koran
Kita mampu menemukan berbagai narasi kreatif pada korankoran usang. Ini bukan hanya karena isi pada postingan itu, namun juga sebab gaya penulisan di kurun lalu juga sangat berbeda dengan sekarang. Selain itu, hal-hal yang terjadi dan diandalkan di kala lalu sangat mungkin berubah dan menjadi berbeda dari keadaan sekarang, sehingga “memaksa” kita untuk menggunakan cara berpikir yang berlawanan juga agar mampu menerapkannya ke dalam cerita kita.
Sebagai acuan, andaikata kita besar di tahun 1990-an di Jakarta, pada dikala itu periode internet belum sungguh-sungguh menyatu dengan penduduk . Lalu kita lihat postingan wacana sobat pena, dikala seseorang bertukar surat dengan orang lain di lain kota atau negara. Lalu kita melihat sebuah postingan ihwal temuan telepon seluler terbaru, dan kita lihat opini orang-orang terhadap hijab yang belum sepopuler sekarang.Ada nilai-nilai yang dipandang berlawanan di dikala itu dibandingkan sekarang, dan ini yang membuatnya menjadi menawan.
6. Menyatukan Kedua Hal Makara Satu
Biasanya salah satu cara gampang menciptakan ilham cerita yang menawan yakni dengan menyatukan dua unsur yang biasanya tidak mampu disatukan. Seperti acuan, pada tahun 2012 ada yang menyatukan desain sejarah Abraham Lincoln dengan mitos vampir. Abraham Lincoln, menurut film tersebut, yaitu vampir.
Kita juga bisa menyatukan dua abjad yang berseberangan ke dalam sebuah film. Cerita bisa bergulir dengan sendirinya karena kedua abjad tersebut otomatis menciptakan pertentangan.
7. Sesuatu Yang Wajar Dikurangi Sesuatu
Bayangkan sesuatu yang penting hilang dari sebuah konsep yang kita cukup kenal baik. Bayangkan main golf tanpa stik golf. Bayangkan berbohong tanpa ada konsekuensi. Bayangkan bisnis tanpa pertukaran nilai. Bayangkan pacaran dengan jiwa tanpa raga. Bayangkan bumi tanpa manusia. Bayangkan sebuah negara tanpa presiden. Setelah membuang satu elemen dari sebuah desain, umumnya pikiran kita bisa mengarah pada wangsit dongeng yang gres.
8. Apa Jadinya Jika
Metode Apa Jadinya Jika atau What If? ini cukup populer di kelompok penulis dan penggiat inovatif. Hanya dengan mempertanyakan apa hasilnya bila dunia ini dikuasai oleh mesin dan mesin tersebut memakai insan selaku sumber energi, maka jadilah film The Matrix. Contoh lain: apa balasannya bila seseorang jatuh cinta dengan orang lain yang hidup di rentang waktu yang berbeda. Contoh lain lagi: apa akhirnya jika ada orang yang bisa mendapatkan mesin waktu.
Bayangkan hidup keseharian kita.Apa akibatnya bila sesuatu yang menakjubkan hadir dalam hidup kita? Maksudnya tidak melulu harus fantasi atau fiksi ilmiah, mampu juga wacana pergerakan sosial yang belum pernah dicoba di sejarah dunia kita. Apa karenanya bila seorang laki-laki jatuh cinta pada operating system? Apa alhasil bila ada seseorang yang begitu berpengalaman sampai mampu merusak satu pleton grup militer, atau seluruh keluarga durjana?
Kita mampu juga membayangkan apa akibatnya bila rancangan berbohong tidak pernah ada dalam kemanusiaan, atau apa kesudahannya bila insan tidak pernah mendapatkan listrik. Kita juga bisa membayangkan apa kesannya kalau seorang pemimpin memimpin satu dunia seutuhnya. Rasa takut dalam membayangkan “apa jadinya jika” akan menimbulkan suatu kisah horor yang menawan. Mengandaikan konsep hidup yang berlawanan dari yang sebaiknya bisa menghadirkan dongeng yang mempesona dan tidak terpikirkan oleh banyak orang.
Anda juga bisa menjajal berada di hiruk pikuk, dan mengamati orang lain. Bayangkan orang yang Anda perhatikan tersebut punya cerita. Ide juga mampu berasal dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
Tak jarang ilham juga berasal dari alam bawah sadar. Saat Anda berimajinasi , Anda dalam kondisi setengah sadar, Anda dalam pengaruh obat. Tambahkan formulasi “What if” dalam hal yang observasi tersebut.
Contoh: Anda berada di halte bis, lalu ada seorang gadis yang menarik minatAnda. Dia memakai sepatu boots, memakai jins, jaket kulit, dandanan gothic, tato. Kemudian, percikkan pertanyaan-pertanyaan “what if (bagaimana kalau)”.
– What if she’s an alien?
– Bagaimana kalau dia ialah pembunuh berantai?
– Bagaimana kalau beliau yaitu seorang relawan dengan 40 adik didik?
– Bagaimana jikalau ia hafal Al Qur’an?
– What if she’s a super satria who fight crimes during our sleep?
– What if ….
– Bagaimana bila ….
Sumber: Buku Menulis Cerita Film Pendek: Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar. Pusat Pengembangan Perfilman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Tim Penyusun: Perdana Kartawiyudha (koordinator); Baskoro Adi Wuryanto; Damas Cendekia; Melody Muchransyah; Rahabi Mandra.