Meneropong “Iqro” dan Bosscha yang Terancam

Menanamkan semenjak dini untuk mengasihi sains memang sangat penting. Pun penting pula menanamkan cinta Al Qur’an sebagai dasar bagi perkembangan eksklusif generasi muda muslim. Ilmu pengetahuan & Al Qur’an, dua hal yg sungguh berhubungan.

Adalah Aqila (Aisha Nurra Datau), gadis kecil yg sungguh gandrung dgn dunia perbintangan & benda-benda langit (astronomi). Di kelas, dia lumayan unggul pengetahuannya di bidang ini. Aqila pula menyangkal temannya yg mengatakan bahwa Pluto yakni planet.

Guru pun memberi peran pada siswa. Dan tugas Aqila ingin pertanda pada sobat-temannya bahwa beliau bisa meneropong Pluto. Caranya? Melalui teropong utama Bosscha. Liburan Aqila dihabiskan di kota Bandung, Jawa Barat. Apalagi Opanya (Cok Simbara) adalah seorang astronom yg memegang Observatorium Bosscha.

Lewat perbincangan video di gawai, teman Aqila yg sekaligus rivalnya di kelas selalu memberi perkembangan informasi yg secara perlahan-lahan sudah menuntaskan tugasnya. Sementara Aqila belum dapat apa-apa. Aqila tak gampang untuk mewujudkan impiannya. Untuk mampu meneropong saja harus menyelesaikan satu syarat; mampu membaca Al Qur’an dgn baik. Padahal gadis 9 tahun itu kurang kepincutmempelajari Al Qur’an.

“Bagaimana mampu tahu waktu sholat padahal nggak ada jam di zaman Rasulullah? Membaca langit, melihat bintang!” kata Opa pada Aqila.

Sementara Opa dirundung kekalutan yg tak sudah-sudah, karena ada ancaman yg mengintai. Ia pula kerap kena teror. Bosscha terancam!

“Kenapa semakin ke sini semakin tak banyak yg minat dgn ilmu wawasan?” kata Opa pada Nenek Aqila (Neno Warisman) pada suatu malam.

Aqila pun mulai berdamai dgn diri sendiri, mencoba menaklukan diri dgn mengikuti pesantren. Sayangnya beliau kerap diusili oleh Fauzi (Raihan Khan), penjual krupuk Palembang.

  Wahai Para Lajang, Inilah Keutamaan Menikah (Bagian 2)

Film yg dibuat oleh Masjid Salman ITB & Salman Film Academy ini memang menawan. Memadukan antara sains & agama dgn baik nan ciamik. Film yg diklaim oleh pihak produksi selaku film anak-anak religi pertama di Indonesia ini sepintas mengingatkan pada penulis dgn film Petualangan Sherina. Berkisah petualangan, persahabatan, kegigihan gadis cilik, Bosscha & bahaya yg mengintai. Mimik Aqila tatkala ngambek & merajuk pun hampir sama. Akan tetapi perbedaannya pula sungguh banyak.

Iqbal Alfajri pula mendirect dengan baik para pemain sekalipun ada yg berstatus sebagai pendatang baru. Meski ada kelemahan namun tertutupi dgn baik oleh jalannya cerita.

Tak ayal KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym pula mengikuti nobar di Bandung, beberapa sekolah islam terpadu pula mengadakan nonton bareng . Selayaknya memang selaku muslim kita mesti peduli dgn film-film beredukasi yg mampu mendorong munculnya pandangan baru melalui belum dewasa.

Film “Iqro: Petualangan Meraih Bintang” membuat kita melek kepada bintang-bintang di langit & hubungan ibadah kita. [Paramuda/Wargamasyarakat]