close

Masjid Raya Nur Balangnipa Sinjai

Tertua di Kabupaten Sinjai

masjid balangnipa

Kabupaten Sinjai di Sulawesi Selatan memiliki banyak masjid bau tanah yg menyimpan sejarah unik. Salah satunya ialah Masjid Nur Balangnipa yg berada di jantung kota Kabupaten Sinjai, tepatnya di Kecamatan Sinjai Utara, Sulawesi Selatan. Dahulu, kawasan ini tergolong dlm wilayah Kerajaan Lamatti dgn rajanya yg terkenal dgn istilah Arung Lamatti.

Di antara masjid bau tanah lainnya di Kabupaten Sinjai, Masjid Nur yg dibangun pada tahun 1660 tergolong masjid yg paling tua. Pendirinya adalah seorang sayyid keturunan Arab yg sudah bertempat tinggal di Pammana Pompanua, Kabupaten Wajo. Tentang sayyid si pendiri masjid, hingga saat ini belum dimengerti identitasnya dengan-cara jelas. Hanya mampu ditentukan bahwa beliau yakni orang pertama yg menyebarkan Islam di wilayah Kerajaan Lamatti.

Keberhasilan Sayyid “Fulan” (tanpa nama) mendirikan Masjid Nur tentu tak mampu dilepaskan dr tunjangan beberapa orang darah biru Kerajaan Lamatti yg telah memeluk agama Islam. Salah satunya yakni Puatta Pakki Daeng Masiga yg pada tahun 1800 memegang kepemimpinan (takmir) masjid menggantikan sayyid yg telah mangkat. Setelah Puatta Pakki Daeng Masiga wafat maka pelatihan Masjid Nur dilanjutkan oleh Sayyid Abu. Ia yaitu seorang ulama & termasuk keturunan sayyid generasi ke-15.

Sayyid Abulah orang yg pertama yg menata & mengem¬bangkan manajemen masjid dgn jalan membentuk organisasi pemuda masjid yg mampu membantu segala aktivitas masjid. Di samping itu, ia pula meningkatkan program peningkatan syiar Islam dgn jalan memfungsikan masjid selaku sentra dakwah & pendidikan, utamanya untuk kelompok cowok. Salah seorang kader yg dibina oleh Sayyid Abu yaitu Muhammad Tahir. Ia menjadi takmir masjid pada tahun 1902 mengambil alih Sayyid Abu.

  Masjid Raya Al Mashun Medan

Di bawah kepemimpinan K.H. Muhammad Tahir inilah syiar Masjid Nur menjadi bertambah pesat karena ia menjadi pemrakarsa berdirinya beberapa organisasi yg bernafaskan Islam, mirip Nahdlatul Ulama (NU), Masyumi, Hizbul Wathan (HW), & gerakan Pemuda Anshor. Selain itu, ia pula membuka Madrasah Mualimin di atas tanah wakaf Sayyid Abu. Pada tahun 1935 K.H. Muhammad Tahir mendirikan menara sebanyak tiga buah, namunbentuk kubahnya tak mengganti bentuk aslinya.

Pada tahun 1977 ia diundang Yang Kuasa. Penggantinya yaitu keturunannya yg kedua, yakni K.H. Abdul Aziz Tahir yg memegang kepemimpinan masjid sampai sekarang. Masjid tersebut sudah direnovasi beberapa kali, tetapi tak mengganti bentuk aslinya. Masjid yg kini berukuran 45 x 25 m ini mampu memuat jamaah sebanyak 2000 orang. Saat ini Masjid Nur dimakmurkan dgn datangnya Remaja Masjid & perpustakaan.