Mengenal Definisi Kimia Hijau Dan Prinsipnya

 

Oleh: Elena Novian Ramadhani (@T16-Elena)

Program Studi Ilmu Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana.

e-mail : ramadhanielena@gmail.com

          Kajian green chemistry umumnya mencakup konsep dan pendekatan yang efektif untuk MENGENAL DEFINISI KIMIA HIJAU DAN PRINSIPNYA

 

 

ABSTRAK

          Kajian green chemistry umumnya meliputi desain dan pendekatan yang efektif untuk menangkal pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proses dan produk materi kimia beracun dan berbahaya. Pembelajaran kimia berbasis green chemistry menjadi salah satu sistem yang mampu digunakan selaku pendekatan untuk menangkal pencemaran akhir bahan-materi kimia. Kegiatan praktikum di laboratorium berusaha menggunakan prinsip green chemistry yang mampu dikerjakan dengan upaya menghemat, menetralisir, atau mengganti penggunaan materi-materi kimia beracun dan berbahaya yang dipakai dalam percobaan untuk meminimalisir kadar pencemar dan volume limbah. Sebagai tenaga pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran kimia dibutuhkan bisa mempunyai ilmu wawasan, pengetahuan, serta ketrampilan dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip green chemistry.

 

Kata kunci : kimia hijau, prinsip green chemistry 

ABSTRACT   

      Green chemistry studies generally include effective concepts and approaches to prevent environmental pollution caused by hazardous and hazardous chemical processes and products. Green chemistry-based learning is one method that can be used as an approach to prevent pollution due to chemicals. Practical activities in the laboratory attempt to use the principle of green chemistry which can be done by reducing, eliminating, or replacing the use of hazardous and hazardous chemicals used in experiments to reduce pollutant levels and the volume of waste. As educators in the implementation of chemistry learning, they are expected to be able to have knowledge, insight, and skills in applying the principles of green chemistry.

Keywords: green chemistry, principles of green chemistry

       

 PENDAHULUAN

          Menurut EPA (2015), Kimia Hijau (Green Chemistry) ialah rancangan produk dan p
roses kimia yang berupaya menghemat atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau berlaku untuk seluruh siklus hidup produk kimia, tergolong desain, manufaktur, penggunaan, dan pembuangan simpulan. Kimia Hijau dikenal juga sebagai Kimia Berkelanjutan (Sustainable Chemistry). Dalam hal ini Kimia Hijau merupakan desain dan anutan tentang kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Kimia Hijau bukanlah cabang ilmu kimia baru, namun ialah cara pandang atau taktik dalam kaitannya dengan pemanfaatan kimia.

          Kimia hijau berusaha membuat langkah-Iangkah kreatif dan inovatif bermacam-macam proses kimia, baik dengan menggeser, menambah (atau menghemat), dan memperbaharui proses kimia tradisional-konvensional menjadi lebih ramah terhadap kelangsungan hidup imat manusia dan lingkungan sekitar, dengan tetap mengedepankan prinsip optimasi dalam proses produksi. Kimia hijau berusaha mewujudkan keadaan buatan tetap optimal, insan tetap sehat, dan lingkungan senantiasa bersih dan lestari. 

  Mengenal Teknologi Hijau

 

 

RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja prinsip kimia hijau  ?

2. Apa yang dimaksud kimia hijau ?

3. Bagaimana upaya untuk penyelamatan lingkungan ?

 

TUJUAN

1.   Menjelaskan  Prinsip Kimia Hijau

2. Mendefinisikan Kimia Hijau

3. Menjelaskan 12 Prinsip Kimia Hijau

 

PEMBAHASAN

 

         Green chemistry memiliki 12 azas atau prinsip yang dapat diubahsuaikan untuk diaplikasikan dalam perilaku dan langkah-langkah manusia dalam upaya evakuasi lingkungan. Prinsip-prinsip green Chemistry mampu disesuaikan untuk diaplikasikan dalam sikap dan tindakan manusia dalam upaya evakuasi lingkungan yang dapat terwujud lewat green education ( Mitarlis, 2016 )

          Penerapan proses industri berbasis green chemistry akan memberikan keuntungan keseimbangan antara aspek lingkungan, ekonomi,dan sosial. Jika suatu proses industri berbasis green chemistrty, maka industri tersebut akan melaksanakan 12 berikut (1) pencegahan terbentuknya limbah, (2) ekonomi atom, (3) sintesis kimia yang tidak berbahaya, (4) perancangan produk kimia yang kondusif, (5) pemakaian bahan pelarut dan pembantu yang kondusif, (
6) perancangan efisiensi energi, (7) penggunaan materi baku terbarukan, (8) pengurangan langkah proses, (9) penggunaan katalis untuk mempercepat proses, (10) perancangan produk terbarukan yang ramah lingkungan, (11) analisis real time untuk pencegahan polusi, (12) menghindari penggunaan materi kimia yang berbahaya, toksis, dan tak ramah lingkungan. Dengan pelaksanaan ke-12 prinsip tersebut, memiliki arti green chemistry dapat dipandang selaku sebuah langkah penting menuju kelestarian lingkungan atau pembangunan berkelanjutan ( Sudarmin, 2013 ).

           Anastas dan Warner (1998) menganjurkan konsep“The Twelve Principles of Green Chemistry” yang dipakai selaku acuan oleh para peneliti untuk melaksanakan penelitian yang ramah lingkungan. Berikut adalah ke-12 prinsip kimia hijau yang direkomendasikan oleh Anastas dan Warner :

1.      Mencegah timbulnya limbah dalam proses

Lebih baik menghalangi daripada menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul sehabis proses sintesis, sebab biaya untuk menangani limbah sangat besar.

2.      Mendesain produk materi kimia yang aman

Pengetahuan perihal struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi toksisitas dari suatu molekul serta bisa mendesain bahan kimia yang aman. Target terutama yakni mencari nilai optimum semoga produk materi kimia memiliki kesanggupan dan fungsi yang baik akan namun juga kondusif (toksisitas rendah). Caranya ialah dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai bioavailability. 

3.      Mendesain proses sintesis yang aman

Metode sintesis yang dipakai harus didesain dengan menggunakan dan menciptakan bahan kimia yang tidak beracun kepada manusia dan lingkungan. Hal tersebut dapat dikerjakan dengan dua cara adalah menghemat paparan atau meminimalkan ancaman kepada orang yang memakai materi kimia tersebut.

4.      Menggunakan materi baku yang dapat terbarukan

Penggunaan bahan baku yang dapat diperbaharui lebih diusulkan dibandingkan dengan menggunakan materi baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku terbarukan biasanya berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku tak terbarukan berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, kerikil bara, dan materi tambang lainnya.

5.      Menggunakan katalis

Penggunaan katalis memperlihatkan selektifitas yang lebih baik, rendemen
hasil yang meningkat, serta mampu mengurangi produk samping.Peran katalis sungguh penting alasannya diharapkan untuk mengkonversi menjadi produk yang diinginkan.Dari sisi green chemistry penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, bisa meminimalkan penggunaan reagen, dan bisa meminimalisir penggunaan energi dalam sebuah reaksi.

6.      Menghindari derivatisasi dan adaptasi sementara dalam reaksi kimia

Derivatisasi yang tidak dibutuhkan mirip penggunaan gugus pelindung, proteksi/deproteksi, dan adaptasi sementara pada proses fisika ataupun kimia harus diminimalkan atau sebisa mungkin dikesampingkan alasannya adalah pada setiap tahapan derivatisasi memerlukan komplemen reagen yang nantinya memperbanyak limbah.

7.      Memaksimalkan atom ekonomi

Metode sintesis yang dipakai harus didesain untuk meningkatkan proporsi produk yang diharapkan ketimbang materi dasar.Konsep atom ekonomi ini mengecek metode terdahulu yang cuma melihat rendemen hasil sebagai parameter untuk menentukan suatu reaksi efektif dan efisiens tanpa menyaksikan seberapa besar limbah yang dihasilkan dari reaksi tersebut.Atom ekonomi disini digunakan untuk menganggap proporsi produk yang dihasilkan ketimbang reaktan yang digunakan.Jika semua reaktan mampu dikonversi sepenuhnya menjadi produk, mampu dibilang bahwa reaksi tersebut mempunyai nilai atom ekonomi 100%. Berikut yaitu persamaan untuk menjumlah nilai atom ekonomi :

Atom ekonomi (%) = x100%

8.      Menggunakan pelarut yang kondusif

Penggunaan materi kimia mirip pelarut, ekstraktan, atau bahan kimia pelengkap lainnya mesti disingkirkan penggunaannya. Apabila terpaksa mesti dipakai, maka mesti seminimal mungkin. Penggunaan pelarut memang sangat penting dalam proses sintesis, misalkan pada proses reaksi, rekristalisasi, sebagai fasa gerak pada kromatografi, dan lain-lain. Penggunaan yang berlebih akan menyebabkan polusi yang hendak mencemari lingkungan. Alternatif lain yakni dengan memakai beberapa tipe pelarut yang lebih ramah lingkungan seperti ionic liquids, flourous phase chemistry, supercritical carbon dioxide, dan“biosolvents”.Selain itu ada beberapa sistem sintesis baru yang lebih kondusif seperti reaksi tanpa menggunakan pelarut ataupun reaksi dalam media air.

  Jenis Dan Tingkatan Pencemaran Yang Merusak Lingkungan

9.      Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi

Energi yang digunakan dalam sebuah proses kimia mesti mempertimbangkan efek kepada lingkungan dan faktor ekonomi. Jika dimungkinkan reaksi kimia dilakukan dalam suhu ruang dan memakai tekanan.Penggunaan energi alternatif dan efisien dalam sintesis dapat dikerjakan dengan memakai beberapa tata cara gres diantaranya adalah dengan memakai radiasai gelombang mikro (microwave), ultrasonik dan fotokimia.

10.  Mendesain bahan kimia yang gampang terdegradasi

Bahan kimia mesti didesain dengan memikirkan aspek lingkungan, oleh alasannya itu sebuah materi kimia mesti mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di lingkungan.Seperti sintesis biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta materi kimia lainya.

11.  Penggunaan metode analisis secara pribadi untuk meminimalkan polusi

Metode analisis yang dilakukan secara real-time dapat menghemat pembentukan produk samping yang tidak diharapkan.Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan sistem dan teknologi analisis yang mampu mengurangi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dalam prosesnya.

12.  Meminimalisasi peluangkecelakaan

Bahan kimia yang dipakai dalam reaksi kimia harus dipilih sedemikian rupa sehingga potensi kecelakaan yang dapat menimbulkan masuknya bahan kimia ke lingkungan, ledakan dan api dapat dihindari.

 

KESIMPULAN

           Kimia hijau, juga disebut kimia berkelanjutan, membahas desain proses dan produk kimia yang bertujuan untuk meminimalisir atau menghilangkan penggunaan atau pembentukan zat berbahaya. Kimia hijau juga diakui selaku kimia berkelanjutan dan berlaku untuk kimia organik, kimia anorganik, biokimia, kimia analitik, kimia fisik dan teknik kimia juga. Kimia hijau mengacu pada siklus hidup sebuah produk, termasuk desain, pengerjaan, penggunaan, dan pembuangannya. Selain itu, rekayasa hijau dapat didefinisikan sebagai tata krama, nilai, dan prinsip yang sadar lingkungan, dikombinasikan dengan ilmu wawasan dan teknologi, semuanya diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan (Marteel-Parrishdan Abraham, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Choiri ,Adhina.2016 . Pengalipkasikan Prinsip-Prinsip Green Chemistry Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Sebagai Pendekatan Untuk Pencegahan Pencemaran Akibat Bahan-Bahan Kimia Dalam Kegiatan Praktikum Di Labotarium.J urnal UNNES. Semarang: Universitas Negeri Semarang,Semarang.Dalam https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jcs/article/downloadSuppFile/14585/2460 (Diakses pada tanggal 15 November)

Hidayat, Atep Avia. 2021. Kimia Hijau. Modul perkuliahan Kimia dan wawasan lingkungan industri. Universitas Mercubuana. (diunduh 13  November 2021)

Sidjabat, O. (2008). Pengembangan Teknologi Bersih dan Kimia Hijau dalam Meminimalisasi Limbah Industri.Dalamhttps://scholar.google.co.id/scholarhl=id&as_sdt=0%2C5&q=Pengembangan+Teknologi+Bersih+dan+Kimia+Hijau+dalam+Meminimalisasi+Limbah+Industri+Oleh%3A+Oberlin+Sidjabat&btnG. (Diakses, 14 November 2021)