Membedakan Hujan yang Bermakna Azab dan Kebaikan

Setelah sekian hari udara begitu panas & gerah, Allah SWT turunkan rintik-rintik yg merdu bernama hujan. Kehadirannya terlihat begitu menyenangkan siapa saja.

“Alhamdulillah, alhasil turun hujan. Allahumma shayyiban nafian,” tulis seorang kawan lewat laman jejaring pertemanan.

Tentu Anda mengalami hal yg sama. Di laman-laman percakapan & goresan pena banyak yg mengungkapkan kegembiraan atau kesyukuran.

Hujan yg turun itu adalah rahmat. Lalu bagaimana dgn hujan yg memiliki arti azab?

Hujan dlm bahasa Arab, tepatnya di dlm Al-Qur’an ada dua ungkapan.

Hujan yg mempunyai makna azab

Dalam Al-Qur’an lazimnya disebut dgn perumpamaan مطر. Perhatikan beberapa surat dlm Al-Qur’an berikut ini:

Surat Al-A’raf 84

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

Dan Kami turunkan pada mereka hujan (watu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yg berdosa itu.

Surat Asy-Syu’ara 173

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا ۖفَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ

Dan Kami hujani mereka dgn hujan (watu) maka amat jeleklah hujan yg menimpa orang-orang yg sudah diberi peringatan itu.

Annaml 58

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا ۖفَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ

Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yg ditimpakan atas orang-orang yg diberi perayaan itu.

Hujan yg mempunyai arti kebaikan

Hujan yg mendatngkan kebaikan atau rahmat lazimnya disebut dgn istilah ghaits غيث lihat surat Asy-Syura 28.

وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ ۚوَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ

Dan Dialah yg menurunkan hujan sehabis mereka berputus asa & mengembangkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.

Akan tetapi, dengan-cara lazim, hujan tetap saja dikatakan rahmat walaupun dampaknya tergantung bagi yg mendapatkan. Yang beriman akan senantiasa bersyukur apa yg telah Allah limpahkan atau tegar menghadapi apa yg Allah ujikan. Wallahua’ lam. [Paramuda/Wargamasyarakat]

  Inilah Hikmah di Balik Kesedihan yang Menimpa Orang Beriman (Bagian 2)