Seorang ibu muda berada di sebuah halaman rumah. Di sana terlihat sedang ada pesta peringatan ulang tahun. Langit mendung, mengeluarkan petir. Ibu muda itu menghubungi, “Mbah, jangan hujan dulu ya!”
Seorang yg diundang Mbah dgn busana khas itu menyampaikan, “Ya, beres Bu!”. Lalu jari tangannya saling beradu ke atas langit. Mendung itu pun bergeser, jadi terperinci.
“Mbah hujannya dipending ya!” suara bapak yg sedang berada di lapangan golf. Si mbah pun bilang siap & menghentikan hujan.
Lalu seorang nelayan yg sedang menjemur baju pun menelepon Si Mbah, “Mbah, ikannya belum kering!”
“Iya. Jangan lupa ditransfer ya!”
Itulah salah satu adegan suatu tayangan iklan teve (TV Commercial) sebuah produk cat anti bocor.
Di masa kini, pawang hujan mau tidak ingin masih digunakan oleh penduduk yg kadang menabalkan diri selaku orang modern.
Mbah Bejo, seorang pawang hujan biasa disapa, pernah diminta menolong mengontrol hujan dikala pelantikan kepala tempat. Bagaimana cara kerja si pawang hujan?
Dalam menertibkan hujan, kata Mbah Bejo, pilihan pertama adalah memindahkan atau memindah hujan. Jika memang sudah tak memungkinkan, satu-satunya jalan dgn menahan selama mungkin.
“Tiap pawang akan melakukan survei lokasi. Apakah sedang ekspresi dominan hujan atau enggak. Pawang yg profesional senantiasa memindah hujan ke arah maritim,” kata Mbah Bejo di Semarang, Selasa, 16 Februari tahun lalu mirip dilansir Liputan6.
Benarkah demikian?
Mendengar iklan “pawang hujan” itu, seorang kawan di kantor yg pula sebagai dosen di sebuah universitas berbasis Islam langsung merespons. “Syirik itu! Minta bantuan jin dlm melawan ketentuan Allah,” kata dosen itu.
Dalam Majmu Fatawa 11: 307 – 308, Syaikhul Islam menyebutkan bahwa, manusia yg menyuruh jin untuk melaksanakan sesuatu yg tidak boleh oleh Allah & Rasul-Nya baik untuk melakukan kesyirikan, membunuh orang yg tak bersalah, mengganggu orang namun tak hingga membunuh, contohnya mengirim penyakit, atau kezaliman lainnya, atau membantu dlm tindakan maksiat yg diminta oleh manusia, memiliki arti ia telah meminta tolong jin untuk melaksanakan perbuatan dosa & melampaui batas. Jika ia minta tolong jin untuk melaksanakan kekafiran maka manusia itu kafir, & jika ia meminta tolong jin untuk melaksanakan kemaksiatan maka ia orang fasik atau pelaku tindakan dosa.
Adapun Nabi Sulaiman as, Allah taklukkan jin untuk tunduk di bawah kerajaan dia.
“Kami telah tundukkan (pula pada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yg menyelam (ke dlm laut) untuknya & melakukan pekerjaan selain ketimbang itu, & Kami yg mempertahankan mereka itu.” (QS. Al-Anbiya: 82)
Memindahkan hujan artinya tak mendapatkan ketentuan Allah. Padahal hujan yakni berkah, karunia yg diturunkan oleh Allah SWT. [Paramuda/Wargamasyarakat]