Makalah Struktur Psikis Insan Dalam Psikologi Islam (Bab 2)

 

STRUKTUR PSIKIS MANUSIA

 DALAM PSIKOLOGI ISLAM (BAGIAN 2)

By: Putri, dkk.


BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, yaitu serangkaian aktivitas yang berkenaan dengan sistem pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, serta mengolah bahan penelitian. Kemudian data yang terkumpul dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah al-Qur’an dan terjemahnya, buku Psikologi Islami karangan Hanna Djumhana dan baharuddin, sedangkan untuk menunjang penelitian ini dipakai buku-buku penunjang yang berkaitan dengan observasi ini.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini ialah sistem deskriptif alasannya adalah metode ini berupaya mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada, baik mengenai keadaan atau hubungan yang ada, pertimbangan yang sedang tumbuh, proses yang sedang berjalan balasan atau efek yang terjadi atau kecendrungan yang tengah berkembang, lalu juga menggunakan sistem sistem reflektif ialah berfikir yang prosesnya mondar – mandir antara yang empirik dan yang absurd. Metode ini dipakai untuk menganalisis konsep – konsep atau teori – teori yang dikemukakan oleh para jago / pakar dengan cara berfikir mondar – mandir baik yang empirik maupun yang abstrak sehingga ditemukan satu konsep yang lengkap dan sempurna, sehingga diperlukan mampu memunculkan desain gres yang lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian – unsur psikologi Islami dalam pembentukan adat yakni; 1) Elemen – komponen psikologi Islami yaitu berisikan tiga faktor dan enam dimensi, Ketiga faktor itu yaitu faktor jismiah (fisik, biologis), aspek nafsiah (psikis, psikologi), dan faktor rohaniah (spiritual, transcendental). Aspek nafsiah yakni keseluruhan kualitas kemanusiaan, berupa: anggapan, perasaan, kemauan, yang timbul dari dimensi al-nafs, al-‘aql,dan al-qalb. Aspek rohaniah adalah kesempatanluhur manusia yang bersumber dari dimensi ar-ruh, dan al-fitrah. 2) Dalam proses pembentukan budbahasa mampu digunakan beberapa metode ialah dengan melaksanakan ibadah yang besar lengan berkuasa dan tulus, sistem pola alasannya adalah dengan teladan seseorang bisa mempengaruhi diri untuk berubah kerana insan cepat menjiplak orang lain. Metode pembentukan adat yang kemudian mengganti seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan.

 Dengan mencari ilmu wawasan juga bisa dimasukkan dalam pembentukan budpekerti, sebab pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, mirip perasaan, fikiran, pengalaman, panca indera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa mengamati objek, cara, dan kegunaannya. Metode nasihat, dengan tata cara ini pendidikan dapat menanamkan pengaruh yang bagus ke dalam jiwa jika digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa . 3) Peranan elemen – elemen psikologi Islami dalam proses pembentukan Akhlak yaitu sungguh urgen dan fundamental sebab jikalau dilihat dari faktor pembentukan adab itu sendiri terdiri dari faktor intern dan aspek ekstern, intern di sini meliputi beberapa aspek adalah faktor jismiah (fisik, biologis) dalam pembentukan budbahasa faktor jismiah sungguh berperan selaku wujud kasatmata aktualisasi diri berupa sikap, sikap, dan tindakan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari., faktor nafsiah (psikis, psikologi) Aspek nafsiah sungguh berperan dalam pembentukan adab ialah dalam hal mengetahui, mengenal, mencicipi yaitu persepsi atau cara pandang terhadap diri dan lingkungannya.

Hal ini diwujudkan atau diaktualisasikan dalam pergerakan jismiah yang berupa perilaku (akhlak), dan aspek rohaniah (spiritual, transcendental) aspek ruhaniah sangat berperan dalam hal ini mempertahankan, mewarnai dan mengarahkan supaya manusia tetap menjadi insan seutuhnya (jasmani dan ruhani) yaitu mempertahankan manusia tetap tidak kehilangan kemanusiaannya dan menjaga insan tetap bekerjasama langsung kepada Tuhannya (beragama) atau dalam jalan Allah (ridho Allah). 

  Jadi Pramuka Tanpa Takut Anyir Apek Dengan Menggunakan Royale Soklin

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Struktur Psikis Manusia Dalam Pandangan Nafsiah

 

1.      Dimensi Al-Nafsu

Istilah-perumpamaan dalam al Qur’an memiliki makna yang kaya dan konteks yang ragam, termasuk istilah yang digunakan untuk memperlihatkan instrumen psikis insan. Al Nafs sebagai salah satu instrumen psikis manusia memiliki makna yang bermacam-macam sesuai objek dan konteks ayat, antara lain berarti: nyawa, nafsu, diri dan hakikat diri manusia dan jiwa. Secara fungsional al-nafs juga disediakan untuk mampu menampung dan mendorong insan untuk melaksanakan perbuatan baik dan jelek.

 Dalam beberapa ayat dijelaskan terhadap al-nafs sudah diilhamkan jalan kebaikan dan jalan keburukan. Selain itu, ditemukan aba-aba juga bahwa al-nafs ialah daerah yang dapat memuat pemikiran dan kemauan. Isyarat ini diketahui dari firman Allah dalam surat al-Ra‘d ayat 11

 

يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Baginya (insan) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengganti keadaan suatu kaum sebelum mereka mengganti kondisi diri mereka sendiri. Dan kalau Allah mengharapkan keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

 Suatu kaum tidak akan berganti keadaannya sebelum mereka mengganti apalagi dulu apa yang ada di dalam nafs mereka. Apa yang ada di dalam nafs itu dapat berupa gagasan, pikiran, kemauan, dan tekad untuk berganti. Dilihat dari tingkatannya al nafs terbagi menjadi tiga tingkatan: al- nafs al-‘ ammarah; al-nafs lawwamah ;dan al-nafs al-mutmainnah.

2.      Dimensi Al-Qalb

Al-qalb berperan dalam memperlihatkan sifat insāniyah (kemanusiaan) bagi psikis manusia. Al-qalb memiliki dua daya, yakni mengetahui dan merasakan. Dilihat dari fungsinya, al-qalb mempunyai tiga fungsi. Pertama, fungsi kognisi yang menjadikan daya cipta seperti: mengetahui (fiqh), mengenali (‘ilm), [1]mengingat (ẓikr), dan melalaikan (gulf). Kedua, fungsi emosi yang menjadikan[2] daya rasa mirip hening (Ṭhuma’nīnah), sayang (ulfah), senang (ya’aba), bergairah (galīẓ), takut (ru’b), dengki (gill), sombong (hamiyah), dsb. Ketiga, fungsi konasi yang mengakibatkan daya karsa seperti berupaya (kasb).

Istilah Al-Qalb disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Haj ayat 46:

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآ اَوْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۚ فَاِنَّهَا لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ

Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (logika) mereka mampu mengetahui, indera pendengaran mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

  Unsur-Unsur Fungsi Manajemen

Menurut Quraish Shihab, kata Qalb diambil dari kata yang bermakna membalik, alasannya beliau terkadang berbolak balik, sekali senang, sekali susah, sekali baiklah dan sekali menolak, qalb amat berfungsi untuk tidak konsisiten.[9]

 

Al-Qalb memiliki dua makna, adalah:

Fisik

            Yaitu segumpal daging berupa lonjong yang terletak didalam rongga dada sebelah kiri yang terus-menerus berdetak selama manusi masih hidup.

Metafisik, adalah hati nurani atau suara hati.

Aspek Ruhaniah

Adalah aspek psikis manusia yang besifat spiritual dan transendental. Dalam aspek ruhaniah terdapat dua dimensi, yang keduanya berasal dari Allah.

3.      Dimeni Al- Aqal

Dalam pandangan Islam insan ialah makluk yang paling tepat peristiwa dan penciptaannya, jikalau dibandingkan dengan makluk ciptan Allah yang lainnya. Kesempurnaan peristiwa dan penciptaan insan sebagai makluk yang paling indah dan tinggi derajatnya dikarenakan manusia diberikan dan dibekali logika oleh Allah berupa akal dan anggapan. Dengan nalar dan anggapan yang diberikan Allah tersebut insan mampu menanggulangi banyak sekali permasalahan dan kegelisahan yang berkenaan dengan problem kehidupan yang dihadapinya.

Lebih lanjut kesempurnaan penciptaan insan sebagai makluk yang paling indah dan tinggi derajatnya, dikarenakan manusia dianugrahkan dan dibekali oleh Allah diantaranya berupa nalar dan anggapan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Tin ayat4:

Artinnya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan insan dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Berkenaan dengan terjemahan ayat diatas, Hamka menjelaskan bahwa dikirim makluk Allah diatas permukaan bumi ini, manusialah diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk, bentuk lahir bentuk badan bahkan nyawa. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk binatang yang lainnya.

 

B.     Struktur psikis Manusia Dalam Pandangan Ruhaniah

1.      Dimensi Al-Ruh Dan Al-Fitrah

Dimensi al-rūḥ, bersifat illahiyah (ketuhanan) dan mempunyai daya spiritual yang mempesona tubuh (al-jism) dan jiwa (al-nafs) menuju Allah, dengan begitu manusia memerlukan agama. Al-rūḥ diberikan terhadap manusia lewat proses al-nafkh.

Dimensi al-fiṭrah, memiliki arti suatu kecenderungan alamiah bawaan semenjak lahir yang membentuk identitas atau (secara agama) bahwa manusia sejak lahir telah memiliki agama bawaan secara alamiah yakni agama tauhid, mengesakan Allah.[10]

 

Struktur Manusia Menurut Psikologi Barat

Di sini akan diterangkan konsep dasar Psikologi Barat atas struktur manusia.

 

Psikologi Fisiologi (Physiological Psychology)

Psikologi Barat yang membicarakan insan dari segi faktor fisik-biologis. Psikologi ini bekerjasama dengan fungsi metode dalam tubuh manusia dengan tingkah lakunya. Psikologi Fisiologi ini sama mirip dengan aspek jismiah manusia menurut struktur insan dalam al-Quran.

 

Psikoanalisa

Sigmund Freud (1856-1939 M) adalah tokoh dari desain ini yang berdasarkan pandangannya kepribadian insan terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan super ego. Id merupakan penyimpan keperluan insan fundamental yang mencari pemuasan dalam realitas eksternal seperti makan, minum, istirahat. Ego menolong id menyelenggarakan kontak dengan realitas, ego bekerja menurut prinsip realitas. Super ego ialah nilai-nilai tabiat masyarakat yang ditanamkan pada diri individu.[3] 

  Cara Setting Kaliper Rem Cakram Depan Sepeda Mudah Dan Gampang

Selain itu, manusia juga mempunyai tiga metode strata, ialah the consciousness (kesadaran), the preconsciousness (bawah sadar), dan the unconsciousness (tidak sadar).[11] Dalam psikologi Islam, desain ini tergolong pada faktor nafsiah adalah dalam dimensi al-nafsu.[4]

 

Behaviorisme

Bahwa manusia sangat ditentukan oleh lingkungannya, manusia bertingkah disebabkan oleh lingkungan dan bermaksud untuk mengikuti keadaan dengan lingkungan.

 Manusia menjadi determistik, tidak kreatif dan selalu menjadi objek. Jiwanya pasif ketikaberhubungan dengan lingkungan dan hanya merupakan makhluk fisik-biologis saja sehingga aspek ini tergolong dalam faktor jismah berdasarkan al-Quran.[12]

Psikologi Humanistik

Disini timbul teori-teori personality and motivation (kepribadian dan motivasi) oleh William James (1842-1910 M) yang kemudian dikembangkan oleh Gordon W. Allport (1897-1967 M), client-centered-approarch (pendekatan yang berpusat pada klien) dalam menangani problem terapi oleh Carl Rogers (1902-1987 M), self actualization (aktualisasi diri) oleh Abraham H. Moslow (1908-1970 M), dan teori the will to meaning (kehendak untuk hidup mempunyai arti) oleh Victor Frankl dalam logoterapinya. Psikologi Humanistik berasumsi bahwa manusia memiliki potensi baik untuk menumbuhkan dan membuatkan harkat dan martabat yang merupakan refleksi dari sifat-sifat pada faktor nafsiah berdasarkan al-Alquran.[13]

Psikologi Transpersonal

Psikologi ini memiliki dua hal penting yang menjadi sasaran telaah adalah peluangluhur batin manusia (humam highest potentials) dan fenomena kesadaran insan (humam states of consciousness), ini berhubungan dengan keruhanian dan bersifat spiritual. Psikologi Transpersonal menekankan pada pengalaman subjektif-transendental, berbeda dengan psikologi Islam yang bersifat subjektif-objektif-transenden. Dalam pandangan aspek menurut al-Alquran faktor ini termasuk ke dalam faktor ruhaniah.[14]

BAB III 

PENUTUP 

Kesimpulan

Psikologi Islam ialah ilmu yang mempelajari jiwa manusia melalui tingkah lakunya dalam berhubungan dengan alam, insan, dan Tuhannya berdasarkan desain aliran Islam (al-Quran dan Hadist). Lahirnya psikologi Islam terjadi sebab adanya persentuhan agama dengan ilmu psikologi, pertumbuhan tentang ilmu psikologi pun makin meningkat , sehingga mendorong umat Muslim untuk membentuk ilmu baru yang berkaitan dengan psikologi yang berlandaskan pedoman agama Islam, yaitu Psikologi Islam.

 Psikologi Islam ini timbul juga alasannya pembauran dengan Psikologi Barat namun berlandaskan agama Islam. Sesuai rancangan dalam Psikologi Islam, manusia memiliki tiga aspek: faktor Jismiah (badan), aspek Nafsiah (al-nafsu, al-‘aql, al-qalb), dan aspek Ruhaniah (al-rūḥ, al-fiṭrah). Berbeda dengan Psikologi Barat yang berisikan aliran-pedoman, yaitu psikologi fisiologi (fisik), psikoanalisa, behaviorisme, psikologi humanistik, dan psikologi transpersonal.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam:Sudi perihal Elemen Psikologi dari Al-Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan,, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),

Sarlito, Psikologi Umum, (Jakarta: Rajagrapindo Persada, 2010)

Ujam Jaenudin, Psikologi Perkembangan,(Bandung: Pustaka Setia, 2012), Cet 1



[1] Sarlito, Psikologi Umum, (Jakarta: Raja grapindo Persada, 2012),hlm.22.

[2] Baharudin, Paradigma Psikologi Islam:Sudi tentang Elemen Psikologi dari Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),hlm.24.

[3] Ujam Jaenudin, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia,2012),hlm.33.

[4] Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2011),hlm.30.