Daftar Isi
Markas Laskar Hizbullah Bantul
Menyebut kota Yogyakarta, kita teringat saat-saat revolusi merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Yogyakarta pula penyandang banyak predikat. Kota ini pemah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Di kota ini pula berdiri sebuah keraton yg megah, dipimpin raja yg pandai bijaksana dgn aneka acara budayanya, membentengi arus globalisasi generasi muda.
Bantul, sebuah kota kecil peraih Adipura tahun 1994, secaxa geografis berada di sebelah selatan Yogyakarta. Saat ini memiliki sebuah masjid megah berukuran 10 x 18,5 m dgn nama Masjid Darussalam, dibangun di atas tanah putih (tanah milik keraton) seluas 799 m2. Masjid ini gres saja dipugar & didirikan oleh Ingkang Sinuwun Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X. Lokasinya terletak di Dusun Pucang Anom, Kelurahan Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul.
Alkisah, sebelum Dusun Pucang Anom berdiri, seorang putri pelarian dr Keraton Majapahit, nyasar di dusun ini. Saat itu masih berupa hutanbelantara. Ia hidup sebatang kara, ditemani suatu area (patung) Ganesha yg dibawa dr Majapahit. Sang putri lari dr keraton & mengembara tanpa tujuan karena masuknya agama Islam sudah menggeser agama Hindu yg dianut rakyat Majapahit.
Berselang waktu kemudian, datanglah seorang pria bemama Kiai Pucang. Maka, bertemulah kedua manusia berlawanan jenis itu di belantara yg masih perawan. Mereka berdua membuka hutan & kemudian menikah. Setelah terwujud sebuah dusun, diberilah nama Pucang Anom, suatu nama yg diambil dr nama Kiai Pucang, sang pendiri. Menurut dongeng, Kiai Pucang ialah seorang pengembara.
Akhirnya, setelah Dusun Pucang Anom berdiri & berangsur makmur, Kiai Pucang pun meninggalkan Dusun Pucang Anom dar. kembali membuka hutan di tempat Ngijon. Kemudian, ia membuka kembali sampai ke Bagelan, hingga terwujud desa Pucang ketiga.
Mustaka Tiban
Pada suatu hari, penduduk Dustin Pucang Anom dikejutkan oleh adanya suatu mustaka di sebuah jambangan (tempat air) di sawah sebelah utara dusun. Masyarakat tak tahu-menahu asal mula benda tersebut. Oleh mereka kedua benda tersebut dinamai Mustaka dar. Jambangan Tiban.
Keesokan harinya, dua orang prajurit penunggang kuda utusar. Keraton Yogyakarta tiba ke Dusun Pucang Anom. Pesanyang dibawa serdadu tersebut yaitu bahwa Ngarso Dalem Ingkang Sinuwun Raja Mataram dgn adanya Mustaka Tiban tersebut menitahkan agar penduduk Pucang Anom mendirikan masjid.
Berdasarkan titah raja tersebut, rakyat secepatnya bergotong royong membangun masjid. Di atas tanah putih milik Keraton Mataram seluas 799 m2 dibangunlah masjid dgn arsitektur Masjid Demak. Sebagai- mana dituturkan H. Sukarno, takmir Masjid Darussalam, tak ada petunjuk dengan-cara pasd kapan masjid itu dibangun.
Tetapi, menilik peninggalanberupa area Ganesha yg ada, meng- isyaratkan bahwa masjid itu dibangun pada masa peralihan antara Hindu & Islam. Sampai dikala ini telah mengalami beberapa kai: pemugaran. Namun, data dengan-cara pasti sulit didapatkan. Petunjuk tahun. yg masih dikenang oleh jamaah bahwa masjid itu pemah dipugar tiga kali, yakni tahun 1915,1930, & 1948.
Selang sementara waktu setelah pembangunan masjid tadi, datang¬lah dua orang guru mengaji bemama Syekh Muharram & Syekh Jambe Karang. Keduanya menjadikanMasjid Darussalam menjadi pusat penyebaran agama Islam. Kedua Kiai tersebut tinggal di Pucang Anom hingga wafatnya. Dan, ketika ini makam kedua kiai tersebut berada di pemakaman dekat Masjid Darussalam selaku petilasan yg mem- berikan isyarat permulaan adanya masjid & agama Islam berkembang di Dusun Pucang Anom.
Sebuah area Ganesha masihberada di kompleks masjid menemani mustika & jambangan antik, selaku bukti bahwa masjid tersebut memikili nilai seiarah.
Menjadi Markas Hizbullah
Pada masa perjuangan Kemerdekaan RI, utamanya dikala Agresi Militer Belanda II tahun 1948-1949, Masjid Darussalam pula difungsikan sebagai markas Laskar Hizbullah/Sabilillah wilayah Bantul. Pada siang hari, pasukan Hizbullah beristirahat & membahas segala sesuatu yg berhubungan dgn perang, serta koordinasi dgn pasukan- pasukan yang lain di masjid ini. Sore harinya mereka menyerang Belanda dgn bergerilya melalui kota Bantul menuju Yogyakarta.
Suatu malam, ketika bergerilya menuju Bantul, tatkala tiba di kawasan Pandak, Laskar Hizbullahberpapasan dgn patroli Belanda. Tembak- menembak pun tak mampu dielakkan. Dua orang gerilyawan gugur saat itu, yakni Sukarno & Ali. Malam itu pula disemayamkan di serambi Masjid Darussalam. Keesokan harinya, diiringi teman seperjuangan & warga Pucang Anom, mayit dua orang syuhada tersebut dikebumikan di Pemakaman Blimbing, Pucang Anom dgn upacar militer.
Banyak kenangan terukir di sini, baik ingatan perjuangan menegakkan & membuatkan agama Islam maupun kenangar. merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Sampai ketika ini telah banyak manfaat yg dipetik dr keberadaan masjid ini.