KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, alasannya adalah atas rahmat dan inayahnya kami dapat menuntaskan makalah ini. Tujuan kami menciptakan makalah ini ialah supaya mengerti pendidikan ihwal “Dari Konflik Menuju Konsensus Suatu Pembelajaran”. Dengan semangat kami dapat menuntaskan tugas ini. Tugas ini mustahil terlaksana dengan baik, tanpa adanya tekad, niat dan dukungan dari guru pembiming.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para guru SMAN 1 KENDARI atas support yang diberikan terhadap kami, sehingga dengan semangat tugas dapat tertuntaskan dengan baik. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna oleh sebab itu dengan kerendahan hati, kami mohon semua pihak pembaca dan guru pembimbing berkenan memperlihatkan usulan dan kritik sebagai materi penyempurna makalah ini.
KENDARI, Agustus 2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………….. 1
C. Tujuan Pembahasan Masalah ……………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Integrasi untuk Bangsa ……………………………………………………………………. 2
2.2 Teladan TokohPersatuan …………………………………………………………………………………. 2
2.3 Wujud Integrasi Melalui Seni dan Sastra ……………………………………………………………. 4
2.4 Tokoh Perempuan Pejuang ……………………………………………………………………………….. 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………… 6
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………….. 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu guna sejarah ialah kegunaan edukatif. Maksudnya, dengan mempelajari sejarah maka orang dapat mengambil pesan yang tersirat dari pengalaman yang pernah dikerjakan penduduk pada masa lampau, yang tentu saja dapat dikaitkan dengan kala sekarang. Keberhasilan di abad lampau akan dapat memberi pengalaman pada era kini. Sebaliknya, kesalahan penduduk di abad lalu akan menjadi pelajaran berguna yang harus diwaspadai di periode kini.
Sejarah mampu menjadi pembelajaran bagi kita, antara lain melalui aneka macam pesan yang tersirat yang terkandung didalamnya. Dan dalam hal pernah terjadinya pertentangan dan pergolakan di Indonesia pada kurun kemudian, hikmah dari peristiwa tersebut tentu mampu dijadikan pembelajaran dalam memandang atau menghadapi banyak sekali ancaman peluangkonflik yang terjadi pada periode kini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya integrasi bangsa ?
2. Apasajakah pola yang kita ambil dari para tokoh persatuan ?
3. Bagaimana wujud integrasi melalui seni dan sastra ?
4. Siapakah yang menjadi tokoh perempuan pejuang ?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Untuk mengetahui pentingnya integrasi bangsa.
2. Untuk mengetahui pola yang kita ambil dari para tokoh persatuan.
3. Untuk mengetahui wujud integrasi melalui seni dan sastra.
4. Untuk mengetahui tokoh perempuan pejuang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pentingnya Integrasi untuk Bangsa
Integrasi ialah penyatuan bagian-bab yang berlainan-beda dari sebuah masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau menggabungkan penduduk -penduduk kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa. Integrasi Bangsa mampu menimbulkan rasa kebersamaan, yang dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan nasib, kebutuhan, keadaan dan cita cita dari beberapa insan. Perasaan yang serupa menimbulkan mereka tidak gampang untuk diadu domba dan terpecah belah, tetapi memunculkan semangat persatuan dan kesatuan serta semangat untuk berbuat demi kepentingan bareng .
Oleh karna itu membangun integrasi nasionak itu sungguh penting pada kehidupan bernegara guna mewujudkan cita cita, dan tujuan negara, juga untuk memelihara rasa kebersamaan. Pentingnya kesadaran terhadap integrasi bangsa dapat dihubungkan dengan masih terdapatnya potensi pertentangan di beberapa wilayah Indonesia pada era sekarang yang mampu mengancam persatuan bangsa. Sejarah sudah memberitahu kita bagaimana pemberontakan-pemberontakan yang pernah terjadi selama abad tahun 1948 hingga 1965 sudah menewaskan banyak sekali korban manusia.
2.2. Teladan yang Kita ambil dari Para Tokoh Persatuan
Tidak sembarangan orang memang dapat menyandang secara resmi gelar hero nasional. Ada beberapa standar yang mesti dipenuhi. Salah satu diantaranya adalah tokoh tersebut sudah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lainnya untuk mencapai/merebut/menjaga/ mengisi kemerdekaan serta merealisasikan persatuan dan kesatuan bangsa. Ada banyak tokoh pendekar yang berjasa dalam mewujudkan integrasi bangsa salah satunya berasal dari kawasan paling timur Indonesia, Papua ialah Frans Kaisiepo, Silas Papare dan Marthen Indey.
• Frans Kaisiepo (1921-1979)
– Seorang tokoh yang mempopulerkan lagu Indonesia Raya di Papua saat menjelang Indonesia merdeka.
– Berperan dalam pendirian Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tanggal 10 Mei 1946.
– Menjadi anggota utusan Papua dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan.
– Merancang pemberontakan rakyat Biak melawan pemerintah kolonial Belanda.
– Kaisiepo berusaha supaya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) bisa dimenangkan oleh penduduk yang ingin Papua bergabung ke Indonesia. Proses tersebut akhirnya menetapkan Papua menjadi bab dari negara Republik Indonesia.
• Silas Papare (1918-1978)
– Membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM)
– mendirikan Partai Kemerdekaaan Irian.
– Silas Papare bersama dengan teman-temannya membentuk Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta.
– Mewakili Irian Barat duduk selaku anggota delegasi RI dalam Perundingan New York antara Indonesia-Belanda.
• Marthen Indey (1912–1986)
– Adalah seorang anggota polisi Hindia Belanda sebelum Jepang masuk ke Indonesia.
– Sejak tahun 1946 beliau menjadi Ketua Partai Indonesia Merdeka (PIM).
– Ia kemudian memimpin sebuah aksi protes yang didukung delegasi 12 Kepala Suku kepada impian Belanda yang ingin memisahkan Papua dari Indonesia.
– Tahun 1962 beliau menyusun kekuatan gerilya sambil menanti kedatangan serdadu Indonesia yang hendak diterjunkan ke Papua dalam rangka operasi Trikora.
– Ia berangkat ke New York untuk memperjuangkan masuknya Papua ke wilayah Indonesia, di PBB hingga akibatnya Papua (Irian) benar-benar menjadi bagian Republik Indonesia.
Keteladanan para tokoh jagoan nasional Indonesia juga dapat kita lihat dalam bentuk pengorbanan jabatan dan bahan dari mereka yang berstatus raja. Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Syarif Kasim II ialah dua tokoh nasional yang lebih mengedepankan keindonesiaan mereka apalagi dulu daripada kekuasaan atas kerajaan sah yang mereka pimpin, tanpa menjumlah untung rugi. Saat Indonesia merdeka, di Indonesia, masih ada kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Hebatnya, para penguasa kerajaan-kerajaan tersebut lebih menentukan untuk meleburkan kerajaan mereka ke dalam negara Republik Indonesia. Hal ini mampu terjadi tak lain karena dalam diri para raja dan rakyat di daerah mereka telah tertanam dengan begitu besar lengan berkuasa rasa kebangsaan Indonesia.
2.3. Wujud Integrasi Melalui Seni dan Sastra
Selain tokoh-tokoh yang berkiprah dalam bidang politik dan perjuangan bersenjata, kita juga mampu mengambil pesan tersirat keteladanan dari tokoh yang berjuang di bidang seni. Salah satu tokohnya adalah Ismail Marzuki(1914 – 1958). Lahir di Jakarta, Ismail Marzuki memang berasal dari keluarga seniman, di usia 17 tahun beliau berhasil mengarang lagu pertamanya, berjudul “O Sarinah”. Tahun 1936, Ismail Marzuki masuk perkumpulan musik Lief Java dan berkesempatan mengisi siaran musik di radio. Lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki sangat diwarnai oleh semangat kecintaannya kepada tanah air.
Latar belakang keluarga, pendidikan dan pergaulannyalah yang menanamkan perasaan senasib dan sepenanggungan terhadap penderitaan bangsanya. Ketika RRI dikuasai Belanda pada tahun 1947 contohnya, Ismail Marzuki yang sebelumnya aktif dalam orkes radio memutuskan keluar alasannya adalah tidak mau berafiliasi dengan Belanda. Ketika RRI kembali diambil alih republik, dia baru mau kembali bekerja di sana.
Lagu-lagu Ismail Marzuki yang penuhdengan nilai-nilai usaha yang menggugah rasa kecintaan terhadap tanah air dan bangsa, antara lain Rayuan Pulau Kelapa (1944), Halo-Halo Bandung (1946) yang diciptakan ketika terjadi insiden Bandung Lautan Api, Selendang Sutera (1946) yang diciptakan pada dikala revolusi kemerdekaan untuk membangkitkan semangat juang pada waktu itu dan Sepasang Mata Bola (1946) yang menggambarkan impian rakyat untuk merdeka. Meskipun mempunyai fisik yang tidak terlampau sehat sebab memiliki penyakit TBC, Ismail Marzuki tetap antusiasuntuk terus berjuang lewat seni. Hal ini menunjukkan betapa rasa cinta pada tanah air begitu tertanam berpengaruh dalam dirinya.
2.4. Tokoh Perempuan Pejuang
Opu Daeng Risaju ialah seorang tokoh pejuang wanita yang menjadi pencetus gerakan Partai Sarikat Islam yang menentang kolonialisme Belanda waktu itu. Nama kecil Opu Daeng Risaju yaitu Famajjah. Ia dilahirkan di Palopo pada tahun 1880, dari hasil perkawinan antara Opu Daeng Mawellu dengan Muhammad Abdullah to Barengseng. Nama Opu menunjukkan gelar kebangsawanan di kerajaan Luwu. Ia rela menanggalkan gelar kebangsawanannya serta mesti dijebloskan kedalam penjara selama 3 bulan oleh Belanda dan mesti bercerai dengan suaminya yang tidak bisa menerima aktivitasnya.
Semangat perlawanannya untuk melihat rakyatnya keluar dari cengkraman penjajahan menciptakan beliau rela mengorbankan dirinya. Opu Daeng Risaju aktif di organisasi Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII). Dia mengikuti aktivitas dan pertumbuhan PSII baik di wilayahnya maupun di tingkat nasional. Opu Daeng Risaju banyak melaksanakan mobilisasi terhadap pemuda dan menunjukkan kepercayaan perjuangan terhadap cowok pada kala revolusi, untuk menolak NICA.
Tindakan Opu Daeng Risaju ini membuat NICA bingung dan berupaya untuk menangkapnya. Opu Daeng Risaju ditangkap dalam persembunyiannya. Kemudian dia dibawa ke Watampone dengan cara berlangsung kaki sepanjang 40 km.
Opu Daeng Risaju ditahan di penjara Bone dalam satu bulan tanpa diadili lalu dipindahkan ke penjara Sengkang dan dari sini dibawa ke Bajo. Selama di penjara Opu Daeng mengalami penyiksaan yang kemudian memiliki dampak pada pendengarannya, beliau menjadi tuli seumur hidup. Setelah legalisasi kedaulatan RI tahun 1949, Opu Daeng Risaju pindah ke Pare-Pare mengikuti anaknya Haji Abdul Kadir Daud yang waktu itu bertugas di ParePare. Sejak tahun 1950 Opu Daeng Risaju tidak aktif lagi di PSII, ia hanya menjadi sesepuh dari organisasi itu. Pada tanggal 10 Februari 1964, Opu Daeng Risaju meninggal dunia. Beliau dimakamkan di pekuburan raja-raja Lokkoe di Palopo.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa peristiwa pertentangan yang terjadi pada kurun sekarang, mesti kita lihat sebagai peluangdisintegrasi bangsa yang dapat menghancurkan persatuan negeri. Maka ada baiknya kalau kita mencar ilmu dari perjalanan sejarah nasional yang telah dialami bangsa kita, yang diwarnai dengan aneka proses pertentangan dengan segala akibat yang merugikan, baik jiwa, fisik, bahan, psikis dan penderitaan rakyat. Bagaimanapun, salah satu manfaat mengenang sejarah yakni dapat memberi nasihat atau pelajaran bagi kehidupan mendatang.
Selain dari kejadian sejarah, kita mampu juga mengambil hikmah dan pola dari para tokoh sejarah. Diantara mereka yaitu para jagoan nasional yang berjuang untuk persatuan bangsa dengan tidak cuma menggunakan senjata, namun juga lewat karya berbentukseni, goresan pena, musik, sastra atau ilmu wawasan.
B. Saran
Berdasarkan atas apa yang kami tulis dalam karya tulis dalam suatu makalah yang berjudul “Dari Konflik Menuju Konsensus Suatu Pembelajaran ” ini kami sebagaipenulis berharap memberi pengertian bagi segenap pembaca sehingga dapat menambah wawasan bagi para pembaca apalagi lagi pada penulis sendiri.
Hanya sampai disinilah kesanggupan kami dalam membahas Dari Konflik Menuju Konsensus Suatu Pembelajaran, biar karya tulis ini menawarkan faedah pada penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://operatordikdasmen.blogspot.com/
https://sansigner.wordpress.com/tag/pertentangan-dan-konsensus/
https://www.divapendidikan.com/
https://prezi.com/fn8s9t8vuxet/dari-konflik-menuju-konsensus-sebuah-pembelajaran/
https://indonesiatnhair.blogspot.com/2016/08/usaha-menghadapi-bahaya
SUMBER :
Tugas Sekolah Kelompok 2:
Nur Fadillah
Afifah Uswatun H.
Putri Aprilia Franola
Ananda Syafana
Laode Muh. Yakin
Muh. Syifawan
Pengayoman Gusti
Al Fayedh
Muh. Aksan Ramadhan
Andika
Muh. Alfian Rozaq
Dimas Yauri
SMAN 1 KENDARI
Wallahu a’lam…