close

Masjid Agung Al Azhar

Pesona Masa Lalu, Ikon Masa Kini

masjid agung al azhar

Pada tahun ’50-an, mantan presiden Soekarno mengakibatkan beberapa tempat elit di Jakarta sebagai kompleks pemukiman dgn konsep satelit, yakni perumahan dgn fasilitas lengkap di dalamnya. Salah satunya ialah kawasan Kebayoran Baru.

Pada perkembangannya, kebutuhan akan tempat peribadahan umat muslim mulai menyeruak di wilayah tersebut. Untuk menyanggupi keperluan itu, di atas tanah kosong sarat ilalang dibangun Masjid Agung Kebayoran.

Masjid yg diresmikan atas usaha empat belas tokoh Partai Masyumi ini kemudian berubah nama menjadi Masjid Agung Al Azhar. Perubahan nama ini terjadi pada kala 1960-an saat Rektor Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Prof. Dr. Mahmut Shaltut berkunjung ke masjid ini & sungguh terkesan dgn kemegahan bangunannya.

Tokoh nasional yg menjadi ikon masjid ini ialah Prof. DR. Haji Muhammad Abdul Karim, lebih dikenal selaku Buya Hamka, yg merupakan imam besar pertama masjid ini. Masjid dgn catatan sejarah panjang tersebut dikukuhkan oleh Pemda DKI Jakarta selaku salah satu dr 18 situs tapak sejarah perkembangan Kota Jakarta. Tak cuma itu, pada tanggai 19 Agustus 1993 masjid ini dijadikan cagar budaya nasional.

Masjid yg sekarang berada satu kompleks dgn fasilitas pendidikan- mulai dr Taman Kanak-kanak, SD, SMP, SMA, sampai universitas yg bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar- tersebut masih mempertahankan bentuk bangunan yg lama.

Uniknya, bentuk bangunan & ornamen yg ada sama sekali tak terlihat lama atau antik. Di samping sebab perawatan yg intensif, hal ini menampilkan betapa visionernya para perancang bangunan masjid ini di permulaan pendiriannya.

Secara keseluruhan, bangunan masjid terdiri dr dua lantai. Lantai bawah yakni ruang serba guna yg dapat dijadikan selaku tempat pertemuan atau resepsi ijab kabul. Ruang utama masjid terdapat di lantai dua.

Keseluruhan masjid disapu dgn warna putih higienis yg menyimbolkan kesucian. Tidak banyak rincian ornamen terlihat di sekitarbangunan. Meskipun demikian, tangga di empat penjuru masjid menjadikannya terlihat megah.

Memasuki ruang utama shalat, kesan yg sangat berlainan dgn bangunan luar yg minimalis akan terasa. Detail pernak-pernik lukisan kaligrafi banyak sekali warna menghiasi keseluruhan bangunan. Jendela-jendela kayu tinggi yg mengitari dinding ruangan pun menjadi satu kesatuan membentuk suatu desain yg indah.

Di segi dlm kubah terlihat lukisan kaligrafi. Lafaz Allah berada di pecahan puncaknya, dikelilingi oleh 99 Asma’ul Husna. Jendela-jendela kecil pula terlihat mengelilingi kepingan kubah, menawarkan pencahayaan alamiah ke dlm masjid.

Bangunan Masjid Al Azhar yg terlihat sederhana tersebut tampaknya tak kehilangan pamor di antara gedung tinggi Universitas Al Azhar & SD, SMP, serta Sekolah Menengan Atas di sisi yang lain. Tak mampu dimungkiri, bangunan masjid itulah yg sampai kini menjadi ikon nama besar Al Azhar yg memiliki banyak cabang sekolah di seluruh Indonesia.

masjid gung alazhar

masjid agung al azhar kebayoran baru