RESUME MATERI TEKNIK KHITOBAH
a) Pengertian dan Fungsi Retorika
Dalam Kleine Winkel Prins Encyclopedia disebutkan Rhetorika: “Wellsprekendheidkunts” atau “seni kemahiran mengatakan”. Rhetorica is “The art of using language in such away to produce a desired impress upon the hearers and readers”, ialah “seni mempergunakan bahasa dengan cara-cara (tertentu) untuk menghasilkan kesan yang dikehendaki kepada pendengar dan pembaca”. (Encyclopedia Britanica)
Aristoteles menyampaikan bahwa retorika adalah kemampuan untuk memilih dengan metode bagaimana, dalam peristiwa tertentu dan suasana tertentu orang dapat menjadikan doktrin. Menurut Plato, retorika yaitu merebut jiwa insan dengan kata-kata. Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, retorika yakni ilmu yang mempelajari cara mengendalikan komposisi kata-kata biar muncul kesan yang diinginkan pada diri khalayak. Kaprikornus, retorika adalah suatu keterampilan/ acara yang menyangkut pada pengkomunikasian pesan kepada sejumlah orang yang berfungsi selaku usaha untuk mengakibatkan pemahaman kepada banyak sekali ide, gagasan, yang bersifat persuasif.
Lima hukum retorika (The Five Canons of Rhetoric) Socrates:
1) Inventio (Penemuan)
2) Pronuntiati (Penyampaian)
3) Dispositio (Penyusunan)
4) Memoria (Memori)
5) Elocutio (Gaya)
Retorika pasti dipakai dalam komunikasi, khususnya dalam berdakwah. Retorika yang baik dapat mengakibatkan proses komunikasi juga baik. Sebagaimana dalil mengenai dakwah yang dijadikan sebagai landasan. Terdapat dalam QS. An-Nahl: 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan pesan tersirat dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang bagus. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengenali wacana siapa yang kesasar dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengenali orang-orang yang menerima isyarat .”
Retorika pasti memiliki peran di banyak sekali bidang, salah satunya yaitu bidang agama, di antaranya yakni:
1) Penyiaran dan Pengembangan Agama (Dakwah)
2) Tajdil, Khutbah dan lain-lain
3) Tabligh, Tadzkir, Tanzir, dan Ta’lim
b) Penentuan (Memilih) Topik dan Judul
Topik ialah pokok obrolan dalam diskusi, ceramah, karangan, dan sebagainya; bahan diskusi. Prof. Wayne N. Thompson menyusun sistematika sumber topik sebagai berikut:
1. Pengalaman langsung
a. Perjalanan
b. Tempat yang pernah dikunjungi
c. Kelompok anda
d. Wawancara dengan tokoh
e. Kejadian luar biasa
f. Peristiwa lucu
g. Kelakuan atau budpekerti yang aneh
2. Hobi dan kemampuan
a. Cara melaksanakan sesuatu
b. Cara bekerja sesuatu
c. Peraturan dan metode
3. Pengalaman pekerjaan atau profesi
a. Pekerjaan tambahan
b. Profesi keluarga
4. Pelajaran sekolah atau kuliah
a. Hasil-hasil observasi
b. Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
5. Pendapat eksklusif
a. Kritikan pada permanan, film, buku, puisi, pidato atau siaran radio dan televisi
b. Hasil observasi pribadi
6. Peristiwa hangat dan obrolan publik
a. Berita halaman muka surat kabar
b. Topik tajuk planning
c. Artikel pada kolom lainnya
d. Berita radio dan TV
e. Topik surat kabar tempat
f. Berita dan tajuk surat kabar kampus
g. Percakapan di antara mahasiswa
h. Kuliah
i. Penemuan canggih
j. Peristiwa yang bakal terjadi
7. Masalah infinit
a. Agama
b. Pendidikan
c. Soal masyarakat yang belum selesai
d. Problem langsung
8. Kilasan biografi
a. Orang-orang terkenal
b. Tokoh-tokoh
9. Kejadian khusus
a. Perayaan dan peringatan
b. Hari besar Islam
10. Minat khalayak
a. Pekerjaan
b. Hobby
c. Rumah tangga
d. Pengembangan diri
e. Kesehatan dan penampilan
f. Tambahan ilmu
g. Minat khusus
h. Lain-lain
Dalam menentukan topik tentu terdapat kriteria yang baik, di antaranya:
· Topik mesti sesuai dengan latar belakang wawasan anda
· Topik harus menarik minat anda
· Topik mesti menarik perhatian pendengar
· Topik harussesuai dengan pengetahuan pendengar
· Topik harusterang ruang lingkup dan batasannya
· Topik mesti sesuai dengan waktu dan situasi
· Topik harus dapat ditunjang dengan materi lain
Sedangkan judul ialah nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang mampu menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bagian itu. Arti yang lain dari judul ialah kepala karangan (dongeng, drama dan sebagainya).
Judul yang bagus mesti memenuhi tiga syarat:
1) Relevan artinya ada keterkaitannya dengan pokok-pokok bahasan
2) Provokatif artinya mengakibatkan keinginan ingin tahu dan antusiasme pendengar
3) Singkat mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan enteng diingat
Selain itu, ada dua macam tujuan dan tujuan lazim yang dirumuskan dalam tiga hal:
1) Memberitahukan (Informatif)
2) Mempengaruhi (Persuasif) dan
3) Menghibur (Rekreatif)
Tujuan khusus adalah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum bersifat kongkrit dapat diukur dan dibuktikan.
c) Analisa pada Khalayak Individu atau Organisasi
Khalayak adalah kalangan tertentu dalam penduduk yang menjadi target komunikasi, Segala yang diciptakan oleh Tuhan, Makhluk (manusia dan sebagainya), Orang banyak, Masyarakat. Bila dilihat dari persolan kesadaran, terdapat beberapa khalayak, ialah:
1. Ada khalayak tak sadar adanya duduk perkara
Kita gunakan langkah-langkah selaku berikut:
· Tahap perhatian. Khalayak dibangkitkan minatnya, dikemukakan fakta dan angka yang mengagetkan mereka. Misalnya: DKI Jakarta hingga saat ini (2006) dinyatakan masih belum bebas demam berdarah.
· Tahap kebutuhan. Sajikan sejumlah fakta, angka dan kutipan yang ditunjukkan untuk memberikan, memang ada duduk perkara. Sebutkan dengan khusus bagaimana situasi menghipnotis kenyamanan, kebahagiaan atau kemakmuran pendengar. Misal: sejumlah fakta terungkapnya adanya pabrik-pabrik pembuatan Narkoba. Pihak kepolisian langsung menutup pabrik itu dan orang-orang terlibat segera ditahan untuk diminta penjelasan.
· Tahap pemuasan, visualisasi dan tindakan. Dalam pengembangan tahap-tahap itu, gunakanlah kesempatan yang ada untuk memperkenalkan bahan-bahan lebih nyata, buat memastikan problem, sebutkan kembali selagi menciptakan ikhtisar selesai dan mengimbau mereka untuk meyakini dan bertindak.
2. Khalayak apatis (masa kolot)
Berbeda dengan yang tidak sadar adanya dilema, namun mereka tahu masalahnya, tetapi mereka tak peduli, sebab merasa bukan urusannya. Pembicara mesti meyakinkan mereka bahwa dilema yang mereka tahu, akan menghipnotis mereka, misal pentingnya mengamati kebersihan lingkungan. Lakukan secara sedikit demi sedikit:
· Tahap perhatian. Singkirkan perilaku yang apatis dengan menjamah beberapa hal yang berkaitan dengan kepentingan pendengar. Misal, kalau kebersihan lingkungan tidak diamati akan menimbulkan berbagai penyakit Gunakan istilah-istilah hidup untuk menundukkan bagaimana, kesehatan, kebahagiaan, ketenteraman, potensi maju
· Tahap keperluan Apabila sudah muncul perhatian lanjutkan dengan pertanyaan, bagaimana masalah tersebut mensugesti setiap orang yang datang? Usahakan persoalan dengan memperlihatkan: (1) efek secara pribadi atau secepatnya terhadap mereka; (2). efeknya pada keluarga, teman, kepentingan bisnis, atau kalangan sosial profesional mereka; (3) kemungkinan imbas era depan bagi anak-anak mereka. Dalam menawarkan imbas itu, gunakanlah bukti-bukti yang sekuat mungkin. Misal, Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menangani sampah, menganjurkan setiap RT mempunyai alat penghancur sampah akan menjadi kompos. Akibatnya warga tidak membutuhkan biaya untuk memuat sampah rumah tangga, kompos menjadi pupuk, nilai ekonominya kompos bisa dijual, sampah di DKI mirip pengumpulan daun-daunan dari pohon salah satu bahan kompos juga mampu menjadi mata pencaharian (2006).
· Tahap pemuasan. Tahap ini ditunjukkan terus menerus bahwa sikap apatis dalam masalah ini tidak mampu dibenarkan.
· Tahap visualisasi dan langkah-langkah. Dalam visualisasi laba akan diperoleh khalayak. Sementara itu berdasarlan visualisasi, meminta terhadap mereka untuk mempelajari dilema itu atau untuk mempelajari duduk perkara itu atau untuk bertindak mengatasinya. Masalah sampah Pemerintah Daerah DKI bekerjasama dengan BPPT (Badan Pengembangan Penerapan Tekhnologi) yang memperlihatkan penyuluhan sampah menjadi kompos (2006)
3. Khalayak yang tertarik namun ragu.
Sebagian khalayak tahu dan sadar adanya duduk perkara, tetapi mereka belum mengambil keputusan karena masih mewaspadai akidah yang hendak disertai atau tindakan yang hendak dikerjakan. Contoh tadi, persoalan sampah yang dapat diolah menjadi kompos/ pupuk non kimia. Untuk meyakinkan khalayak maka gunakan tahap-tahap sebagai berikut:
· Tahap perhatian. Pusatkan perhatian pada hal yang konsentrasi saja.
· Tahap keperluan. Tinjaulah secara singkat latar-belakang timbulnya duduk perkara, dapat menolong pen-dengar mengerti situasi secara lebih jelas. Buatlah standar atau ajaran yang harus dipenuhi dalam meng-ambil keputusan yang sempurna.
· Tahap pemuasan. Pidato disini dianggap penting, kemungkinan lebih panjang. Namun tunjukkan secara ringkas rencana langkah-langkah yang mesti dilakukan, definisikan istilah-perumpamaan yang kabur biar tidak menyebabkan banyak sekali penafsiran. Kemudian tunjukkan anjuran Anda yang dapat diterima daripada alternatif-alternatif yang lain. Perkuat setiap pernyataan dengan sejumlah fakta, angka dan pola.
· Tahap visualisasi. Proyeksikan khalayak ke kala depan dengan melukiskan gambaran realitas dari kondisi-keadaan yang diharapkan, bila orang mendapatkan proposal kita atau mendukungnya atau kerugian besar akan terjadi bila menolaknya.
· Tahap tindakan. Buatlah ikhtisar singkat dari argumen-argumen penting dan imbauan yang dikemukakan pada pembicaraan sebelumnya.
4. Khalayak yang bermusuhan.
Adakalanya khalayak sadar bahwa masalah yang mesti dituntaskan, namun mereka menentang tawaran yang diajukan. Pertentangan mampu terjadi alasannya adalah takut akan balasan yang tidak dikehendaki atau lebih menggemari alternatif lain dibandingkan dengan yang disediakan. Bila tujuan menanggulangi keberatan yang diajukan khalayak, dan kita mengupayakan agar khalayak mendapatkan gagasan yang diajukan. Ikutilah urut-urutan selaku berikut:
· Tahap perhatian. Khalayak tidak menyenangi tawaran Anda, jalinlah persahabatan dengan khalayak, usahakan mengalah pada segi-sisi tertentu dari pandangan pendengar. Carilah kesamaan, dengan menegaskan pokok-pokok yang disepakati, perkecil perbedaan. Usahakan semoga mereka merasa bahwa secara nrimo ingin mencapai hasil yang juga mereka inginkan.
· Tahap kebutuhan. Kembangkan tahap ini seperti menghadapi khalayak yang masih ragu
· Tahap visualisasi dan langkah-langkah. Pendengar telah pada posisi tertarik walau ada yang masih ragu. Pengembangan pidato banyak memberi tekanan pada visualisasi atau laba-keuntungan.
d) Tahapan Pidato
Pidato yaitu pengungkapan fikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak; tentang yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Proses komunikasi pada pada dasarnya yakni proses yang berusaha mencari mutual understanding di antara dua pihak yang berkomunikasi itu. Proses itu bisa gampang, bisa jadi sukar. Mutual understanding bisa tercipta jika ada kemiripan antara frame of reference dan field of experience kedua belah pihak.
Dua pihak yang berkomunikasi menjinjing latar belakang pemahaman yang berlawanan pula. Di benak setiap orang yang berkomunikasi, biasanya telah tercipta image, persepsi dan gambaran ihwal lawan komunikasinya. Dalam banyak perkara, image bahkan dapat tercipta sebelum berjumpa tampang dengan objek image. Pidato cenderug sepihak dan pesan cuma ada pada sepihak (yang pidato) audien hanya mendengar dan memperhatikan.
Terdapat jenis-jenis pidato, di antaranya:
1) Impromtu, pidato yang dikerjakan dengan datang-tiba atas seruan yang datang-datang pula;
Keuntungan:
· Dapat mengungkapkan perasaan bergotong-royong
· Gagasan dan pendapatnya datang spontan, sehingga tampak segar dan hidup
· Memungkinkan pembicara terus berpikir
Kerugian:
· Menimbulkan kesimpulan yang mentah
· Mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak tanpa kendala
· Gagasan yang “berserakan” dan ngawur
Pegangan:
· Pikirkan lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik
· Tentukan tata cara organisasi pesan
· Pikirkan teknik menutup pidato yang mengesankan.
2) Manuskrip, pidato dengan menggunakan naskah dari permulaan sampai akhir pidato;
Keuntungan:
· Kata-kata mampu dipilih dengan sebaik mungkin
· Pernyataan dapat dihemat
· Kefasihan bicara mampu dicapai
· Hal-hal ngawur mampu dihindari
· Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak
Kerugian:
· Komunikasi pendengar akan menyusut
· Pembicara tidak mampu menyaksikan pendengar dengan baik
· Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengganti atau menambah pembahasan pesan
· Pembuatan lebih lama.
Petunjuk:
· Susunlah lebih dulu garis-garis besarnya dan siapkan materi-bahannya
· Tulislah manuskrip seakan-akan anda bicara
· Baca naskah berkali-kali sambil membayangkan pendengar
· Hapalkan sekedarnya sehingga anda mampu menyaksikan pendengar
· Siapkan manuskrip dengan goresan pena besar dan jelas mampu dibaca dengan mudah.
3) Memoriter, pesan pidato ditulis dan dikenang kata perkata (dihapal);
4) Ekstempore, pidato dengan memakai garis besar (out line).
e) Persiapan Pidato
Persiapan teknis (persiapan ilmiah) harus menempuh tahapan-tahapan:
1. Investio, yakni mendapatkan materi
2. Dispositio, menyusun atau merangkai bahan
3. Elucatio, menentukan style dan gaya bahasa
4. Memoria, yaitu menanam dalam ingatan
5. Pronunciatio, yaitu teknik penyampaian sebuah pidato, yang mencakup:
a) Dengan menghapal pidato,
b) Membuat garis besar atau catatan pokok-pokok bahasan,
c) Membaca teks pidato,
d) Extempore, adalah tanpa catatan apapun, dan lazimnya pada pidato yang tiba-datang.
Persiapan mental, agar menjaga diri dari “demam panggung”, dengan cara:
1. Memperteguh keyakinan
2. Mempertinggi akhlak
3. Auto sugesti (menghipnotis diri sendiri)
4. Paraatheid (kesiapan dan kesiagaan) kita sendiri
5. Anggaplah insan dihadapan kita selaku insan biasa.
Selain itu, pasti yang perlu disediakan ialah dalam memperoleh materi pidato:
1. Temukan dilema apalagi dulu
2. Kumpulkan materi-bahan/ bahan dari kitab/ buku-buku
3. Tela’ah materi-bahan dengan cermat dan seksama
4. Sistematikakan dengan baik (garis besarnya dulu)
5. Tentukan judul atau temanya
6. Tuliskan materi-materi itu sesuai dengan sistematika
7. Buat kesimpulan dengan benar.
8. Uji coba bahan
f) Tahapan-tahapan Penyusunan Pidato (Bagian 1)
Herbert Spencer pernah berkata: “jika wawasan orang itu tidak teratur, maka kian banyak wawasan yang dimilikinya, semakin besar pula kesemrawutan pikirannya”.
Prinsip-Prinsip Komposisi Pidato
Kata Raymond S. Ross, there three greats rhetorical principle: have a profound bearing upon how we should organize massage. Ada tiga prinsip dasar cara penyusunan pesan pidato:
1. Unity (kesatuan)
Komposisi yang baik harus ialah kesatuan yang utuh, yang meliputi:
a. Isi, dalam isi mesti ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang.
b. Tujuan, komposisi harus memiliki satu macam tujuan (menghibur, memberitahukan, dan mensugesti)
c. Sifat (mood), kesatuan dalam sifat obrolan (serius, formal, informal, elok, atau bermain-main).
2. Coherence (pertautan)
Pertautan mengambarkan urutan bagian uraian yang berhubungan satu sama lain. Ialah: istilah penyambung (connective pharase) yakni suatu kata atau lebih yang dipakai untuk merangkaikan bab-bagian. Paralelisme yakni mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan perumpamaan yang serupa untuk setiap pokok obrolan. Dan gema (echo) yaitu kata atau pemikiran dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru yang mampu berbentukpadanan kata, perulangan kata, kata ganti, atau ungkapan lain yang menggantikan kata-kata yang terdahulu.
3. Empashis (titik berat)
Titik berat menandakan pada bab-bab penting yang patut diperhatikan yang dalam goresan pena, dapat dinyatakan dengan: tanda garis bawah, hurup miring atau hurup besar. Dan dalam verbal dengan: hentian, tekanan suara yang dinaikan, pergeseran nada, isyarat, dan sebagainya.
H.A. Overstreet, mahir jiwa untuk mempengaruhi manusia, berkata: “let your speech march”. Ini akan menciptakan situasi yang favorable, membangkitkan minat, menunjukkan pembagian pesan yang jelas sehingga mempermudah pengertian, mempertegas pemikiran pokok dan pertanda pertumbuhan pokok-pokok asumsi secara logis. Di antaranya:
1. Organisasi pesan
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence):
· Deduktif, dimilai dengan menyatakan dahulu ide utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan pendukung, penyimpulan dan bukti.
· Induktif, mengemukakan perincian-perincian dan kemudian mempesona kesimpulan.
· Kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya insiden.
· Logis, pesan disusun berdasarkan karena – ke – akhir atau akhir – ke – alasannya.
· Spasial, pesan disusun menurut tempat.
· Topikal, pesan disusun menurut topik obrolan klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah terhadap yang sulit, dari yang dikenal terhadap yang aneh.
2. Pengaturan pesan
Kata Alan H. Monroe, urutan pesan mesti sejalan dengan cara dan proses berpikir insan (motivated sequance “urutan bermotif”).
Susunan proses berpikir insan berdasarkan William James ialah:
· Perhatian dilema atau kebutuhan (perhatian)
· Pengenalan dilema atau keperluan (kebutuhan)
· Pemisahan keberatan dan sanggahan dalam mencari penyelesaian terbaik (pemuasan)
· Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang disediakan (visualisasi)
· Penilaian rencana yang menciptakan diterima atau ditolaknya pemecahan persoalan (tindakan).
Hollingsworth dalam the psychology of the audience menyebutkan lima tugas pokok yang mesti dipertimbangkan komunikator:
· Perhatian
· Minat
· Kesan
· Keyakinan
· Pengarahan
Raymond S. Ross mengusulkan metode penyusunan pesan selaku berikut:
· Perhatian
· Kebutuhan
· Rencana
· Keberatan
· Penegasan kembali
· Tindakan
Membuat garis-garis besar pidato dengan ciri-ciri garis besar yang baik, yakni:
· Terdiri dari tiga bagian: pengirim , isi, dan epilog.
· Lambang yang digunakan untuk pertanda bagian-bab dilarang membingungkan
· Pikiran pokok dan pendukung dibedakan dengan penulisan yang menjorok ke dalam
Macam-macam garis besar:
· Garis besar lengkap (full-content outline)
· Garis besar singkat (key-word outline)
· Garis besar alur teknis (outline of technical plot)
g) Tahapan-tahapan Penyusunan Pidato (Bagian 2)
Glenn R. Capp dan Richard Capp, Jr. merumuskan ketentuan retorika bahwa bahasa verbal mesti menggunakan kata-kata yang terang, tepat, dan mempesona.
Berikut yakni tindakan untuk memilih kata-kata dalam menyusun pidato:
1. Kata-kata mesti terperinci
· Gunakan perumpamaan yang spesifik (tertentu)
· Gunakan kata-kata yang sederhana
· Hindari istilah-perumpamaan teknis
· Berhemat dalam penggunaan kata-kata
· Gunakan perulangan atau pernyataan kembali pemikiran yang sama dengan kata yang berlawanan
2. Kata-kata mesti tepat
· Hindari kata-kata klise
· Gunakan kata-kata pasaran secara hati-hati
· Hati-hati menggunakan kata-kata pungut
· Hindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan
· Jangan menggunakan penjulukan
· Jangan memakai eufemisme yang berlebih-lebihan
3. Kata-kata mesti menawan
· Pilihlah kata-kata yang menyentuh eksklusif diri khalayak
· Gunakan kata berona
· Gunakan bahasa yang figuratif
· Gunakan kata-kata tindak
Tidak cuma tindakan untuk menentukan kata-kata dalam menyusun pidato, tetapi dalam membuka pidato juga terdapat langkah-langkahnya, di antaranya:
· Langsung menyebutkan pokok masalah
· Melukiskan latar belakang dilema
· Menghubungkan dengan insiden mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khlayak
· Menghubungkan dengan insiden yang sedang diperingati
· Menghubungkan dengan daerah komunikator berpidato
· Menghubungkan dengan suasana emosi (mood) yang tengah mencakup khalayak
· Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di era kemudian
· Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar
· Memberikan pujian pada khalayak atas prestasi mereka
· Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
· Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan
· Menyatakan kutipan
· Menceritakan pengalaman eksklusif
· Mengisahkan dongeng nyata, fiktif atau suasana hipotesis
· Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakuai kebenarannya
· Membuat humor
Setelah membuka pidato, tentu terdapat epilog pidato. Berikut yakni langkah-langkah dalam menutup pidato:
· Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar obrolan
· Menyatakan kembali pemikiran utama dengan kalimat dan kata yang berlainan
· Mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action)
· Mengakhiri dengan klimaks
· Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan hebat.
· Menceritakan pola yang berupa gambaran dari tema obrolan
· Menerangkan maksud bantu-membantu langsung pembicara
· Memuji dan menghargai khalayak
· Membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu