Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar

Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar? Sebelumnya kita simak dulu Apakah yg Dimaksud Pendekatan Saintifik ? Pendekatan saintifik ialah salah satu pendekatan dlm membangun cara berpikir supaya anak memiliki kesanggupan menalar yg diperoleh melalui proses memperhatikan sampai pada mengomunikasikan hasil pikirnya.

Hal ini didasarkan pada pemikiran Piaget yg mengatakan bahwa “Anak belajar dgn cara membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yg diperolehnya”.

Vygotsky beropini bahwa “Lingkungan, termasuk anak lain atau orang akil balig cukup akal & media sungguh menolong anak dlm belajar untuk memperkaya pengalaman anak. Untuk itu, kurikulum 2013 PAUD mengusung cara belajar anak agar mempunyai kompetensi sikap, wawasan & kemampuan yg merupakan proses hasil penyelidikan (investigasi) anak kepada lingkungannya.

Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar

Anak usia dini dapat berguru lewat apapun. Melalui pengertian kepada cara anak usia dini mencar ilmu, maka guru mampu menentukan pendekatan yg paling sesuai dgn cara mencar ilmu anak. Untuk menerima penjelasan kenapa perlu pendekatan saintifik, maka guru perlu mengetahui wacana anak usia dini, cara mencar ilmu anak & prinsip pembelajaran pada PAUD.

Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar

Cara Belajar Anak Usia Dini

1. Anak belajar dengan-cara sedikit demi sedikit.

Anak adalah pembelajar alami & sungguh senang mencar ilmu. Anak berguru semenjak lahir. Anak bahagia mencari pemecahan dr dilema yg dihadapinya. Ia mencar ilmu dgn cara :

  • bertahap sesuai dgn tingkat kematangan perkembangan berpikirnya.
  • mulai segala sesuatu dr hal-hal yg bersifat konkrit ke absurd.
  • memakai seluruh inderanya: mengamati, membau, mende- ngarkan bunyinya, merasakan, mencicipi, mendorong, menarik, bahkan menggerak-gerakkan dgn banyak sekali cara yg disukainya, dll.

2. Cara berpikir anak bersifat khas.

Cara anak berpikir berakar dr pengalamannya sehari-hari. Sumber pengalaman anak didapat dari:

  • pengalaman sensory dgn memakai seluruh inderanya (penglihatan, telinga, penghidu, perasa, lidah)
  • pengalaman berbahasa dikala mereka berkomunikasi dgn teman, orang bau tanah, guru atau orang lain.
  • pengalaman budaya dlm bentuk kebiasaan di rumah, nilai yg diterapkan dlm keluarga termasuk yg berlaku di lingkungan.
  • pengalaman sosial dr sahabat sepermainan, sikap orang remaja, dll
  • pengalaman yg bersumber dr media masa, misal dr surat kabar, majalah, televisi, radio, dll.

3. Anak berguru dgn banyak sekali cara.

Anak bahagia mengamati & memakai mainannya dgn banyak sekali cara. Misalnya kendaraan beroda empat-mobilan mampu digerakkan maju mundur, dimainkan rodanya, dibongkar, dll. Namun, orang cukup umur sering cuma menginginkan anak bermain mirip yg dipikirkan mereka.

4. Anak mencar ilmu dikala bersosialisasi.

Anak mencar ilmu banyak wawasan & keahlian melalui interaksi dgn lingkungannya. Kemampuan berbahasa, kemampuan sosial-emosional, & kesanggupan yang lain berkembang pesat kalau anak diberi kesempatan bersosialisasi dgn sobat, benda, alat main, & orang-orang yg ada di sekitarnya