Mengapresiasi Karya Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar

Visiuniversal—-Para siswa, peserta ajar dan warga mencar ilmu sekalian, dalam aktivitas pembelajaran Bahasa dan Sastra, kita mengenal tentang bahan apresiasi puisi, nah berikut ini kita akan membahas ihwal Mengapresiasi Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar. Kita mengenal karya-karya puisi dari beberapa penyair Indonesia yang sudah melegenda Seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, WS. Rendra, H.B Jassin dan lain-lain. Karya sastra puisi ini telah menggema di tanah air sejak angkatan Pujangga Lama sampai angkatan 1990-an. Karya-karya puisi yang tercipta bukan hanya sekedar baris kalimat tanpa arti. Lewat puisi inilah banyak ajakan-permintaan yang sangat bermakna, mulai melawan penjajah, mengkritik ketidakadilan, sampai soal cerita kasih. Untuk menjaga biar karya sastra puisi ini tetap eksis dan terus berkembang di Indonesia, salah satu caranya yaitu dengan apresiasi sastra. 

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sungguh ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dijalankan dengan bahasa yang cermat dan pilihan kata yang sempurna, sehingga memajukan kesadaran orang akan pengalaman dan memperlihatkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan pemaknaan khusus. Menurut H.B Jassin, puisi ialah suatu karya sastra yang diucapkan dengan sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu fikiran-pikiran dan sebuah jawaban-tanggapan.

Puisi mengandung seluruh bagian sastra di dalam penulisannya. Perkembangan dan pergantian bentuk dan isi pada puisi selalu mengikuti pertumbuhan selera, pergantian rancangan estetika dan pertumbuhan intelektual insan. Puisi mampu menciptakan verbal dari ajaran yang mempengaruhi perasaan dan mengembangkan imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Penyampaian puisi dijalankan dengan bahasa yang memiliki makna mendalam dan menawan. Isi di dalam puisi ialah catatan dan perwakilan dari pengalaman penting yang dialami oleh manusia.

Penekanan pada sisi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter, dan rima yaitu yang mebedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan dan pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah karakter dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih cepat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir mirip mengutarakan kisah. Beberapa jago modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak selaku jenis literatur namun sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu, puisi juga ialah curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.

Kita perlu mengerti dan menapresiasi sebuah kaya puisi. Menurut Aminuddin dalam bukunya Pengantar Apresiasi Sastra, “Istilah apresiasi berasal dari bahsa Latin apreciatio yang berarti mengindahkan atau menghargai.” Dalam mengapresiasi karya puisi bukanlah suatu yang sulit, salah satu caranya mampu dengan mendalami struktur puisi. Berikut struktur batin yang terdapat dalam puisi Karya Chairil Anwar yang berjudul “Senja di Pelabuhan Kecil”.

Senja Di Pelabuhan Kecil 
Karya Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, bahtera tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

  √ Patokan dan Contoh Pupuh Gambuh Sunda

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan sekarang tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu terdekap

Karya : Chairil Anwar (1946).


Contoh Pembacaan Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar :



Mengenal  Isi Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil”

“Senja Di Pelabuhan Kecil”

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah bau tanah, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan sekarang tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Chairil Anwar,1946)

Mendalami Struktur Batin Puisi Senja di Pelabuhan Kecil

1. Tema

Tema merupakan pemikiran pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok masalah itu begitu besar lengan berkuasa mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” tema yang diangkat oleh penulis, adalah “Cinta Kasih”. Tema ini diseleksi oleh penyair karena adanya desakan hati kepada persoalan cinta yang dihadapinya. Tema “Cinta kasih” di sini tidak selalu diasosiasikan dengan kisah cinta yang indah dan bahagia, seperti halnya pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” cinta kasih tersebut lebih mengarah pada kehilangan dan kerinduan.

Tema bersifat menjiwai seluruh isi puisi. Dalam puisi tersebut penyair mengusung tema “Cinta Kasih” yang mengarah pada pada kehilangan dan kerinduan.

Dalam bait pertama, penyair menggambarkan problem cinta. Penyair dalam kondisi patah hati masih berharap bisa kembali pada kekasihnya. Hal ini tergambar pada kalimat berikut ini.

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

menghembus diri dalam mempercaya maut berpaut

Dalam bait kedua, penyair menggambarkan situasi hati yang semaik hampa. Selain itu, penyair makin menyadari bahwa cita-cita dan kerinduannya untuk kembali pada kekasihnya kian tidak mungkin. Hal ini tergambar pada kalimat berikut ini.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak rajawali

dan sekarang tanah dan air tidur hilang ombak

Dalam bait ketiga, penyair menggambarkan suasana yang semakin terang, dimana kehilangan itu semakin dicicipi oleh penyair. Selain itu juga, di bait ketiga pun menceritakan kehilangan dan kerinduan yang dialami penyair sudah mengajarkan penyair untuk tulus walau perih dan sedih. Hal ini tergambar pada kalimat berikut ini.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu terdekap.

  √ Patokan dan Contoh Pupuh Lambang Sunda


2. Perasaan

Perasaan yakni rasa yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya (Waluyo, 1987: 134). Dalam menciptakan puisi, situasi perasaan penyair ikut diekspresikan dan mesti dapat dihayati oleh pembaca. Berikut perasaan penyair yang terdapat pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil”. yang berisikan :

a. Sedih

Puisi tersebut memiliki perasaan duka alasannya penyair merasakan bahwa dirinya ditinggalkan oleh kekasihnya. Perasaan tersebut ditunjukkan pada kalimat:

1)Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

2)Menyinggung muram, desir hari lari berenang

3)Dan sekarang tanah dan air tidur hilang ombak


b.Putus asa

Puisi tersebut memiliki perasaan frustasi yang ditunjukkan pada kalimat:

1)Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

2)Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

3)Menyisir semenanjung, masih pengap harap


c.Berharap

Puisi tersebut memiliki perasaan berharap yang ditunjukkan pada kalimat:

1)Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

2)Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

3)Menyisir semenanjung, masih pengap harap


Dengan perasaan murung, putus asa, dan berharap, puisi tersebut menggambarkan keadaan dan situasi hati sang penyair dikala melalui cerita cintanya sampai ditinggalkan oleh kekasihnya. Perasaan-perasaan di atas yakni sudut pandang dari pembaca dikala mencicipi apa yang dicicipi penyair dalam puisi tersebut.


3. Nada dan Suasana

Nada ialah sikap penyair kepada pembaca, sikap penyair terhadap pembaca pun bermacam-macam. Ada yang ingin menggurui, ada yang hanya sekedar sharing, menyindir, mengejek, menggurui, memberontak, serius, khusyuk, kala bodo, belas kasih dan sebagainya. Sedangkan situasi adalah keadaan jiwa pembaca sehabis membaca puisi itu atau akhir psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling bekerjasama sebab nada puisi mengakibatkan situasi terhadap pembacanya (Waluyo, 1987: 125).

Dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” nada yang terkandung yaitu nada bercerita (sharing). Di dalam puisi tersebut, sikap penyair kepada membaca lebih ingin menceritakan kisah patah hati yang dialaminya. Chairil Anwar ingin mengutarakan serta mengungkapkan eligan dari kegagalan cintanya yang mengakibatkan hatinya merasa amat duka dan terekam. Kegagalan paduan kasihnya itu menyebabkan seolah kehilangan segala-galanya. Hal tersebut terbukti lewat baris-baris puisi di bawah ini:

Senja Di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada kisah

………………………………………………………………….

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

………………………………………………………………….

menyinggung muram, desir hari lari berenang

…………………………………………………………….

dan sekarang tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

……………………………………………………………………..

dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu terdekap

(Chairil Anwar, 1946)

Dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” situasi yang terkandung yakni suasana duka dan kesepian yang mendalam. Suasana duka dalam puisi tersebut mampu dilihat pada baris-baris puisi berikut ini.

Senja Di Pelabuhan Kecil

  Kata-Kata Inspirasi Perihal Perempuan Luar Biasa - Deeply Humble

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

………………………………………………………….

tiang serta temali. Kapal, bahtera tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak rajawali

menyinggung muram, desir hari lari berenang

…………………………………………………………..

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

………………………………………………………..

…………………………………………………………….

sekali datang di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Chairil Anwar, 1946)

Selain suasana sedih, suasana kesepian pun membalut isi puisi ini. Suasana kesepian dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” mampu dinikmati pada baris-baris bait pertama dan bait ketiga berikut ini.

Senja Di Pelabuhan Kecil

…………………………………………………….

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

……………………………………………………………….

………………………………………………………………….

…………………………………………………………………

………………………………………………………………

……………………………………………………………

…………………………………………………………

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

………………………………………………………………….

……………………………………………………………………..

(Chairil Anwar, 1946)



4. Amanat

Amanat yang dapat kita petik dari puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” yaitu mencar ilmu untuk mampu berdiri dari keterpurukan yang disebabkan oleh cinta. Kegagalan dalam sebuah kekerabatan cinta bukanlah simpulan dari semuanya. Kegaglan tersebut perlu kita hayati dan renungkan secara baik untuk langkah gres yang perlu diperjuangkan. Dari kisah cinta yang padam dalam puisi tersebut, kita pun bisa belajar untuk tulus melepas orang yang kita sayang.

Lewat apresiasi puisi, karya-karya puisi penyair Indonesia dapat semakin diketahui . Karya puisi angkatan Pujangga Lama, Pujangga Baru, Balai Pustaka angkatan 45, dan angkatan-angkatan selanjutnya merupakan bukti jikalau sastra bukan cuma sekedar karya. Karya sastra puisi ialah usul-suruan yang sarat arti yang sudah menjadi sejarah. Puisi dan sejarahnya perlu kita jaga dan kita apresiasi.

Selain bagian Struktur Batin Puisi puisi seperi tersebut di atas, kita juga per,u melihat komponen-bagian fisik puisi bersangkutan

Berikut ini merupakan bagian-komponen fisik puisi tersebut yang berisikan :


1. Diksi

Diksi adalah satu penentuan kata yang pas dalam puisi. Pemilihan kata yang pas yang bermaksud untuk membangkitkan situasi, membuat perasaan, serta menawarkan keindahan dari puisi.


2. Majas

Majas yaitu satu gaya bahasa yang berbentuk kiasan. Pengarang puisi lazimnya memakai bahasa kiasan biar puisi terlihat indah serta menarik. Bahasa kiasan bertujuan untuk mengemukakan apa maksud yang diinginkan oleh pengarang puisi.


3. Rima atau unsur suara

Rima atau unsur suara atau bisa disebut selaku sajak. Satu pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak atau pada tamat larik di sajak.


Pengulangan bunyi ini ditujukan untuk menambah nilai merdu dari puisi. Dengan kata lain, memberi efek pada suara serta situasi yang disebut dalam puisi itu.


4. Citraan atau imajinasi

Citraan atau imajinasi dipakai untuk memancing khayalan dari pembaca. Pengarang puisi bakal memakai kata yang mampu digunakan untuk mengungkap pengalaman imajinasinya. Kata-kata yang digunakan itu memberi kesan tersendiri pada panca indra pembaca. Tipe-tipe citraan dalam puisi, ialah:

Citraan pandang

Citraan dengar

Citraan rasa

Citraan kecap.


Demikian ihwal