Masuk Rumah Malik bin Dinar untuk Mencuri, Justru Hatinya Tercuri

Laki-laki itu berhasil masuk ke tempat tinggal Malik bin Dinar. Ia mencari-cari benda berguna namun tak memperoleh apa pun.

“Engkau mau ke mana?” suara itu mengagetkannya. Ternyata Malik bin Dinar telah akhir sholat & memergokinya. “Bukankah kau-sekalian ke tempat tinggal ini untuk mencari sesuatu? Apa kau-sekalian ingin pergi tanpa membawa apa-apa?”

“Apakah ada barang berguna, Tuan?”

“Ya. Engkau akan kuberi sesuatu yg jauh lebih berguna ketimbang apa yg kau-sekalian harapkan.”

Ada rasa penasaran bercampur aib di dlm jiwanya. Ulama tabiin ini bagaimana, rumahnya jadi sasaran pencurian, ia tak murka malah menawari sesuatu yg berguna. Tapi sebab itu misi ia mencuri malam ini, ia menepiskan rasa malu.

“Apa yg berguna itu?”

“Ambillah air wudhu kemudian sholatlah dua rakaat. Engkau akan menerima kedamaian yg itu jauh lebih berharga dr kesenangan menerima harta.”

Seperti terhipnotis, pencuri itu menuruti apa yg dibilang Malik bin Dinar. Ia pun mengambil wudhu kemudian sholat dua rakaat. Itu sholat tahajud pertama setelah beberapa tahun masa hidupnya.

Dan benar apa yg dikatakan Malik bin Dinar. Ternyata sholat yg ia tunaikan sungguh-sungguh menjinjing kedamaian. Tidak pernah ia merasakan sedamai itu. Damai… tenang… ada kebahagiaan yg tak pernah ia alami sebelumnya.

“Cukup dua rakaat atau kau-sekalian mau menambah lagi?”

“Aku tambah dua rakaat lagi.” Rupanya kedamaian yg hadir dikala sholat itu betul-betul menawan jiwa pria tersebut. Ia terus memperbesar sholatnya sampai masuk waktu Subuh.

Beberapa hari kemudian, temannya heran menyaksikan perubahan yg terjadi pada dirinya.

“Engkau tak mencuri lagi?”

  Apakah Taat Harus Didahului Faham?

“Tidak. Aku berhenti.”

“Bagaimana mampu?”

“Aku bertaubat.”

“Sejak kapan?”

“Beberapa malam yg kemudian gue masuk ke rumah Malik bin Dinar untuk mencuri harta. Ternyata justru ia yg sudah mencuri hatiku. Di rumahnya gue disuruh sholat lantas gue mencicipi apa itu kebahagiaan. Sesuatu yg selama ini kucari & tak pernah kudapatkan walaupun dgn menerima banyak harta. Sejak itu, gue pun bertekad untuk bertaubat. Tak ada yg lebih nikmat dr sholat & bermunajat.” [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]