close

Materi Komunikasi Non Ekspresi Dalam Islam (Komunikasi Antar Budaya)

 

RESUME DAN ANALISIS MATERI KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM ISLAM

 

Komunikasi non verbal yakni komunikasi yang dilakukan dengan gerakan badan, gerakan paras , dan gerakan mata yang memberikan makna komunikan. Komunikasi non verbal ini bisa menguatkan pesan yang disampaikan lewat komunikasi verbal. Kadangkala komunikasi non ekspresi lebih ampuh dan lebih dipercayai dibandingkan komunikasi ekspresi. Maka komunikasi non verbal merupakan interaksi yang menggunakan pesan-pesan non verbal. Istilah non mulut mengacu pada proses pengiriman pesan tanpa menggunakan bahasa mulut

Dalam komunikasi non lisan tentu terdapat beberapa pesan-pesan komunikasi non verbal ialah:

a.    Pesan Kinesik. Pesan nonverbal yang memakai gerakan badan yang bermakna, berisikan tiga unsur utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

b.    Pesan Fasial. Menggunakan air tampang untuk memberikan makna tertentu. Berbagai penelitian memberikan bahwa muka mampu menyampaikan paling sedikit sepuluh kalangan makna: kebagiaan, rasa terkejut, cemas, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad.

c.   Pesan Gestural. Menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi aneka macam makna

d.        Pesan Postural. Berkenaan dengan keseluruhan anggota tubuh.

e.     Pesan Proksemik. Disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengendalikan jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

f.     Pesan Artifaktual. Diungkapkan lewat tampilan tubuh, busana, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering bertingkah dalam kekerabatan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya perihal tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan badan yakni upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

  Perubahan Sosial yang Terjadi pada Bidang Kesehatan

g.        Pesan Paralinguistik. Pesan nonverbal yang bekerjasama dengan dengan cara mengucapkan pesan ekspresi. Satu pesan ekspresi yang serupa dapat menyampaikan arti yang berbeda jika diucapkan secara berlainan.

Dalam perspektif Islam tentu komunikasi berprinsip dalam Al-Qur’an, yaitu:

a.         Qaulan Layyinan (berkata menjamah hati)

b.        Qaulan Sadidan (Tidak bohong)

c.         Qaulan Balighan (Komunikasi efektif)

d.        Qaulan Ma’rufan (Komunikasi yang sejuk)

e.         Qaulan Kariman (Komunikasi runut/ estetik)

f.          Qaulan Maisuran (Komunikasi yang gampang diketahui)

Di atas ialah prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an. Sedangkan dalam ayat Al-Qur’an dan sebuah hadits yang ialah salah satu landasan komunikasi non lisan dalam perspektif Islam dapat dilihat di QS. Nuh: 7, QS. Abasa: 1-3, QS. Al-Qiyamah: 14-15, dan terdapat juga dalam suatu hadits.

Landasan Hadits Riwayat At-Tirmidzi no.1956, Ibnu Hibban no. 474 dan 529:

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) ialah (bernilai) sedekah bagimu”.

Hadits di atas ialah salah satu bentuk komunikasi non mulut, ialah dengan sebuah senyuman yang ialah pesan gestural, dari gerakan salah satu anggota badan.

Dalam QS. Nuh: 7

وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًا

Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada doktrin) supaya Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.”

Mengenai ayat tersebut, dalam tafsir Al-Muyassar/ Kementerian Agama Saudi Arabia, dan bantu-membantu setiap kali aku menyeru mereka kepada apa yang menimbulkan pengampunan dosa-dosa mereka, yaitu berbentukibadah cuma terhadap-Mu semata, menaati-Mu dan menaati Rasul-Mu, mereka menutup indera pendengaran mereka dengan jari-jemari mereka biar mereka tidak mendengar seruanku dan mereka menutup tampang mereka dengan pakaiannya agar mereka tidak melihatku. Mereka terus melaksanakan kesyirikan, dan sombong tidak mau menerima apa yang saya serukan kepada mereka dan tak mautunduk padanya.

  Rangkuman Bahan Mata Kuliah Komunikasi Golongan

Dalam QS. ‘Abasa: 1-3

عَبَسَ وَتَوَلَّى )1( أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى )2( وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى )3

“Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, (1) dikarenakan telah tiba seorang buta kepadanya (2) Tahukah kau barangkali dia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), (3)”

Mengenai ayat tersebut, dalam tafsir Al-Muyassar/ Kementerian Agama Saudi Arabia, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mengerutkan parasnya dan dia berpaling. Karena kehadiran Abdullah bin Ummi Maktum yang minta isyarat dari beliau. Dia adalah seorang yang buta, tiba pada saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam sedang sibuk dengan para pembesar kaum musyrik, sebab berharap mereka bisa mendapat petunjuk. Tahukah kau wahai Rasul bisa jadi orang buta ini ingin membersihkan diri dari dosa-dosanya?

Terlihat pergantian dan rona masam Rasulullah sholallohu alaihi wasallam dan ia berpaling. Nabi berpaling alasannya seorang laki-laki buta (yakni Abdullah bin ummi maktum) tiba meminta bimbingan. Saat itu Rasulullah ssolallohu alaihi wasallam sedang sibuk mendakwahi para pembesar quraisy terhadap islam. Apa yang membuatmu tahu hakikat urusannya? mampu jadi pertanyaannya menyucikan dan membersihkan jiwanya Atau dia menerima perhiasan pelajaran dan pesan tersirat.

Dalam QS. Al-Qiyamah: 14-15

بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ )14( وَلَوْ أَلْقَىٰ مَعَاذِيرَهُ )15(ۥ

Bahkan insan itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (14) walaupun ia mengemukakan argumentasi-karena. (15)”

Mengenai ayat tersebut, dalam tafsir Al-Muyassar/ Kementerian Agama Saudi Arabia, bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, di mana anggota tubuhnya bersaksi terhadapnya atas dosa yang sudah diperbuatnya. Meski dia mengemukakan argumentasi-karena untuk membantah kesaksian dirinya sendiri bahwa dia tidak melaksanakan perbuatan buruk, tapi hal itu tidak berguna baginya.

  Kelompok Sosial, Masyarakat Majemuk dan Multikultural

Manusia ialah hujjah yang terperinci atas dirinya sendiri yang mengikatnya dengan apa yang beliau lakukan dan apa yang ia lewati, sekalipun ia mendatangkan segala alasan atas kejahatannya, ia tidak bermanfaat baginya.

 



Sumber Pendukung:

?m=1

http://tafsirweb.com