Daftar Isi
Berusia Lebih dr Satu Setengah Abad
Jalan Kemang Utara yg menghubungkan Jalan Buncit Raya- Cilandak-Jalan Bangka menuju Jalan Tendean, sungguh padat & sempit. Di tengah keramaian & lalu lalang para pemakai jalan, dipojok belokan konferensi kendaraan transportasi umum Metromini No. 77 & Kopaja 612, tampakberdiri sosok bangunan tua bergaya arsitektur antik. Sekilas jika dilihat dr luar—dari tembok & pagar—bangunan tersebut ter- kesan kurang terurus.
Sepintas, bangunan tua itu lebih mirip bangunan ala Masjid Demak atau masjid-masjid.di daerah Jawa. Masjid Jami al-Barkah merupakan salah satu masjid tertua yg ada di tempat Kemang Bangka, Jakarta Selatan. Masjid Jami ini diresmikan pada tahun 1818 oleh Guru Sinin. Konon, kisah yg diwariskan dr generasi ke generasi, Guru Sinin diyakini salah satu wali yg berasal dr Banten.
Masjid-masjid lain yg usianya sama dgn Masjid Jami al- Barkah tersebut, antara lain Masjid Pedurenan, Masjid at-Taqwa, & Masjid Istiqmal. Semuanya di wilayah Jakarta Selatan.
Periode Pembangunan Masjid
Menurut penuturan H. Ukib—saksi sejarah masjid generasi ketiga Masjid al-Barkah ini dibangun di atas tanah rawa-rawa yg mem punyai kedalaman kurang lebih satu meter. Proses pembangunan masjid ini di masa permulaan pendiriannya harus melalui perizinan yg cukup rumit. Selain dimusyawarahkan dulu dgn para tokoh agama yg ada, pula mesti ada persetujuan dr pemerintah Kolonial Belanda pada waktu itu.
Pada tahap permulaan, masjid ini dibangun dgn menggunakan material seadanya, contohnya dgn menggunakan bahan dr daun rumbia & dr batang pohon kelapa. Hampir seluruh tiangnya meng¬gunakan kayu kelapa, sedangkan atapnya terbuat dr daun rumbia.
Pada periode berikutnya, atas prakarsa seluruh tokoh agama & penduduk di Jalan Bangka waktu itu, seluruh warga Jalan Bangka merupakan jamaah al-Barkah, masjid ini mulai melakukan pembenah- an-pembenahan taraf penyempurnaan. Pada tahun 1932 misalnya, materi-bahan dr papan sudah mulai digunakan. Bahan-bahan itu diperoleh dr seluruh jamaah masjid.
Berturut-turut kemudian, tahun 1935,1950,1960, & 1970 sebagian masjid sudah berubah, utamanya bab dlm masjid. Baru pada tahun 1985 pembangunan tersebut mulai sempuma. Kirii, Masjid al-Barkah sudah mengunakan ubin keramik & atapnya dr bahan eternit mirip masjid yang lain.
Makam Tua
Salah satu keunikan yg dimiliki masjid ini, yakni di bagian belakang, di segi barat bangunan, terdapat beberapa makam tua. Di salah satu makam ini bersemayam jasad Guru Sinin yg wafat tahun 1920. Juga ada makam K.H. Ridi—menantu Guru Sinin–yang meninggal pada tahun l933, & makam K.H. Naisin—anak K.H. Ridi—yang wafat pada usia 132 tahun yakni almarhum ayah H. Ukib.
Semasa hidupnya, Guru Sinin memiliki keunggulan lain yg tak dimiliki orang-orang kebanyakan. Sehingga, semasa hidupnya, ia sering dimintaiberkah, pula wejangan & hikmah-nasihatnya. Walau sekarang Guru Sinin sudah tiada, tetapi kebiasan tersebut masih tetap ber- eksklusif. Pada hari-hari tertentu, makam Guru Sinin ramai dikunjungi peziarah yg tiba untuk minta berkah.
Hal-hal gila pun sering terjadi di masjid ini. Misalnya, pengalaman unik yg ditemui H. Ukib. Ia mengaku pemah menjadi makmum dlm shalat yg imamnya ialah kakeknya yg sudah usang wafat, yakni Guru Sinin. “Saya pemah shalat jamaah dengannya,” tutur H. Ukib. Kini, H. Ukiblah yg mewarisi usaha yg belum tamat dr para leluhumya.