Mengapa Ada Kekerasan Atasnama Agama? Ternyata Ini Penyebabnya

Sudah 14 masa lebih agama islam lahir. Dan selama itu juga dinamika keberagamaan yng mengitarinya berjalan dinamis. Perjalanan sejarah telah aneka macam versi serta teladan beragama umat islam, sejalan yang dengannya keadaan ruang serta waktu yng mengitarinya. Islam di Nusantara contohnya, telah menghadirkan keberagamaan yng memiliki kandungan kearifan lokal. Wajah islam nampak begitu teduh. Akan tetapi dewasa ini terlaksana polarisasi versi keberagamaan yang sudah di sebutkan. Fundamentalisme islam yng lantas memunculkan benih-benih radikalisme, hingga pada terorisme, menjadi varian tersendiri dalang ruang lingkup model beragama ini.
Dalam hal ini, setidaknya ada tiga informasi yng periode ini menjadi insiden gerakan islam, yakni radikalisme, formalisme, serta terorisme. Jika radikalisme terindikasi lewat kelompok-kalangan muslim radikal yang dengannya teladan amar ma’ruf nahi mungkar, maka formalisme islam berniat mendirikan negara islam ataupun menegakkan syari’at islam secara formal. Sedangkan terorisme tampak melalui gerakan-gerakan kekerasan yang dengannya dalih jihad.
Paling tak ada tiga bentuk ataupun model kekerasan yng mampu kita lihat. Pertama, kekerasan perihal. Sebuah ihwal, meminjam analisis Foucault, bukan cuma sekedar pernyataan serta ilham-wangsit segar, namun sesuatu yng memproduksi yng lain. Pengetahuan ataupun ihwal senantiasa memiliki efek kuasa, sebaliknya kekuasaan senantiasa butuh serta memproduksi pengetahuan menjdai basis kekuasaannya. Dengan kata lain, perihal menentukan pandang-an kita mengenai suatu objek, memasukkan mana yng pantas masuk serta mana yng pantas dikeluarkan. Inilah satu dari sekian banyaknya taktik diferensiasi yng pada gilirannya melahirkan imbas dominasi serta marjinalisasi, semisal misalnya pemikiran MUI.

  Ushul Fiqh: Pemahaman, Objek Kajian, Fungsi, Dan Tujuan Mempelajarinya