Mengenang 30 Tahun Pelayaran Pinisi Nusantara (Pelayaran Ke Vancouver Canada)


Oleh: Andhika Mappasomba Daeng Mamangka

Perahu Tradisional Pinisi yang merupakan salah satu karya penduduk Bira Ara, Tanah Beru, dan Lemo-Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba yang diyakini oleh penduduk sebagai warisan leluhur daari zaman Sawerigading, patut kita apresiasi dan lestarikan eksistensinya. Bukan cuma alasannya adalah menjadi bagian dari cerita Lagaligo yang merupakan karya sastra terpanjang di dunia, namun Pinisi sudah menjadi salah satu hal yang membanggakan bagi Indonesia.

 Perahu Tradisional Pinisi yang merupakan salah satu karya masyarakat Bira Ara Mengenang 30 Tahun Pelayaran Pinisi Nusantara (Pelayaran ke Vancouver Canada)
Phinisi Nusantara

Pelayaran Phinisi Nusantara ke Vancouver Canada sebagai salah satu pelayaran yang paling spektakuler di zaman modern diliput oleh sebagian media massa di dunia ketika itu. Kesuksesan pelayaran ini menjadi titik awal terkenal diseluruh dunia-nya perahu tradisional pinisi. Terlebih sesudah Pinisi mampu memperlihatkan kemampuannya menaklukkan samudera pasifik yang diketahui ganas dengan ombaknya yang menggelora dan mitos-mitos menyeramkan wacana lautan luas.

Phinisi Nusantara, yang diawaki oleh putra-putra terbaik bangsa dengan gagah tangguhmengarungi samudera pasifik dari Indonesia ke Benua Amerika. Sang pemberani ini bukan cuma mempertaruhkan kecerdasan para Panrita Lopi dalam membuat bahtera, namun mereka mempertaruhkan nama baik bangsa. Sebab ketika itu, seluruh dunia menyorot dan mengikuti perjalanan Phinisi Nusantara menaklukkan samudera dari waktu ke waktu.

Jika saja terjadi sesuatu yang jelek kepada Phinisi Nusantara, maka reputasi Indonesia akan hancur di mata dunia Internasional. Dan pastinya, iktikad dunia internasional akan kepandaian orang Bontobahari dalam menciptakan bahtera layar tradisional akan suram sebab jatuh keyakinan, bukan hanya di dalam negeri akan tetapi juga terhadap dunia Internasional.

11 ribu mil di atas laut bukanlah jarak yang pendek. Dibutuhkan nyali yang membara dan kecerdasan yang di atas rata-rata insan lazimuntuk menaklukkan samudera pasifik. Membayangkan hal tersebut, 30 tahun yang kemudian, teknologi yang dipakai sangatlah terbatas. Bahkan, boleh disebut masih sangat apa adanya.

  Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran

Keberhasilan Phinisi Nusantara menaklukkan Samudera Pasifik, menciptakan mata dunia terbelalak. Betapa tidak, sebuah bahtera dari kayu yang bisa berlayar melintasi samudera dianggap sebagai pelayaran yang mengantarkan seluruh penumpangnya menuju akhirat. Pelayaran yang tidak masuk akal.

Olehnya, sungguh wajarlah jika semua yang berlayar menuju Vancouver disebut sebagai pendekar bangsa dan presiden Soeharto sangat mengapresiasi mereka dan memperlihatkan penghargaan yang besar terhadapnya.

Tidak sedikit orang yang terlibat pada proses pelayaran ini. Bahkan sejak pemotongan lunas bahtera oleh Daeng Marinnyo (Almarhum) yang dipimpin oleh Haji Damang di Kawasan Kampung Kaluku Bodo, Tanah Beru pada tahun 1986, hingga pembangunan di PT IKI Makassar. Bahkan sampai perampungannya di Jakarta, Phinisi Nusantara melibatkan puluhan bahkan sampai ratusan orang untuk menyempurnakannya. Orang-orang terbaik bangsa sampai pebisnis-pengusaha besar Indonesia, ikut berkontribusi dalam membangun dan melayarkannya.

 Perahu Tradisional Pinisi yang merupakan salah satu karya masyarakat Bira Ara Mengenang 30 Tahun Pelayaran Pinisi Nusantara (Pelayaran ke Vancouver Canada)
Pelaut-pelaut handal yang berhasil melayarkan Pinisi Nusantara ke Kanada

Memperingati 30 tahun Phinisi Nusantara dan membayangkan tampang-wajah cowok tangguh Indonesia, kita akan terkenang terlalu banyak peristiwa besar akan bangsa ini. Di muka renta mereka kinilah tersimpan semangat juang yang gigih dan handal. Rela menyabung nyawa di ganasnya samudera demi nama baik bangsa Indonesia. Di tampang-wajah sepuh merekalah tersimpan dongeng romantika usaha Rakyat Indonesia dalam menegakkan kepala bahwa karya seni dan budaya bangsa Indonesia, khususnya Bontobahari dapat disejajarkan dengan kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa lain di dunia internasional.

Pelaku sejarah mesti diapresiasi. Terlebih lagi, merekalah yang menciptakan industri perahu pinisi menjadi menggeliat dan terus berdenyut sampai kini. Denyutan itulah yang menjadi sumber kemakmuran dan kenaikan ekonomi rakyat Bontobahari dari hari ke hari sampai kini. Pelaku sejarah Phinisi Nusantara ialah hero bangsa yang mau akan terus dikisahkan dengan besar hati.

  1.jelaskan Tiga Teknik Bahan Penerapan Ragam Hias Pada Bahan Kayu

Perahu tradisional Pinisi sekarang bukan cuma digemari masyarakat setempat Indonesia akan namun, Pinisi sudah menjadi juga perahu primadona bangsa-bangsa abnormal. Pinisi bukan hanya dijadikan selaku bahtera kargo yang dapat berlayar antar pulau-pulau Indonesia akan namun sudah menjadi perahu rekreasi atau perahu pesiar yang berlayar di seluruh penjuru lautan Indonesia.

Mengenang 30 tahun pelayaran Phinisi Nusantara, Pinisi mendunia mesti terus dikisahkan dari waktu ke waktu. Sebab, pelayaran itu menjadi titik tolak kebangkitan bangsa ini dalam dunia pelayaran dan industri bahtera layar paling besar di Nusantara.

Jayalah terus pinisi
Lestarilah bareng matahari pagi
Kembangkan layarmu mengikuti angin sejarah
Meniti ombak di semua samudera
Menuju pulau cita-cita kejayaan

Sekali layar terkembang
Pantang kita surut ke tepian
Lebih baik karam
dari pada mesti kembali pulang sebelum datang di dermaga tujuan!

 Perahu Tradisional Pinisi yang merupakan salah satu karya masyarakat Bira Ara Mengenang 30 Tahun Pelayaran Pinisi Nusantara (Pelayaran ke Vancouver Canada)
Diterima Presiden Soeharto sepulang ke Indonesia