Materi Bahasa Badan Dalam Perspektif Islam (Komunikasi Antar Budaya)


RESUME MATERI BAHASA TUBUH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(Mencari Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits)

 

Bahasa tubuh ialah salah satu bentuk komunikasi non verbal. Komunikasi non ekspresi yakni bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata atau ucapan. Komunikasi non verbal mengandalkan komunikasi dengan memakai bahasa tubuh, gerakan, arahan, simbol, mulut muka, kontak mata, dan jenis komunikasi non verbal lainnya.

Sebagian orang ada yang mempelajari ilmu bahasa tubuh dan bahasa paras termasuk bahasa mata untuk menilai orang lain. Perlu dikenali bahwa ilmu semacam ini yakni ilmu dugaan dan praduga yang belum tentu kebenarannya. Padahal Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melarang kita berprasangka jelek terhadap orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Berhati-hatilah kamu dengan prasangka, alasannya sesungguhnya praduga itu ialah obrolan yang paling dusta.” (HR Bukhari dan Muslim)

Maksudnya, praduga itu adalah kebohongan yang paling bohong. Waspadalah kita menghukumi dan menilai orang lain cuma berdasar bahasa tubuhnya yang hal itu belum tentu dan belum niscaya kebenarannya. Agama Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berprasangka baik dan memberikan pembelaan terhadap kerabat kita demi menjaga kehormatannya.

Dalam kehidupannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak terlepas dari penggunaan bahasa tubuh salah satu contohnya: Sebagaimana ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul, diriwayatkan dari Ibn Abi Hatim dari Ibn Sa’ad yang bersumber dari Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm. Bahwa, suatu hari Thalhah berbicara dengan Aisyah, istri kesayangan Nabi yang juga sepupunya.

Rasulullah datang dengan memperlihatkan muka pias tak suka. Beliau cemburu. Dengan gerakan isyarat, ia meminta ‘Aisyah masuk ke dalam kamar. Wajah aib, wajahnya memerah, dia undur diri dan bergumam dalam hati. Beliau melarangku mengobrol dengan ‘Aisyah. Padahal ia adalah sepupuku. Demi Allah, jikalau ia telah wafat, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar Aisyah.

  Materi Bahasa Indonesia Kelas 8 Semester 2 : Kurikulum K13 & PDF

Gumaman Thalhah membuat Arsy bergetar, perkataan itu dibalas wahyu. Allah swt berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 53

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَٰعًا فَسْـَٔلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ ۚ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَن تُؤْذُوا۟ رَسُولَ ٱللَّهِ وَلَآ أَن تَنكِحُوٓا۟ أَزْوَٰجَهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦٓ أَبَدًا ۚ

“…Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kau menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sehabis dia wafat.”

Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia aib kepada Allah dan Rasul-Nya. Ibnu Abbas berkata; “Ia kemudian memerdekakan budaknya, menyumbangkan harta bendanya yang bisa dimuat oleh sepuluh unta dan menunaikan umrah dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya.”

Selain itu, dalam Al-Qur’an dijelaskan juga bahasa badan pada verbal tampang, bibir, dan ekspresi yang digunakan untuk menawarkan kondisi dan kondisi kejiwaan seperti kesedihan, ketidaksukaan, penolakan, kemarahan, kegundahan dan panik.

عَبَسَ وَتَوَلّٰٓى

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling” (QS. ‘Abasa: 1).

Kesedihan hati dan dukacita yang timbul dari terasa sempitnya dada yakni makna yang dikenal secara biasa dari kata tetapi diayat ini menawarkan ketidaksukaan yang membuatnya duka.

“Dan banyak (pula) paras pada hari itu tertutup bubuk. Dan ditutup lagi oleh kegelapan.” (QS. ‘Abasa: 40-41).

Maksudnya mereka ditimpa kehinaan dan kesulitan. Ayat tersebut menggambarkan ihwal pergeseran ekspresi tampang alasannya kesedihan dan dukacita dengan kata   yang mempunyai arti hal yang bekerjasama dengan bubuk dan warnanya dan   yang memiliki arti menyerupakan dengan asap yang menutupi muka dari kebohongan. Kedua ungkapan tersebut menunjukkan makna kondisi jiwa yang berada dalam kesedihan dan kondisi hati dalam kemaksiatan (Al Abd, 2007).

  Materi Mekanisme Penelitian (Sistem Observasi Komunikasi)

 

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَٰشِعَةٌ

“Banyak paras pada hari itu tunduk terhina”. (QS. Al-Ghaasyiyah: 2).

Maknanya yaitu tampang-paras yang terhina dan rendah sebab siksa yang menantinya (ibid, 1996, 20: 19). Demikian juga dengan gerak bibir dan suara yang keluar dari bibir, seperti ayat berikut:

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, yakni mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Muthafifin: 29).

Menertawakan dengan maksud mengejek, menghina dan merendahkan. (Az Zuhaily, 2000)

فَٱلْيَوْمَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنَ ٱلْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ

“Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.” (QS. Al-Muthafifin: 34).

Menertawakan dengan maksud mengejek alasannya adalah melihat orang-orang kafir terhina dan terbelenggu di neraka (Az Zuhaily, 2000).

 

 

 

Sumber Pendukung:

Jurnal Bahasa Tubuh Dalam Al-Qur’an Juz Ke 30 (Analisis Semantis) oleh Mintaraga Eman Surya Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Sumber dari jurnalnasional.ump.ac.id