Masjid Katangka Gowa

Didirikan oleh Perdana Menteri

masjid hatangka 2

Kehadiran Masjid Jami Hatangka ini tak mampu dipisahkan dr sejarah penyebaran Islam di kawasan Gowa yg sebelum hadirnya agama Islam sudah menjadi kerajaan besar.

Kapan Kerajaan Gowa berdiri, sampai ketika ini belum ada tarikh yg memperlihatkan kepastian. Gowa yg sekarang masuk dlm wilayah Sulawesi Selatan, berdasarkan peninggalan dai (tulisan di daun lontar) pernah diperintah oleh seorang raja perempuan (ratu) yg dipercayai rakyat turun dr kayangan, bernama Tamanurunga yg memiliki arti ‘yang turun dr kayangan’. Konon, sang putri turun ke suatu tempat yg disebut TakaT’asia & ditemui masyarakatzamannya dlm suatu gua di TakaT’asia.

Tidak jarang disebutkan dlm sejarah, sang Ratu itu dijuluki pula Tamanurunga ri Gowa ‘raja pertama di Gowa’. Ada pula yg beropini, julukan atau gelar itu diberikan oleh para pemimpin puak (suku) sebab sang Ratu Tumanurunga ditemukan di dlm gua yg dlm bahasa Bugis disebut Gowasi.

Kapan berdirinya Kerajaan Islam Gowa? Menurut hebat sejarah dimulai dgn masuk Islamnya Raja Gowa ke-14,1 Manga’rangi Daeng Manra’bia yg setelah beragama Islam bergelar Sultan Abdullah Awalul Islam. Orang Arab lebih mengenalnya dgn nama Sultan Alauddin. Setelah wafatnya, ia mendapat gelar Tumenanga ri Gaukanna

yang artinya ‘yang wafat tatkala bertakhta’. Sebagian orang berpendapat gelarnya setelah wafat ialah Sultan Alauddin Tumanenga ri Agamana.

Orang yg paling berjasa dlm upaya mengislamkan Raja Gowa ke-14 tersebut bernama Mangkubumi I Mallingkang Daeng Nyami Karaeng Katangka. Dialah orang pertama Bugis-Makasar yg pertama memeluk Islam.

Berpengaruhnya Mangkubumi I Mallingkang yg lebih dikenal selaku Karaeng Matowaiya sungguh dimungkinkan karena ia ialah kerabat kandung ibu suri Raja I Manga’rangi Daeng Manra’bia atau Sultan Alauddin yg bernama Sambo Daeng Niasseng.

  Muslim Moskow menemukan tidak ada ruang di dalam masjid

Perlu diketahui, tatkala Sultan Alauddin berusia tujuh tahun ia telah dilantik menjadi raja dgn gelar I Manga’rangi Daeng Manrabia. Namun, alasannya usianya masih sungguh muda maka roda pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Karaeng Matowiya sebagai Perdana Menteri Kerajaan Gowa. Tatkala menjabat selaku Perdana Menteri inilah, Mangkubumi berhasil mengislamkan Raja I Manga’rangi.

Dan, berdirinya Masjid Gowa yg dibangun pada tahun 1603 M- -sebagianberpendapat tahun 1605 M–tidak dapat dilepaskan dr upaya islamisasi yg dikerjakan Mangkubumi I Mallingkang di lingkungan istana Kerajaan Gowa.

Tentang siapa yg membangun Masjid Hatangka ini, muncul polemik yg kontroversial. Ada yg berpendapat dibangun Mangkubumi I Mallingkang selaku Perdana Menteri Kerajaan, namun adapula yg beropini dibangun oleh Sultan Alauddin, Raja Gowa yg pertama masuk Islam. Mana yg benar? Wallahu a’lam.

Namun, sebagai materi pertimbangan, mesti dikemukakan bahwa pada waktu itu usia Sultan Alauddin gres tujuh tahun tatkala diangkat menjadi raja menggantikan saudaranya yg berjulukan I Tepu Karaeng Daeng Parabbung, Raja Gowa ke-13 yg dipaksa turun takhta pada usia 15 tahun alasannya adalah tingkah lakunya yg menggelisahkan rakyat.

Memiliki Perpustakaan

Sebagai suatu pemerintahan, Kerajaan Gowa terbilang maju. Ini terbukti dgn adanya perpustakan kerajaan yg menampung buku-buku wacana duduk perkara pelayaran & kelautan yg dihimpun oleh Raja Maluku berjulukan Sultan Mahmudsyah. Peraturan kelautan itu dihimpunnya dr penuturan-penuturan pelaut Makasar yg berlayar sampai ke Sumbawa, Aceh, Peureulak, Singapura, Johor, & Malaka.

Dalam perpustakaan itu pula terdapat suatu buku hikayat Karaeng Samarluka, seorang pelaut yg gagah berani. Dikisahkan, pada tahun 1420, Karaeng Samarluka bersama 200 kapal menyerang Malaka. Karena mengalami kekalahan, sebagian prajurit Angkatan Laut Kerajaan Gowa jadinya ia melarikan diri ke Pasai.

  Masjid Al Markaz Al Islami Makassar

Dalam pengembaraannya di Pulau Andalas (nama lain Pulau Sumatra), Karaeng Samarluka bertemu dgn seorang penyebar Islam yg berjulukan Abdul Ma’mur Khatib Tunggal bergelar Dato’ri Bandang, berasal dr Kota Tangah di Sumatra Barat. Atas bimbingan Dato’ri Bandang, Karaeng Samarluka karenanya memeluk agama Islam.

Sedangkan, Raja Gowa yg terkenal sebagai pendekar adalah Raja Gowa ke-16 yg berjulukan I Malombasi Muhammad Baqir Daeng Mattawang Karaeng Rontomangape bergelar Sultan Hasanuddin Tumenanga ri Balla’ Pangkana atau Sultan Hasanuddin.

Sebagai peninggalan sejarah, Anda masih dapat melihat makam-makam Raja Gowa yg terletak di Bukit Amalate, Jalan Palluatikang, Kelurahan Hatangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

masjid hatangka