Setiap negara memiliki sejarah bangsanya masing-masing, tak terkecuali bangsa Indonesia juga mempunyai berbagai kisah sejarahnya. Kisah panjang perihal bangsa Indonesia tertulis dalam tinta-tinta para sejarawan yang peduli kepada tanah tumpah darahnya supaya kelak anak cucu penduduk Indonesia mengenali siapa nenek moyang dan pendiri bangsanya.
Bangsa yang maju adalah sebuah bangsa yang sangat mengamati pendidikan rakyatnya, mengapa pendidikan begitu penting? karena dengan jalan pendidikan, ilmu-ilmu wawasan baru akan dihadirkan dan diciptakan. Untuk menghargai dan menghormati jasa-jasa para jagoan tanpa tanda jasa ini, pemerintah Indonesia memutuskan tanggal 2 Mei selaku Hari Pendidikan Nasional.
Latar Belakang
Dikutip dari Wikipedia, bahwa Hari Pendidikan Nasional ialah hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh aktivis pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, yang diperingati pada setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya.
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, satria nasional yang dihormati selaku bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama kurun kolonialisme Belanda, dia diketahui sebab berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.
Pemerintahan kolonial Belanda cuma memperbolehkan bawah umur dari kelahiran Belanda atau dari orang-orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Hari Pendidikan Nasional ini ditetapkan lewat Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menjadikan dia diasingkan ke Belanda, dan ia lalu mendirikan suatu lembaga pendidikan bernama Taman Siswa sehabis kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan sehabis kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, Tut Wuri Handayani yang mempunyai arti di belakang memberi dorongan.
Filosofi hasil pemikirannya ini digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia sampai sekarang. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, maka pemerintah Indonesia memutuskan tanggal kelahirannya selaku peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Makna Hari Pendidikan Nasional
Seperti yang sudah diketahui oleh semua, bahwa peranan dunia pendidikan merupakan kunci perkembangan sebuah kebudayaan dan peradaban bangsa. Dalam perjalanan sejarahnya dari abad kemudian hingga periode kini ini, telah menunjukan bahwa kemajuan suatu negeri itu tergantung pertumbuhan ilmu pengetahuan bangsa tersebut, dan dalam hal ini yang sangat menentukannya ialah ikut andilnya pihak pemerintah yang memiliki arah dalam memilih kebijakan-kebijakan.
Lalu bagaimana perilaku pemerintah Indonesia menyaksikan keadaan pendidikan bangsanya sekarang ini? Untuk mengenali jawabannya tentunya sungguh bermacam-macam. Kita bisa melihat dari mulai keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah yang ada dipelosok-pelosok negeri ini.
Untuk sekolah-sekolah yang ada di tengah-tengah perkotaan tentunya untuk masalah fasilitas dan prasarana sudah memadai, bahkan ada beberapa sekolah yang berkategori menjadi sekolah favorit. Nah, lalu bagaimana dengan kondisi sekolah-sekolah yang ada di pelosok kawasan lagi terpencil, tentunya akan sangat jauh berbeda keadaannya.
Melihat keadaan seperti ini, maka arah kebijakan pendidikan di Indonesia sekarang ini belum mampu disamaratakan atau istilah dapat dipukul rata, tidak bisa! tidak bisa demikian!
Adanya keadaan mirip ini, maka di setiap ada kebijakan pergantian kurikulum gres yang digulirkan pemerintah, senantiasa menimbulkan masalah-masalah gres yang akan dihadapi sekolah. Misalnya proses pendidikan itu 90% adanya ditangan siswa sisanya ada dipihak guru. Betul, bila fasilitas buku dan alat lain yang diharapkan sebagai media pembelajaran sudah tersedia.
Bagaimana dengan sekolah yang belum memiliki fasilitas itu? Tentunya praktik pembelajaran seperti ini tidak akan dapat berjalan dengan baik, karena buku sebagai media pembelajaran cuma dimiliki satu-satunya oleh guru. Melihat fakta seperti ini, maka sekolah-sekolah yang ada di kawasan pelosok mendapatkan kebijakan kurikulum baru itu, hanya sebatas untuk melengkapi keperluan administrasi saja.
Semoga kedepannya hal ini tidak terjadi, dan penduduk Indonesia semuanya berhak menerima dan mengenyam pendidikan yang sama tidak ada jurang pemisah antara proses pendidikan di perkotaan dan di pedesaan.
Demikian pembahasan singkat ihwal memaknai sejarah Hari Pendidikan Nasional Indonesia 2 Mei. Semoga dengan adanya perayaan ini akan mengingatkan kembali ihwal pentingnya peranan pendidikan untuk generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang.