Makalah Tugas Bioteknologi Dalam Pengendalian Hama Dan Penyakit

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang cepat menawarkan imbas pada teladan kehidupan insan. Bagaimanapun tidak mampu disangkal bahwasanya sebagian besar faktor kehidupan insan sudah memanfaatkan teknologi. Bioteknologi yakni salah satu jenis teknologi yang sedang meningkat pesat saat ini. Bioteknologi merupakan ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi molekuler. Bioteknologi ini merupakan penerapan teknik pendayagunaan organisme hidup atau bab dari organisme untuk membuat modifikasi, memajukan atau memperbaiki sifat makhluk hidup serta mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus.
Bioteknologi telah berbagai menolong insan dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya. khususnya di bidang buatan bahan pangan terutama bidang pertanian dan perkebunan. Karena dengan adanya bioteknologi ini manusia mampu mengembangkan nilai materi mentah dengan perlindungan mikroorganisme.
Bioteknologi biasanya dimanfaatkan alasannya adalah keuntungannya, namun bioteknologi pada tumbuhan ini berbeda dari bioteknologi lainnya contohnya bioteknologi pada perternakan, bioteknologi pada insan dan lain sebagainya. Biasanya jika bioteknologi itu mengalami kegagalan maka akan menimbulkan abnormalitas, tetapi untuk tumbuhan hal ini justru menyebabkan sesuatu yang berlawanan dan sifatnya unik.
Oleh alasannya itu sangatlah berguna untuk kita jika kita mempelajari bioteknologi dan dengan adanya bioteknologi ini manusia diperlukan bisa membuat sekaligus menghasilkan sesuatu yang berkhasiat bagi kehidupan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian, ciri-ciri, dan jenis-jenis bioteknologi?
2.      Apa saja macam-macam bioteknologi itu?
3.      Bagaimana pengaplikasian bioteknologi pada flora?
4.      Apakah laba dan kerugian bioteknologi?
C.    Tujuan  penulisan
1.      Mengetahui pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis dan macam bioteknologi.
2.      Mengetahui macam-macam bioteknologi itu.
3.      Mengetahui pengaplikasian bioteknologi pada tumbuhan.
4.      Mengetahui keuntungan dan kerugian bioteknologi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian bioteknologi
Sejak tahun 6000 SM orang-orang telah mengenal fermentasi pada bahan makanan misalnya untuk menciptakan bir. Namun bukti bahwa sebuah fermentasi dijalankan oleh mikroorganisme baru dimengerti sehabis seorang melakukan penelitian yakni Louis Pasteur pada tahun 1857-1876.
Revolusi bioteknologi yang maju diawali dengan penemuan struktur DNA oleh Watson dan Crick pada tahun 1953. Namun hal ini sudah diramalkan oleh Alvin T. Pada tahum 1900. Alvin menyatakan bahwa di periode 20 sampai pada kurun 21 ada empat teknologi yang sangat berperan dalam kehidupan manusia, adalah : mikroeloktronika, teknologi energi alternatif, aeronautika, dan bioteknologi.
Bioteknologi bersal dari kata Bio = hidup dan Teknologi. Bioteknologi merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk menciptakan suatu produk dan jasa guna kepentingan manusia. Ilmu-ilmu penunjang dalam bioteknologi mencakup mikrobiologi, biokimia, genetika, biologi sel, teknik kimia, dan enzimologi. Dalam bioteknologi umumnya digunakan mikroorganisme atau bagian-bagiannya untuk memajukan nilai tambah sebuah bahan. Adapun target dari bioteknologi ini diantaranya adalah pangan, pertanian, kedokteran, pertambangan, lingkungan dll.
B.     Ciri – Ciri Bioteknologi
1.      Adanya agen bioteknologi berupa mikroorganisme, tanaman atau hewan.
2.      Adanya pendayagunaan secara teknologi dan industri
3.      Produk yang dihasilkan berbentukhasil ekstrasi dan pemurnian
C.    Jenis-Jenis bioteknologi
Bioteknologi dibedakan menjadi dua macam adalah bioteknologi klasik atau konvensional dan bioteknologi modern. Adapun definisinya selaku berikut:
1.      Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional adalah praktik bioteknologi yang dikerjakan dengan cara dan peralatan sederhana tanpa rekayasa genetika. Adapun contoh dari bioteknologi konvensional ini yaitu pada proses pengerjaan bir, tempe, roti dll.
2.      Bioteknologi Modern
Bioteknologi terbaru merupakan praktik bioteknologi yang diperkaya dengan teknik rekayasa genetika (sebuah teknik manipulasi materi genetikal). Adapun pola dari bioteknologi terbaru ini adalah pada proses pengerjaan tumbuhan yang kuat atau tahan terhadap hama dan penyakit serta buahnya sifatnya tahan usang.
D.    Macam – Macam Bioteknologi
Perkembangan bioteknologi molekuler memperlihatkan pengaruh yang besar kepada kemajuan banyak sekali cabang ilmu termasuk pemuliaan tumbuhan (plant breeding). Tidak dibantah lagi bahwa dengan adanya bioteknologi sudah menawarkan bantuan yang sangat besar dalam penyediaan pangan dunia. Banyak bioteknologi yang sudah dikembangkan pada ketika ini. Adapun bioteknologi yang telah dikembangan pada tanaman diantaranya yaitu :
1.      Kultur Jaringan
Kultur jaringan tumbuhan merupakan teknik perbanyakan tumbuhan secara vegetatif buatan yang didasarkan pada sifattotipotensitumbuhan. Totipotensi ialah kesanggupan sel atau jaringan organisme untuk tumbuh menjadi individu gres. Totipotensi tanaman dalam proses kultur jaringan mampu berubah menjadi flora lengkap jikalau dalam kondisi yang memungkinkan. Dengan kultur jaringan dalam waktu yang bersamaan mampu menciptakan atau memperoleh bibit flora dalam jumlah yang banyak.
a.       Macam-macam kultur jaringan
Berbagai bab tumbuhan mampu digunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan.
1)      Kultur meristem, menggunakan jaringan pada akar, batang, serta daun yang muda atau meristematik
2)      Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan.
3)      Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kepala kopyor yang sulit dikembangkan secara alamiah.
4)      Kultur protoplas, meggunakan sel jaringan hidup sebagai eksplan tanpa dinding.
5)      Kultur kloroplas, menggunakan kroloplas. Kultur ini umumnya untuk memperbaiki atau menciptakan varietas yang baru.
6)      Kultur polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.
b.      Prosedur Kultur Jaringan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mekanisme kultur jaringan diataranya:
1)      Persiapan
Media yang digunakan merupakan media yang cair dan padat. Kedua media ini dimasukkan dalam erlenmeyer yang ditutup dengan kain kasa steril dan alumunium foil. Setelah di sterilkan media kultur disimpan dalam daerah steril.
2)      Pengambilan dan Perawatan Eksplan
Eksplan mampu diambil dari tunas pucuk, ketiak daun, ujung akar, atau daun muda. Eksplan harus di sterilkan juga semoga tidak ada kuman yang terdapat pada eksplan. Bahan eksplan disterilkan dengan larutan kalsium hiploklorid 5% selama 5 menit lalu bilas eksplan berulang kali dengan memakai akuades.
3)      Pengocokan
Botol yang telah di tanami eksplan ditaruh di atas meja pengocok yang sudah dinyalakan dengan frkuensi 60-70 kali per menit. Adapun tujuan  dari pengocokan tersebut selaku berikut:
a)      Menggiatkan persetujuan antara permukaan eksplan dengan larutan media
b)      Memudahkan perserapan larutan nutrisi ke dalam jaringan eksplan
c)      Melancarkan sirkulasi udara, sehingga udara dapat masuk kedalam media
d)     Merangsang terpisahnya PLB yang terbentuk.
4)      Media
Media tanam berisikan dua jenis yaitu media cair dan media padat. Media cair berfungsi untuk menumbuhkan eksplan hingga terbentuk PLB sedangkan media padat dipakai untuk menumbuhkan PLB hingga plantlet.
Ada banyak media kultur jaringan yang penamanya diambil dari nama penemunya, seperti :
a)      Murashige dan Skoog (1962), mampu digunakan hampir semua jenis kultur, khususnya pada flora herba
b)      White (1934), baik digunakan dalam kultur tumbuhan tomat
c)      Vacin dan Went, mampu digunakan untuk kultur pada anggrek
d)     Nistch and Nistch, lazimnya dipakai dalam kultur serbuk sari dan kultur sel.
e)      Scenk and Haberlandt(1972), cocok untuk kultu jaringan monokitil.
2.      Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata bahasa Yunani hydro yang berarti air dan ponos yang mempunyai arti bekerja. Makara, hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air. Dalam praktiknya hidroponik dilaksanakan dengan banyak sekali metode, tergantung media yang dipakai. Adapun tata cara yang digunakan dalam hidroponik, antaralain sistem kultur air (menggunakan media air), tata cara kultur pasir(menggunakan media pasir), dan tata cara porus (memakai media watu, bagian watu bata, dan lain-lain). Pada umumnya orang bertanam dengan memakai tanah. Namun, dalam hidroponik tidak lagi dipakai tanah, hanya diharapkan air yang ditambah nutrien selaku sumber makanan bagi flora. Apakah cukup dengan air dan nutrien? Bahan dasar yang dibutuhkan flora adalah air, mineral, cahaya, dan CO2.
Cahaya telah terpenuhi oleh cahaya matahari. Demikian pula CO2 telah cukup melimpah di udara. Sementara itu keperluan air dan mineral mampu diberikan dengan tata cara hidroponik, artinya keberadaan tanah bekerjsama bukanlah hal yang utama.
Beberapa keuntungan bercocok tanam dengan hidroponik, antara lain:
a.       Tanaman mampu dibudidayakan di segala kawasan
b.      Risiko kerusakan flora alasannya kurang air dan abrasi tidak ada
c.        Tidak perlu lahan yang terlalu luas
d.      Pertumbuhan flora lebih singkat
e.       Bebas dari hama
f.       Hasilnya berkualitas dan berkuantitas tinggi.
Adapun jenis tanaman yang sudah banyak dihidroponikkan dari kelompok tanaman hias antara lain.
a.       Philodendron
b.       Dracaena
c.       Aglonema
d.      Spatyphilum.
Adapun golongan dari sayuran yang dapat dihidroponikkan, antara lain :
a.       Tomat
b.      Paprika
c.       Mentimun
d.      Selada
e.       Sawi
f.       Kangkung
g.      Bayam.
Adapun jenis tumbuhan buah yang mampu dihidroponikkan, antara lain:
a.       Jambu air
b.      Melon
c.       Kedondong bangkok
d.      Belimbing.
3.      Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika ialah acara manipulasi gen untuk mendapatkan produk yang gres dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. DNA rekombinan yakni DNA yang urutannya telah di rekombinasikan supaya memiliki sifat-sifat atau fungsi yang kita kehendaki.
Ada dua komponen yang terlibat dalam rekayasa genetika, adalah plasmid dan enzim.
a.       Plasmid
Plasmid merupakan molekul DNA rangkap berupa cincin yang khusus terdapat pada bakteri. Dalam rekayasa genetika plasmid berfungsi selaku vektor (kendaraan) yang dipakai untuk mentransfer dan memperbanyak gen-gen abnormal.
b.      Enzim
Enzim berperan sungguh penting kepada rekasa genetika, di dalam proses rekayasa genetika terdapat dua macam enzim yang terlibat eksklusif, adalah:
1)      Enzim Restriksi Endonuklease
Enzim Restriksi Endonuklease, berfungsi untuk memotong rantai DNA sehingga diketahui sebagai gunting biologi. Enzim ini mempunyai kesanggupan untuk mengenal dan memangkas urutan nukleotida tertentu pada DNA.
2)      Enzim Ligase
Enzim Ligase, berfungsi untuk merekatkan fragmen-fragmen DNA.
Didalam rekayasa genetika terdapat empat macam teknik, diantaranya adalah:
a)      Teknik Plasmid
Plasmid merupakan gen yang melingkar yang terdapat dalam sel kuman, tak terkait pada kromosom. Melalui teknik  ini para jago dalam bioteknologi dapat membuatkan tumbuhan transgenik yang resisten kepada hama penyakit, terhadap tanah yang kering dan kurang subur.
b)      Teknik Hibridom
Teknik hibridoma ialah penggabungan dua sel dari organisme yang serupa atau pun dari sel organisme yang berbeda, sehingga menghasilkan sel yang tunggal, yang memiliki kombinasi dari kedua sel tersebut.
c)      Terapi Gen
Terapi gen adalah perbaikan kelainan genetik dengan memperbaiki gen. Terapi gen ini biasanya dipakai untuk penyakit fatal contohnya, kanker
d)     Teknik Kloning.
Kloning berasal dari kata Yunani antik, clone yang memiliki arti ranting atau cangkokan. Istilah kloning ini dipakai untuk menyebut sekelompok makhluk hidup yang dilahirkan tanpa proses seksual.
Oleh alasannya adalah itu seiring dengan berkembangnya bioteknologi yang lebih maju sekarang sudah dihasilkan banyak sekali flora transgenik, misalnya mirip flora yang kebal kepada hama dan tanaman yang dapat memfiksasi nitrogen sendiri.
(1)   Tanaman yang Kebal terhadap Hama dan Penyakit
(2)   Tanaman yang mampu Memfiksasi Nitrogen
4.      Aeroponik
Aeroponik berasal dari kata aero yang bermakna udara dan ponos yang mempunyai arti daya. Makara, aeroponik yakni pemberdayaan udara. Sebenarnya aeroponik ialah penyesuaian dari hidroponik (mem-berdayakan air), sebab air yang berisi larutan bagian hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga perihal akar tumbuhan. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Prinsip dari aeroponik adalah sebagai berikut. Helaian styrofoam diberi lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm. Dengan memakai ganjal busa atau rockwool, anak semai sayuran ditancapkan pada lubang tanam. Akar tanaman akan menjuntai bebas ke bawah. Di bawah helaian styrofom terdapat  sprinkler (pengabut) yang memancarkan kabut larutan hara ke atas hingga tentang akar.
5.      Obat – obatan
Antibiotik Zat kimia yang di hasilkan oleh mikroorganisme (jamur/bakteri). Untuk menghalangi pertumbuhan atau mematikan basil atau organisme lain. Contohnya :Penicillium Notatum
6.      Bahan Bakar
Dihasilkan melalui proses fermentasi karbohidrat, Organisme yang terlibat : Khamir Saccaromyces cereviceae. Alkohol yang terbentuk dipakai selaku bahan bakar Reaksi :       CH 12O6  →  CH 5 OH     +     CO2
E.     Macam-Macam Hama dan Penyakit Pada Tanaman Serta Cara Pengendaliannya
1.      Tikus
Gejala serangan :
a.       Tikus menyerang banyak sekali tumbuhan.
b.      Menyerang di pesemaian, abad vegetatif, masa generatif, era panen, tempat penyimpanan.
c.       Bagian tumbuhan yang disarang tidak cuma biji – bijian namun juga batang tanaman muda.
d.      Tikus menciptakan lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak.
Pengendaliannya  :
  1. Membongkar dan menutup lubang daerah bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
  2. Menggunakan lawan alami tikus, ialah ular.
  3. Menanam flora secara bersama-sama supaya mampu menuai dalam waktu yang bersama-sama pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan sesudah tanaman dipanen.
  4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, adalah irisan ubi jalar atau singkong yang sudah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini semestinya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi binatang ternak dan insan.
2. Wereng
Gejala serangan :
  1. Menyebabkan daun dan batang tanaman berlubang – lubang.
  2. Daun dan batang lalu kering, dan pada karenanya mati.
Pengendaliannya  :
  1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melaksanakan penanaman secara bersamaan maupun dengan pergiliran flora. Pergiliran tumbuhan dijalankan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam flora palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
  2. Pengandalian hayati, adalah dengan memakai lawan alami wereng, contohnya keuntungan – keuntungan predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
  3. Pengendalian kimia, yakni dengan menggunakan insektisida, dikerjakan kalau cara lain mustahil untuk dikerjakan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan kondusif bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
Gejala serangan :
  1. Menghisap butir – butir padi yang masih cair.
  2. Biji yang telah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
  3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman.
  4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), namun binatang cukup umur dapat menghancurkan lebih jago karenya hidupnya lebih lama.
  5. Walang sangit sampaumur juga mampu memakan biji – biji yang sudah mengeras, yakni dengan mengeluarkan enzim yang mampu mencerna karbohidrat.
  6. Faktor – aspek yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.
  • Sawah sungguh dekat dengat perhutanan.
  • Populasi gulma di sekeliling sawah cukup tinggi.
  • Penanaman tidak berbarengan
Pengendaliannya  :
  1. Menanam flora secara bersama-sama.
  2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang berkembang di sekeliling sawah supaya tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
  3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
  4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
  5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba keuntungan – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
  6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan memakai insektisida.
4. Ulat
Gejala serangan :
  1. Aktif menyantap dedaunan bahkan pangkal batang, khususnya pada malam hari.
  2. Daun yang disantap oleh ulat cuma tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Pengendaliannya  :
  1. Membuang telur – telur kupu – kupu yang menempel pada bagian bawah daun.
  2. Menggenangi daerah persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
  3. Apabila kedua cara diatas tidak sukses, maka dapat dilaksanakan penyemprotan dengan memakai pertisida.
5. Tungau
Gejala serangan :
  1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di suatu bawah daun untuk mengisap daun tersebut.
  2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning kemudian gugur.
Pengendaliannya  :
  1. Hama ini mampu diatasi dengan cara menghimpun daun – daun yang terserang hama pada suatu daerah dan dibakar.
6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Gejala serangan :
  1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
  2. Telur menetas sehabis dua hari dan larva menghancurkan titik berkembang. Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 ahad menjadi imago yang siap kawin.
  3. Hama ini menyerang khususnya pada kondisi kelembaban udara tinggi.
Pengendaliannya  :
  1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.
7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African
Gejala serangan :
  1. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.
  2. Memakan hewan-hewan kecil (predator), namun tingkat kerusakan flora lebih besar dari pada keuntungannya selaku predator.
  3. Nimfa muda memakan humus dan akar tumbuhan, imago betina sayapnya meningkat setengah, yang jantan mampu mengerik di senja hari.
Pengendaliannya :
  1. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang bagus semoga terowongan rusak.
8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
Gejala serangan :
  1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri
  2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama ialah dari telur – larva (uret) – pupa – imago (kumbang).
  3. Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian diarahkan pada metode bercocok tanam yang baik semoga vigor tumbuhan baik.
9. Ganjur (Orseolia oryzae)
Gejala serangan :
  1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas sesudah 3 hari.
  2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, perkembangan daun padi jadi tidak wajar .
  3. Pucuk flora menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 – 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman sesudah panen semoga pupanya mati.
10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis)
Gejala serangan :
  1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi semenjak dipesemaian hingga dilapang.
  2. Daun padi yang sudah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
  3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
  4. Larva menciptakan gulungan/kantung dari daun padi lalu menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, kemajuan sampai menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari.
Pengendaliannya :
  1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat mempergunakan air sebagai sumber oksigen.
  2. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata ialah musuh alami.
11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)
Gejala serangan :
  1. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.
  2. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis timbul di pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih kekuningan ditaruh di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu.
  3. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari melalui pucuknya dan sering menghancurkan malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam batang dan pada umumnya pada ruas batangnya, dan sehabis habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
  4. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.
  5. Serangan berikutnya terlihat adanya lubang gerekan pada batang yang diikuti adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.
  6. Tanaman inang selain jagung yaitu cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea lacera.
Pengendaliannya :
  1. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tumbuhan yang bukan ialah inangnya.
  2. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan ternak.
  3. Menghilangkan flora inang lainnya yang tumbuh diantara dua waktu tanam.
  4. Membersihkan rumput-rumputan
  5. Cara kimiawi, pengendalian dilaksanakan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif yakni: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos 20 EC
12. Kutu daun persik (Myzus persicae)
Gejala serangan :
  1. Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, umumnya kutu ini didapatkan dipucuk dan daun muda tumbuhan cabai.
  2. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bab tanaman lainnya sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akibatnya mati.
  3. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
  4. Efek dari kutu ini mengakibatkan flora kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil.
  5. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian dengan cara menanam flora perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung.
  2. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Gejala serangan :
  1. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.
  2. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi mediator penyebaran virus. semestinya dihindari penanaman cabe dalam skala luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya :
  1. Dengan pergiliran flora yaitu langkah pertama memutus pertumbuhan Thrips.
  2. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
  3. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang mampu dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan diadaptasi dengan label kemasan.
14. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan :
  1. Daun bolong-bolong menerangkan serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan flora mampu botak atau tinggal tulang daun saja.
  2. Ia juga mengkonsumsi buah hingga berlubang kesudahannya cabai tidak laku dijual.
Pengendaliannya :
  1. Dengan cara menghimpun telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.
  2. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tumbuhan.
  3. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai fasilitas masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS ialah zat perangsang sexual pada serangga jantan cukup umur dan sangat efektif untuk dijadikan perangkap.
  4. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.
15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)
Gejala serangan :
  1. Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang tampakada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur.
  2. Buah yang terjangkit akan menjadi bercak-bercak bulat, lalu membusuk, dan berlobang.
  3. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah hingga buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu lalu berubah menjadi lalat muda.
Pengendaliannya :
  1. Lakukan pergiliran flora untuk memutus rantai kemajuan lalat.
  2. Kumpulkan semua buah cabe yang terjangkit dan musnahkan.
  3. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sungguh efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun.
  4. Pengendalian secara kimia dapat dikerjakan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.
16. Belalang
Gejala serangan :
  1. Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, ialah daun menjadi rombeng.
Pengendaliannya :
  1. Hama ini mampu ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.
  2. Tangkap belalang yang belum bersayap atau dikala masih pagi dan berembun lazimnya belalang tidak mampu melayang dengan sayap berair.
17. Kutu perisai
Gejala serangan :
  1. Hama ini menyerang bagian daun.
  2. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.
Pengendaliannya :
  1. Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.
18. Spider mite
Gejala serangan :
  1. Spider mite mengisap cairan pada tumbuhan.
  2. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian timbul bercak-bercak pada bab yang diisap cairannya.
  3. Serangan Spider mite secara besar bisa menjadikan daun habis dan flora mati. Spider mite lebih kebal kepada insektisida.
Pengendaliannya :
  1. Disarankan memakai akarisida.
19. Fungus gnats
Gejala serangan :
  1. Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.
  2. Larvanya yang berupa mirip cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar halus tumbuhan.
  3. Fungus gnats akil balig cukup akal menghancurkan seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pengendaliannya :
  1. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dikerjakan dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.
  2. Sedangkan pada fase remaja, dijalankan penyemprotan insektisida.
20. Cacing liang (Radhopolus Similis)
Gejala serangan :
  1. Menghisap cairan pada akar tanaman.
  2. Tanaman yang terserang hama ini ialah tumbuhan menjadi lamban tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.
Pengendaliannya :
  1. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam bungkus.
  2. Aplikasi pestisida pada tumbuhan hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengenang dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena biasanya tanaman hias ditaruh berdekatan dengan insan, disamping juga pendapatakan adanya kemungkinan serangga menjadi kian kebal dengan insektisida yang digunakan.
21. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)
Gejala serangan :
  1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
  2. Pada biasanya menyerang di pembibitan, dengan tanda-tanda serangan pangkal bibit berlekuk mirip terjepit, wangi, berwarna coklat dan jadinya bibit roboh.
  3. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase jelek curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5.
Pengendaliannya :
  1. Penyakit ini dapat dituntaskan dengan pengaturan jarak tanam pembibitan.
  2. Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan.
  3. Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
22. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala serangan :
  1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
  2. Tanaman yang  daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah wangi berwarna coklat dan jika dibelah empulur tanaman bersekat-sekat.
  3. Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan karenanya mati.
  4. Bergejala nekrosis berwarna gelap jelas (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal.
Pengendaliannya :
  1. Melakukan sanitasi pembuatan tanah yang masak, memperbaiki drainase, penggunaan pupuk kandang yang sudah masak.
  2. Rotasi flora minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.
  3. Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan memakai fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.
23. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala serangan :
  1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
  2. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau hingga daun berkerut dan sungguh bergairah.
Pengendaliannya :
  1. Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)
Gejala serangan :
  1. Kutu ini menghancurkan tanaman tembakau.
  2. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga kemajuan flora terhambat.
  3. Kutu ini menciptakan embun madu yang menjadikan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam.
  4. Kutu daun secara fisik menghipnotis warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga.
  5. Secara Khemis kutu daun menghemat kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun.
  6. Kutu daun mampu menjadikan kerugian hingga 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
Pengendaliannya :
  1. Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida adalah jika lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
  2. Pestisida yang dipakai ialah jenis imidaklorid.
25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala serangan :
  1. Buah kakao yang diserang berskala panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
  2. Pada saat buah dibelah biji-biji saling menempel dan berwarna kehitaman, biji tidak meningkat dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jikalau digoyang tidak berbunyi.
Pengendaliannya :
  1. Karantina; adalah dengan menangkal masuknya bahan tanaman kakao dari kawasan terjangkit PBK
  2. Pemangkasan bentuk dengan menghalangi tinggi tajuk tumbuhan maksimum 4m sehingga membuat lebih mudah dikala pengendalian dan panen
  3. Mengatur cara panen, ialah dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) kemudian buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
  4. Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini mampu menekan serangan 95-100 %. Selain itu metode ini mampu juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus
  5. Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.
26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)
Gejala serangan :
  1. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya condong di ujung buah.
  2. Serangan pada buah muda menimbulkan buah kering dan mati, tetapi kalau buah berkembang terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.
  3. Bila serangan pada pucuk atau ranting menjadikan daun layu, gugur lalu ranting layu mengering dan meranggas.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian yang efektif dan efisien hingga ketika ini dengan insektisida pada areal yang terbatas adalah jika serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dikerjakan secara menyeluruh.
  2. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
27. Penyakit amis buah (Phytophthora palmivora)
Gejala serangan :
  1. Buah kakao yang terjangkit berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah.
  2. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini meningkat dengan segera pada kebun yang memiliki curah hujan tinggi dengan keadaan lembab.
Pengendaliannya :
  1. Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah amis kemudian membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm.
  2. Kultur teknis, ialah dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada flora-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.
  3. Cara kimia, adalah menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dikerjakan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit mirip: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.
28. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)
Gejala serangan :
  1. Menyerang pada tumbuhan cabe
  2. Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.
  3. Lama–kelamaan amis tersebut akan melebar membentuk bulat konsentris.
  4. Dalam waktu yang tidak usang maka buah akan bermetamorfosis coklat kehitaman dan membusuk.
  5. Ledakan penyakit ini sungguh cepat pada ekspresi dominan hujan.
  6. Penyebarannya tidak cuma melalui sentuhan antara tumbuhan saja melainkan juga bisa alasannya adalah percikan air, angin, maupun melalui vektor.
Pengendaliannya :
  1. Dengan kultur teknis yang baik.
  2. Dapat juga dijalankan pencucian atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar.
  3. Selain dengan cara budidaya yang baik, dikala pemilihan benih mesti kita kerjakan secara selektif .
  4. Disarankan supaya menanam benih cabai yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek.
  5. Secara kimia, pengendalian penyakit ini mampu disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon diaduk dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida mirip Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb mirip Victory 80WP.
F.     Aplikasi Bioteknologi pada Tumbuhan
1.      Vaksin pada Tanaman
            Hasil panen lahan pertanian biasanya sangat rentan terserang penyakit, utamanya penyakit yang disebabkan oleh virus. Dengan adanya infeksi oleh banyak sekali macam virus, sebuah tanaman akan terganggu pertumbuhannya, kualitasnya menurun, dan secara otomatis pasti akan menurunkan penghasilan para petani.
            Namun, kini para petani sudah berhasil membuat alternatif dengan menciptakan pemberantas virus alami. Salah satu cara yang diterapkan adalah dengan menyuntikan semacam vaksin ke dalam badan flora. Seperti halnya vaksin folio, vaksin ini mengandung strain virus yang telah dilemahkan. Vaksin ini lalu menciptakan sebuah tumbuhan kebal terhadap virus tertentu.Namun, selain memakai tata cara suntikan, kini sudah didapatkan cara untuk menghasilkan kekebalan dalam tubuh flora, ialah dengan cara menyisipkan sebuah gen dari virus TMV (Tobacco Mosaik Virus) ke dalam tubuh tumbuhan tembakau. Kemudian gen ini menghasilkan protein seperti yang di dapatkan di permukaan tubuh virus TMV, dan lalu dia bekerja sebagai imun TMV dalam tubuh tanaman tersebut. Hal ini disebabkan TMV memiliki susunan tubuh yang terdiri atas protein sub unit sebagai mantel, dan untaian molekul RNA.
            Langkah pertama untuk melaksanakan proses penyisipan gen ialah dengan cara mengkonversikan RNA dari mantel virus ke dalam cDNA suatu kuman yang bisa disisipi. Kemudian gen dari bakteri tersebut ditransfer ke agrobakter yang bertindak selaku vector. Agrobakter bisa disisipi DNA tersebut alasannya adalah beliau memiliki plasmid TI. Kemudian DNA agrobakter tersebut disisipkan ke dalam satu sel tumbuhan, dan sel flora tersebut ditumbuhkan dalam kultur yang cocok.
            Setelah berkembang besar tanaman tersebut diuji coba dengan virus (TMV) sehabis melakukan percobaan tersebut ternyata flora yang sudah disisipi gen agrobakter yang mengandung DNA virus akan kebal kepada serangan TMV. Makara tidak hanya bab tubuh tertentu dari tanaman yang kebal terhadap virus, namun juga keseluruhan badan tumbuhan.
2.      Pestisida secara genetika
Selama 35 tahun, beberapa petani sudah menggunakan sebuah basil selaku pestisida, kuman tersebut ialah Bacillus thruringiensis (Bt), yang telah diresmikan menjadi pestisida flora. Bakteri tersebut menghasilakn suatu kristal protein yang membunuh serangga dan larvanya yang membahayakan tanaman. Cara yang dijalankan untuk mengembangkan basil tersebut pada lahan pertanian adalah dengan menyebarkan spora kuman pada lahan pertanian, dengan demikian petani akan mampu mempertahankan tanamannya meskipun tidak memakai bahan-bahan kimia pembunuh serangga.
Dengan adanya bioteknologi, petani tidak hanya mampu berbagi bakteri pada lahan pertanian mereka, namun mereka juga mampu menyebarkan gen Bt ke lahan mereka. Tanaman yang mengandung gen racun Bt mampu menolong membunuh serangga . Dengan adanya bioteknologi flora, sudah banyak tanaman yang memiliki insektisida dari gen, mirip tumbuhan tomat, tembakau, jagung, dan kapas.
Kenyataannya, sebagian besar biji kapas yang dibuat sekarang mengandung gen racun Bt, yang sangat efektif melindungi tumbuhan kapas dari serangan serangga. Carakerja dari gen racun tersebut ialah dikala serangga menyantap daun kapas, dimana saat mereka menyantap daun kapas tersebut mereka akan mati terbunuh.
3.      Kerentanan Herbisida
            Pemberantasan hama secara tradisional mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya ialah pemberantasan tersebut akan memberantas tanaman yang terinfeksi sampai ke rumput-rumput liar yang ada di sekitarnya. Namun dengan adanya bioteknologi, dikala ini para petani dapat memakai herbisida dengan mudah tanpa mencemaskan pengaruh negatifnya terhadap lingkungan.
          Hasil panen mampu menjadi rentan terhadapherbisida tertentu, sebagai acuan yakni glyphosate. Herbisida ini membatasi enzim yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Melalui rekayasa biologi ilmuwan mampu membuat hasil panen transgenik yang menghasilkan enzim alternatif yang tidak terpengaruh glyphosate. Pendekatan ini berhasil pada kacang-kacangan. Saat ini pada umumnya kacang-kacangan yang dibudidayakan untuk digunakan sebagai kuliner binatang, mengandung gen yang kebal kepada herbisida.
Petani yang menanam hasil panen yang kebal terhadap herbisida, bisaanya senantiasa mengatur rumput-rumput liar dengan materi kimia yang lebih aman terhadap lingkungan dibanding herbisida. Perkembangan ini sungguh penting alasannya sebelum adanya hasil panen yang rentan, petani kapas Amerika Serikat menghabiskan 300 juta dolar tiap tahun untuk mendapatkan materi-materi kimia yang mau disemprotkan ke lahan mereka.
4.      Serat yang Kuat
Seperti yang disebutkan di permulaan, cara usang untuk menghasilkan serat hanya dapat mengembangkan rata-rata kekuatan serat kapas sampai 1,5% per tahun. Namun, setelah adanya bioteknologi lewat penyisipan gen, kekuatan serat mengalami peningkatan samapai 60%. Serat yang dihasilkan menjadi lebih halus, menjadi lebih tenteram dipakai dikala dijadikan bahan baju dan yang pasti menambah penghasilan petani.
Semua keuntungan dalam bidang bioteknologi sungguh berguna untuk semua umat manusia. Keuntungan yang sungguh lebih memiliki arti ialah bisa menyelamatkan manusia dari kelaparan. Salah satu alternatif yang dihasilkan dari bioteknologi ialah dengan Golden Rice, yang secara genetik dapat menciptakan beta karoten, suatu provitamin yang dapat memenuhi keperluan vitamin A dalam badan. Hal tersebut akan sungguh lebih efisien, alasannya menurut pengalaman dengan adanya kebutaan kepada anak-anak maka petugas kesehatan sangat sibuk dan kesusahan untuk memberikan obat-obatan kepada mereka. Dan sekarang dengan adanya vitamin yang terkandung dalam bahan kuliner maka akan sungguh menolong menangani hal-hal tersebut. Namun, setiap kelebihan akan sebuah inovasi pasti ada kelemahan yang mengukuti. Demikan pula dengan adanya Golden Rice ini, untuk anak-anak yang kekurangan lemak dalam tubuhnya, maka mereka tidak dapat memakan beras ini dengan baik, karena sebelum dapat disantap dengan baik oleh tubuh, maka harus diuraikan terlebih dahulu oleh lemak. Maka dari itu inovasi tidak cuma sampai disana saja, para ilmuan mencari alternatif lain yang lebih gampang, dan efisien, selaku pola mereka mulai mengambangkan beras kaya dengan zat besi dan protein.
G.    Keuntungan dan Kerugian penerapan Bioteknologi
Implementasi bioteknologi pada aneka macam aspek kehidupan tidak hanya mendapatkan laba semata namun juga berpotensi mendatangkan ancaman. Adapun laba dan bahaya dari bioteknologi selaku berikut:
1.      Keuntungan
a.       Dapat memperoleh flora yang di inginkan
b.      Dapat memperoleh tumbuhan secara banyak dalam waktu yang singkat
c.       Bertambahnya keanekaragaman pada tanaman
2.      Kerugian
Pemanfaatan bioteknologi untuk mengembangkan produksi pertanian menyebabkan kecemasan bagi sementara pihak perihal kesehatan, yang menyangkut keselamatan umum, perlindungan lingkunga hingga resiko terhadap kesehatan perorangan. Bioteknologi pertanian menawarkan harapan terciptanya suatu sisitem pertanian yang berkesinambungan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa bioteknologi dapat mengakibatkan terciptanya gulma baru maupun hama dan penyakit gres, memasukkan racun dalam kuliner, menghancurkan pemasukan petani, mengganggu metode pangan dunia, dan merusak keanekaragaman hayati.
Pentingnya lingkungan dalam sistem pertanian sering dikaitkan dengan konservasi sumber daya alam dan sumber daya hayati. Kekhawatiran dari penerapan bioteknologi pertanian yakni potensi timbulnya organisme baru yang dapat berkembang biak dengan tidak terkendali sehingga menghancurkan keseimbangan alam. Tanaman transgenik yang mempunyai kelebihan sifat-sifat tertentu dikhawatirkan menjadi “gulma super” yang berperilaku mirip gulma dan tidak mampu dikendalikan. Selain mengakibatkan efek agroekosistem, produk pangan transgenik dikhawatirkan membahayakan bagi kesehatan insan. Salah satu tanaman transgenik mampu menjadikan alergi pada uji laboratorium, yaitu kedelai transgenik yang mengandung methionine-rich protein dari Brazil.
Ada empat jenis resiko yang mungkin ditimbulkan oleh produk transgenik ialah :
1.      Efek balasan gen asing yang diintroduksi ke dalam organisme transgenik,
2.      Efek yang tidak diharapkan dan tidak ditargetkan balasan penyisipan gen secara random dan interaksi antara gen ajaib dan gen inang di dalam organisme transgenik,
3.      Efek yang dikaitkan dengan sifat konstruksi gen artifisial yang disisipkan ke dalam organisme transgenik, dan
4.      Efek dari fatwa gen, terutama penyebaran secara horizontal dan sekunder dari gen dan konstruksi gen dari organisme transgenik ke spesies yang tidak berkerabat.
Contoh:
Upaya menghasilkan beras transgenik yang rendah glutelin ternyata pada saat serentak menimbulkan karateristik lain, adalah meningkatnya kandungan prolamin. Rendahnya glutelin memiliki pengaruh positip pada protein yang tersimpan pada beras (rice protein storage). Namun, meningkatnya prolamin akan mengakibatkan perubahan mutu gizi dan bahaya alergi bagi siapa saja yang mengonsumsinya.
kedelai kaya lysine (salah satu asam amino esensial), maka ternyata dampak ikutannya adalah kadar lemak kedelai menjadi turun. Hal ini jelas tidak dikehendaki, apabila maksud dikembangkannya tumbuhan kedelai adalah selaku materi baku minyak goreng. Demikian pula beras kaya beta-karoten, menciptakan karakteristik ikutan berupa meningkatnya xantophyll.
Resiko di atas menyebabkan potensi ancaman bagi lingkungan dan insan selaku berikut:
1.      Pemindahan DNA transgenik secara horisontal ke mikroorganisme tanah, yang mampu mensugesti ekologi tanah,
2.      Kerusakan organisme tanah akhir toksin dari transgenik yang bersifat pestisida,
3.      Gangguan ekologis balasan transfer transgen kepada saudara liar tanaman,
4.      Kerusakan pada serangga yang menguntungkan akhir transgenik bersifat pestisida,
5.      Timbulnya virus baru,
6.      Meningkatnya resistensi kepada antibiotik, termasuk dan utamanya pada insan yang mengkonsumsi produk transgenik, dan
7.      Meningkatnya kecenderungan allergen, sifat toksik atau menurunnya nilai gizi pada pangan transgenik.
Keamanan pangan ialah jaminan bahwa sebuah pangan tidak akan menyebabkan bahaya bagi pelanggan, apaila pangan tersebut disiapkan/dimasak dan atau disantap sesuai dengan isyarat dan penggunaan kuliner tersebut. Untuk buatan bahan pangan, jasad hidup yang dipakai haruslah jasad hidup golongan GRAS (Generally Recognizes as Safe), adalah golongan jasad hidup yang dianggap kondusif dipakai selaku sumber materi pangan.
Dalam rangka pengendalian pangan, parameter obyektif sungguh dibutuhkan dalam pembuatan keputusan. Hal itu ialah kebutuhan kepada mutu pangan dan standard keselamatan, pedoman dan rekomendasi. Perdagangan pada pangan organik dan hasil perkembangan pada sektor ini dibatasi oleh ketidakadaan peraturan yang serasi diantara partner-partner jualan yang potensial. Pada tahun 1991, masyarakat Eropa mengadopsi peraturan perihal buatan organik hasil pertanian. Pada tahun 1999, CODEX Alimentarius Commission (CAC) membuat anutan untuk produksi, pemrosesan, pelabelan dan penjualan makanan-kuliner yang diproduksi secara organik.
Peraturan-peraturan ini mengontrol prinsip-prinsip buatan organik di lahan, pada tahap antisipasi, penyimpanan, transportasi, pelabelan dan penjualan. Hal ini tidak secara langsung meliputi binatang ternak tetapi pada proses pengembangan peraturan untuk bikinan binatang ternak secara organik. Adopsi dari ajaran internasional merupakan langkah yang penting dalam penyediaan pendekatan yang terpadu untuk mengatur subsektor masakan organik dan kemudahan bagi perdagangan masakan organik. Pemahanam biasa wacana pengertian dari organik mirip halnya yang ada pada pemikiran internasional yang diketahui memberikan ukuran yang penting terhadap gerakan pemberdayaan pinjaman pelanggan melawan praktek-praktek kecurangan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bioteknologi merupakan suatu bidang biosains dan teknologi yang menyangkut penerapan mudah organisme atau unsur-bagian selulernya pada industri jasa dan pengelolaan lingkungan. Bioteknologi dibedakan menjadi dua macam ialah bioteknologi klasik atau konvensional dan bioteknologi terbaru.
Bioteknologi ini dapat di dikembangkan dengan bergai macam cara yaitu dengan kultur jaringan, hidroponik, rekayasa genetika, dan aeroponik. Selain itu aplikasi bioteknologi adalah vaksin pada tanaman, Pestisida secara genetika, Kerentanan Herbisida, serat yang berpengaruh, obat-obatan dan bahan bakar.
B.     Saran
Wacana bioteknologi sudah meluas, tidak terbatas pada komunitas ilmiah saja, tetapi sudah memasuki ranah kepedulian publik. Keterlibatan publik dalam dilema ini masuk akal mengingat produk bioteknologi konvergen dengan kepentingan esensial manusia baik selaku makhluk biologis maupun makhluk sosial. Terlepas dari perdebatan aspek etis dan efek sosialnya, bioteknologi memberikan cita-cita gres pada umat manusia dalam menghadapi problem global mirip kesenjangan antara ketersediaan pangan dengan pertambahan populasi masyarakatdunia, dan penurunan mutu lingkungan yang berimplikasi luas kepada kualitas hidup insan secara keseluruhan.
Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi sumbangsi kepada kami dalam solusi makalah ini. Dan pastinya penulis juga menyadari, bahwa  masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena kekurangan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis selalu menanti kritik dan nasehat yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini


DAFTAR PUSTAKA
Cloningand localization of the lepidopteran protoxin gene of Bacillus thuringiensissubsp. kurstaki. Proc. Natl. Acad. Sci. 79:60-65.
Current Status of Agricultural Biotechtology in Indonesia, Research and Development andPriorities, Agency for Agricultural Research and Development, Ministry of Agriculture: 217-226.
Fuller, G. 1999. Safety assessment of genetically modified corn: a case study.Regional Symposium on Genetically Modified Foods: Benefits andAwareness. Bangkok, March 17-18, 1999.
Held, G.A., L.A. Bulla, E. Jr. Ferrari, J. Hoch, and A.I. Aronson. 1982.
Herman, M. 1997. Insect resistant via genetic engineering. In: A. Darussamin, I.P.Kompiang, and S. Moeljopawiro (Eds.). Proceedings Second Conferenceon Agricultural Biotechnology. Jakarta, 13-15 June 1995.
Herman, M. 2002. Perakitan tumbuhan tahan serangga hama melalui teknik rekayasa genetik. Buletin AgroBio 5(1): 1-13.
MacIntosh, S.C., T.B. Stone, S.R. Sims, P. Hunst, J.T. Greenplate, P.G. Marrone,F.J. Perlak, D.A. Fischhoff, and R.L. Fuchs. 1990. Specificity and efficacyof purified Bacillus thuringiensis proteins against agronomically importantspecies. J. Insects Path. 56:95-105.
Maryam dan Romsyah.2007. Produksi Antibodi Monoklonal MenggunakanKonjugat Fumonisin B1-Ovalbumin Sebagai Antigen Untuk DeteksiFumonisin Secara Imunoasai.http://iirc.ipb.ac.id/jspui/handle/123456789/40843
McLean, M.A. and D.J. MacKenzie. 2001. Principles and practice of environmental safety assessment of transgenic plants. Materials presentedfor Food Safety and Environmetal Assesment Workshop. Bogor, April 10-12, 2001.
Rifai, M. A. 2001. Bioteknologi Mendukung Keanekaragaman Hayati dalam Suara Pembaruan, 9 Maret.
Sitepoe M., 2001. Rekayasa Genetika. Penerbit. Grasindo. Jakarta.
Syngenta Seeds Comunication. 2003. Kernels of gold: the fact of Bt corn.Syngenta Seeds AG, Basel, Switzerland.
Tajudin. K. N. 2001. Menyoalkan Tanaman Transgenik dalam Suara Pembaruan, 26 Februari.
Triharso, 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
W.Marlene Nalley. 2001. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. Makalah Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor

  Gambar Bendera Merah Putih Tebaru Aneka Ukuran Dan Modifikasi Bergerak