BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seseorang mesti memahami kepribadiannya sebelum menciptakan sebuah komunikasi. Memang sangat sukar untuk berkepribadian seperti yang kita kehendaki, dalam hal ini ingin menjadi orang yang selalu siap tampil berbicara di depan banyak orang. Akan namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil. Hal ini seiring dengan pendapat Andrew McCarty, Ph. D dalam bukunya yang berjudul Berpikir Positif (2007), bahwa berpikir positif dan menunjukkan penghargaan yang tinggi kepada diri sendiri ialah hal yang sungguh penting dan fundamental untuk memperbaiki kepribadian.
Komunikator yang baik ialah kalau dia berkomunikasi sesuai dengan motivasi dari dalam dirinya. Yakni motivasi untuk menawarkan wawasan gres bagi pendengarnya. Artinya, motivasi akan menjadi lebih penting dibandingkan umur, jabatan, status keuangan, ras, agama, pendidikan, jenis kelamin, dan mengembangkan unsur lainnya ketika berkomunikasi. Namun, permasalahannya ialah tidak siapa pun bisa mengatakan dengan baik dan benar di depan banyak orang. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman aku dan sebagian sahabat saya, bahwa untuk berbicara di depan banyak orang terdapat beberapa hambatan yang seringkali tidak bisa diidentifikasikan alasannya adalah. Oleh karena itu, aku tertarik untuk membicarakan masalah ini selaku materi penulisan laporan kali ini.
Setiap orang niscaya merasa tidak percaya diri (grogi) untuk berbicara di depan biasa . Akibatnya, muncullah sebuah persepsi bahwa untuk menjadi seorang public speaking haruslah memiliki kesanggupan mendasar yang dinamakan softskill. Akan tetapi, masih banyak pulapublic speaking ternama yang berkata bahwa dirinya senantiasa mengalami grogi sesaat sebelum mengatakan di depan para kandidat pendengarnya. Artinya, kekurangan softskill bukanlah alasan bagi seseorang untuk tidak bisa terampil berbiacara di depan orang banyak. Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang menyiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik pembicaraan, fisik, maupun mental.
Permasalahan lain yang saya alami yaitu kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan. Seorang pembicara selalu berharap mendapatkan banyak pemberian terhadap pertimbangan dan bahan yang hendak beliau sampaikan. Akan tetapi, sebagian besar orang condong merasa rendah diri terhadap urusan ini. Khususnya dikala dia membandingkan dirinya dengan tingkat status, nilai, performa, penghasilan, atau kecerdasan dari calon pendengar yang mau dihadapinya. Secara langsung hal ini akan menjadikan tertekan. Maka dari itu, dibutuhkanlah suatu kekuatan dari dalam diri individu untuk selalu berpikir nyata. Potensi-potensi yang ada pada diri mereka hanya butuh ditampilkan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, pembahasan makalah ini akan difokuskan pada pentingnya pengertian motivasi berkomunikasi dan pentingnya antisipasi diri bagi setiap orang sebelum mengatakan di depan banyak pendengar. Untuk itu dibentuk rumusan dilema sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan public speaking dan urgensinya bagi kehidupan ?
- Bagaimana membangkitan rasa yakin diri untuk menjadipublic speaking ?
- Bagaimana seni manajemen dan antisipasi yang bagus saat mengatakan di depan banyak pendengar ?
- Bagaimana berkomunikasi yang efektif terkait pemahaman tentang teknik-teknik yang benar untuk menjadi public speaking?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan goresan pena ini antara lain, yaitu:
- Untuk mengetahui pengertian public speaking dan pentingnya kesanggupan tersebut seiring pertumbuhan kehidupan.
- Untuk menolong meminimalkan rasa takut biar tampil yakin diri di depan banyak orang.
- Untuk mengenali strategi dan antisipasi yang baik biar tampil dengan percaya di depan banyak orang.
- Untuk memperbesar pengetahuan wacana pemahaman teknik-teknik menjadi public speaking dengan komunikasi efektif.
1.4 Manfaat
Penyusunan tulisan ini dibutuhkan mampu memperlihatkan banyak faedah untuk aneka macam pihak. Adapun faedah yang dapat aku rumuskan untuk masing-masing pihak dengan adanya goresan pena ini antara lain, ialah:
- Manfaat Ilmiah bagi lingkungan akdemis
Kalangan akademis mampu mempergunakan laporan ini selaku bimbingan ringkas metodologi menjadi seorang public speaking. Selain itu, mampu pula dijadikan tolak ukur atau pun evaluasi perihal teknik-teknik mengatakan efektif yang selama ini sudah dilaksanakan dalam acara mencar ilmu mengajar.
- Manfaat Praktis bagi penunjang observasi dan akal
Laporan ini mampu menjadi citra bahwa golongan mahasiswa juga belum pasti memiliki kesadaran kritis dan keberanian untuk selalu siap sedia menjadi pusat perhatian banyak orang. Hal ini sehubungan dengan stereotip bahwa mahasiswa yaitu kaum pintar dan terdidik.
- Manfaat Sosial bagi penduduk biasa
Bagi para pembaca kebanyakan, laporan ini dapat dijadikan sebuah referensi pendukung dalam rangka membekali diri menjadi seorangpublic speaking. Selain itu, juga mampu dijadikan selaku gosip perihal kegiatan dan pengalaman yang biasanya dialami oleh kelompok mahasiswa ketika mengahadapi banyak pendengar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Public speaking dan urgensinya
Banyak tokoh yang populer dan menorehkan sejarah dunia, bukan sebab kekayaan atau jabatannya, melainkan alasannya kemampuan mereka dalam hal memberi gagasan jutaan orang. Kemampuan inilah yang dinamakan dengan public speaking. Mengikuti kemajuan zaman, kemampuan ini mungkin tidak mampu menciptakan kita melaksanakan hal yang serupa mirip tokoh-tokoh terdahulu. Akan tetapi, nyaris dipastikan kemampuan ini bisa menjinjing kita memperoleh keberhasilan di banyak sekali bidang.
Di Indonesia sendiri, masyarakat condong menghargai dan mendapatkan seseorang yang mampu memberikan wangsit-idenya dalam bahasa yang dimengerti oleh publik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan komunikasi, utamanya public speaking, menjadi kesanggupan yang mutlak mesti dimiliki setiap individu biar bisa bersaing di zaman yang semakin dinamis.
Tujuan public speaking tidak terlepas dari tujuan komunikasi, yaitu memberikan pesan atau wangsit terhadap publik dengan tata cara yang sesuai sehingga publik bisa memahami pesan atau wangsit, dan lalu mendapatkan manfaat dari pesan tersebut. Sehubungan dengan ini seorang public speaker pun dituntut untuk mampu menentukan tata cara yang tepat untuk menyampaikan pesannya.
Metode public speaking[1] yang dimaksud dibagi menjadi tiga jenis, adalah:
- Impromptu speech, artinya seseorang untuk menyampaikan gagasannya tidak melakukan banyak antisipasi. Dengan kata lain seorang public speaking melakukan pekerjaan secara mendadak.
- Manuscript speech, artinya seseorang dapat melihat naskah saat menyampaikan gagasannya. Dalam hal ini aku sertakan contoh naskah yang mampu dibaca oleh seorang perwakilan mahasisawa dalam penerimaan dan perpisahan mahasiswa KKP. (Lampiran 1 dan Lampiran 2)
- Extemporaneous speech, artinya seseorang tanpa memakai naskah mampu menyampaikan gagasannya dengan lebih informatif dan komunikatif. Dalam hal ini pembicara bebas berimprovisasi.
Selain itu, untuk menjadi seorang public speaker yang baik harus mempuyai dogma diri yang tinggi, antisipasi yang optimal, penguasaan kata-kata yang baik, kontak mata dan gerak tubuh yang baik, dan kesanggupan menertibkan audiens.
2.2. Faktor percaya diri public speaking
Orang yang rendah diri atau depresif ialah mereka yang tidak pernah mencoba memberikan peluangyang dia miliki. Akibatnya, rasa yakin diri tetap terkalahkan oleh rasa takut dan rasa gugup yang selalu membayangi pikirannya sebelum bertindak. Perlu disadari bahwa ketakutan itu perlahan-lahan akan hilang apabila kita sering mencoba melaksanakan hal yang kita takutkan, kemudian menciptakan kesalahan, dan lalu dengan teliti mengambil pelajaran dari setiap pengalaman yang didapatkan. Seperti yang dinyatakan oleh Dale Carnegle, 2006, bahwa cara tercepat dan terbaik untuk mengalahkan rasa takut ialah dengan melaksanakan apa yang kita takutkan.
Sedangkan usulan lain yang mungkin mampu mempentuk contoh berpikir faktual [2] mampu diamati lewat pernyataan berikut:
“Penelitian menandakan bahwa orang yang menyesuaikan antara gambaran diri [3]dan ideal diri mereka condong secara sosial bersikap hening, yakin diri, dan cendekia. Sebaliknya orang yang kurang beradaptasi cenderung menjadi frustasi, khawatir, gusar, dan kurang bisa dalam kemampuan sosial.” (Andrew McCarty, Ph. D, 2007).
“Hampir 98% orang yang tidak menderita tertekan yaitu mereka yang berpikir dengan prasangka konkret,” (Andrew McCarty, Ph. D, 2007). Maka dari itu, untuk mempertinggi penghargaan diri kita, kita harus berusaha berpikir kasatmata wacana diri kita. Kita mesti yakin bahwa kita mempunyai pemikiran konkret dalam diri kita.
Tabel 1. Persentase Hal yang Ditakuti Oleh 3000 Orang Amerika Berdasarkan Hasil Survei The People’s Almanact Book of Lists
No
|
Hal yang ditakuti
|
Jumlah (jiwa)
|
Persentase (%)
|
1
|
Berbicara di depan kelompok
|
630
|
21
|
2
|
Ketinggian
|
510
|
17
|
3
|
Serangga dan hama
|
360
|
12
|
4
|
Masalah keuangan
|
360
|
12
|
5
|
Air yang dalam
|
360
|
12
|
6
|
Penyakit
|
270
|
9
|
7
|
Kematian
|
270
|
9
|
8
|
Terbang
|
240
|
8
|
Total
|
3000
|
100
|
Sumber: General Public Speaking, Public Speaking School, 2006
Melalui tabel tersebut diperoleh data bahwa sebagian besar orang justru lebih takut saat akan menghadapi orang banyak. Untuk mengatasinya, kita harus memperoleh aksara sejati diri kita. Karakter sejati ialah kepribadian diri yang sudah diarahkan kepada kepribadian yang diharapkan. Jika sudah terbentuk abjad sejati, maka seseorang akan terlepas dari cemas dan rasa gugup. Seorang tokoh, Dale Carnegle, beropini bahwa cara tercepat dan terbaik untuk mengalahkan rasa takut yaitu dengan melakukan apa yang kita takutkan.
Selain itu, rasa takut dan gugup dapat diminimalisir dengan melakukan beberapa pendekatan, yakni: a) pendekatan rasional, artinya berpikir untuk tidak menjadi seorang penakut dan menguatkan motivasi[4]komunikasinya ketika berbicara, b) pendekatan fisik, yaitu dengan melaksanakan relaksasi dan mendatangkan rasa sakit sementara yang dimaksudkan untuk mengalihkan rasa sakit itu sendiri, c) pendekatan mental, yang mampu dikerjakan dengan memvisualisasikan audiens dan mengatakan pada diri sendiri untuk meyakinkan diri sebelum tampil, d) langkah-langkah mudah, yakni dengan membuat persiapan yang optimal dan bertindak seakan-akan berani saat berbicara.
2.3. Strategi dan persiapan yang baik sebelum mengatakan di depan publik
Tugas seorang public speaker ialah memberikan ilham terhadap audiens dan pandangan baru tersebut memiliki peluang untuk menghipnotis tindakan audiens. Untuk itu, sangat dibutuhkan antisipasi yang maksimal sebelum melaksanakan penyajian di depan audiens. Saya merangkum seni manajemen dan persiapan tersebut dalam lima hal, ialah:
- Pengenalan Audiens
Pengenalan audiens mampu membekali kita dalam memilih bahan, menyusun, dan menyajikannya dengan seni manajemen yang sempurna. Hal ini dikarenakan wawasan kita tentang publik akan menjadi konkret.
Untuk mengetahui kandidat audiens, terdapat hal-ha biasa dan khusus yang perlu diperhatikan, antara lain:
- Hal lazim
Jumlah audiens, rentang usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, sosial-politik-ekonomi, dan etika budaya.
- Hal khusus
– Perhatikan motivasi kehadiran audiens
– Perhatikan tingkat wawasan auidens
– Perhatikan kemungkinan reaksi atau perilaku audiens
- Pengorganisasian Materi
Semakin banyak isu yang dapatkan maka akan semakin baik persiapan materinya. Beberapa hal yang perlu diamati, antara lain:
– Mengetahui info yang diharapkan
– Mengetahui sumber gosip
– Memilih beberapa info dari beberapa kumpulan yang sudah didapatkan
– Menyusun struktur materi
- Pengenalan Tempat
Seorang pembicara yang baik akan mengetahui terlebih dulu medan dimana dia akan berbicara. Hal-hal yang perlu diamati antara lain:
– Hadir sekurang-kurangnya satu jam sebelum program dimulai untuk melihat keadaan fisik secara keseluruhan
– Pastikan posisi dikala akan berbicara
– Perhatikan outdoor atau indoor
– Perhatikan syarat kebutuhan anda untuk berbicara, mirip kelengkapan audio visual
- Penampilan Fisik
Audiens cenderung akan menunjukkan penilaian saat mendapat kesan pertama yang diberikan oleh pembicara. Maka dari itu, banyak hal yang mesti diamati secara mendetil, antara lain:
– Kerapian, kebersihan, dan kesesuaian busana
– Kenampakan fisik dikala tampil, mirip
· Berdiri kalem namun tegap
· Kaki mesti rapi dan tampaksopan
· Keadaan tangan kalem dan mampu melakukan gerakan yang seproporsional mungkin
· Wajah terlihat meyakinkan tetapi tidak tegang
2.4. Komunikasi efektif dan teknik-teknik public speaking
2.4.1. Dasar-dasar berbicara efektif
Berbiara efektif merupakan sarana penyampaian pandangan baru terhadap orang atau khalayak secara verbal yang gampang dicerna atau dikenali oleh pendengarnya. Pada dasarnya, berbicara efektif pada potensi apapun berisikan tiga unsur poko, yakni pembukaan, isi atau inti urusan, dan epilog.
2.4.1.1. Pembukaan
– Misi
– Acara: serius, resmi, tidak sama sekali
– Lawan Bicara: golongan atau perorangan
– Suasana: bangga, santai, murung
2.4.1.2. Isi atau inti pembicaraan
Lengkap, singkat, sistematis, ada selingan, dibantu alat audio visual, diskusi dan tanya jawab.
2.4.1.3. Penutup
Cukup 3-5 menit dan diakhiri dengan kesimpulan inti.
2.4.2. Teknik-teknik public speaking
Untuk menjadi pembicara yang menarik dan mampu memberikan pengaruh bagi pendengar, diperlukan teknik-teknik public speaking,antara lain:
2.4.2.1. Teknik Ice Breaking
– Pembukaan yang menarik
Pembukaan adalah impresi pertam, artinya hal itu mampu mempengaruhi persepsi audiens terhadap public speaker selama presentasi. Sesingkat apapun waktu untuk melakukan presentasi, pembukaan tetaplah mesti penuh kehangatan. Pembukaan mampu dikerjakan dengan suatu ilustrasi atau dongeng yang sedang marak, namun relevan dengan topik pembiaraan. Saat menyampaikannya, tunjukkan tampang yang dekat, ramah, dan akrab.
– Gunakan Joke
Humor kemungkinan mengandung resiko. Hal ini dikarenakan oleh sifatnya yang universal, sedangkan selera tiap individu sanagt personal dan perorangan. Tetapi, walaupun mengandung resiko humor yang baik dapat menjadi awal yang efektif untuk mencari perhatian para pendengar. Bahan-bahan joke sangat luas, karena mampu diambil dari aneka macam kisah, perkara sehari-hari, gambar iklan, pengalaman orang lain, hasil riset, dan sebagainya.
2.4.2.2. Teknik Vokal
Penyampaian vokal yang baik ditemukan jika seorang public speaking menguasai tiga hal berikut:
– Pernapasan
Posisi yang baik untuk mengatur pernapasan ialah bangun tegak supaya menunjukkan ruang yang lebih baik terhadap paru-paru. Untuk berbicara di depan publik, dibutuhkan ruang suara yang solid biar dapat menyampaikan kalimat yang panjang pada volume suara yang benar.
– Volume
Keberhasilan dalam mengatakan tidak senantiasa diputuskan oleh kerasnya suara. Volume suara dikala berbicara di depan publik cuma sedikit lebih keras dari volume mengatakan sehari-hari. Berbicara dengan volume keras hanya diharapkan pada bagian-bagian tertentu saja. Selebihnya, berbicara keras terlalu sering mampu menimbulkan tenggorokan rusak dan audiens pun jenuh.
– Ekspresi vokal
Ekspresi yaitu aspek penting dalam pembuatan suara. Suara yang baik akan lebih bermakna jika disertai dengan verbal yang tepat. Ekspresi berisikan tiga komponen, adalah: a) pitch, faktor tinggi rendahnya suara, b) pace, aspek kecepatan berbicara, c) phrasing,faktor kecakapan memenggal kalimat, dan diikuti dengan jeda.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kepentingan akan kemampuan berbicara di depan publik telah sangat mutlak. Kemampuan ini mendasari kesuksesan setiap orang diberbagai bidang. Seorang Public speaker dengan kiprahnya selaku pemberi dampak dan manfaat bagi para pendengar dituntut untuk tampil meyakinkan. Semua perkataan, penampilan, dan perilakunya mampu saja menjadi ide bagi para pendengarnya. Untuk itu, unsur motivasi komunikasi harus melekat dalam diri seorang public spekerguna menyingkir dari kekhawatiran-kekalutan yang menciptakan dia ragu dengan kemampuannya.
Ketenangan seorang public speaker ditentukan oleh kesempurnaan persiapannya. Kemudian setiap proses pelaksanaanya dilakukan dengan sistematis. Maka, seorang public speaker akan mendapatkan kesuksesan bila beliau telah berhasil menjalankan strateginya dan menerapkan teknik-teknik berkomunikasi yang efektif. Strategi dan teknik tersebut dikerjakan sebelum mengatakan, dikala berbicara, sehabis berbicara, dan selama proses pengulangan acara dikesempatan berikutnya.
3.2. Saran
- Untuk golongan akademis
Diharapkan mahsiswa lebih peka dengan urgensi kesanggupan berbicara di depan publik. Mahasiswa sebaiknya mendalami dengan sendirinya kesanggupan komunikasi publik, terutama public speaking.
- Untuk golongan pendukung penelitian
Diharapkan semestinya para peneliti lebih mendalami kasus bahwa mahasiswa juga ternyata masih sering takut dikala melakukan presentasi. Sedangkan mahasiswa seharusnya dapat mengatakan dengan bekal yang sudah dimilikinya. Dari perkara tersebut mampu diteliti lagi mengenai langkah-langkah yang semestinya dijalankan Perguruan Tinggi untuk meminimalkan mahasiswanya yang masih sangat rentan dengan kesanggupan berbicara di depan publik..
- Untuk penduduk umum
Masyarakat juga seharusnya memahami pentingnya kesanggupan berbicara. Hal ini mampu memulai keinginan mereka untuk mendapatkan banyak berita tentang pertumbuhan lingkungan sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Juniarti, Elly dan Pramana. 2006. General Public Speaking. Jakarta: Public Speaking School.
Maryanto, Bambang. 2007. Contoh-pola MC dan Pidato. Surabaya: Apolo.
McCarty, Andrew. 2007. Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif. Romlatul Hikmah, S.Hum, penerjemah. Jakarta: Prestasi Pustakakarya. Terjemahan dari: How to positive thinking.
Sameto, Hudoro.1996. Kiat Sukses Mengolah Komunikasi. Jakarta: Puspa Sawara.
LAMPIRAN 1
Sambutan wakil mahasiswa KKP pada penerimaan mahasiswa KKP:
Assalammualaikum Wr. Wb
Kepada Bapak Kades yang kami hormati,
Kepada tokoh-tokoh masyarkat, staf pamong praja, dan segenap karang taruna yang berbahagia,
Marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, alasannya adalah atas rahmat dan hidayahnya kita mampu berjumpa pada program penyambutan mahasiswa KKP mulai tanggal… hingga tanggal… .
Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian yang kami hormati,
Perkenankanlah aku selaku wakil mahasiswa KKP untuk memberi sedikit kata sambutan pada potensi kali ini. Kami berterima kasih terhadap pembawa program atas potensi yang diberikan untuk berbicara disini.
Bapak, Ibu, dan Hadirin sekalian yang berbahagia,
Kami serombongan tidak menyangka jika kedatangan kami dalam kuliah kerja profesi di desa ini mendapat sambutan yang begitu hangat dari warga, hingga-sampai kami merasa terharu. Apalagi kedatangan kami disambut dengan acara yang demikian resmi. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga. Harapan kami, biar bapak Ibu memahami maksud kehadiran kami.
Bapak Ibu sekalian yang kami hormati, pada permulaan perjumpaan kita ini, kami sangat berharap biar Bapak-bapak dan Ibu-ibu terutama sobat-sobat dari karang taruna mendukung acara yang telah kami persiapkan. Sebab, segala program yang kami tetapkan nanti sudah ditawarkan atau direncanakan oleh akademi tinggi kami dan disetujui oleh pemerintah. Semua yang kami berikan nanti, baik berupa kegiatan fisik maupun nonfisik, semata-mata demi pembangunan warga menuju ke arah kemajuan. Kami yakin bahwa program yang kami terapkan nanti akan menciptakan sesuatu yang memiliki kegunaan apabila Bapak Ibu sekalian mendukung serta turut terlibat dalam proses pelaksnaannya.
Bapak Ibu sekalian yang kami hormati, sebelumnya kami sampaikan kepada warga di sini bahwa kebiasaan dan etika kami mungkin berbeda dengan budpekerti di sini. Oleh alasannya adalah itu, bila nanti di sini kami bersikap kurang sopan atau kurang baik, atau menyalahi hukum, sudilah Bapak Ibu memperingatkan, menegur, atau mengarahkan bagaimana sebaiknya kami bersikap.
Bapak Ibu sekalian, cukup sekian dahulu sambutan kami. Akhirnya selamat berjuang kepada sobat-sahabat KKP.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
LAMPIRAN 2
Sambutan wakil mahasiswa KKP pada perpisahan mahasiswa KKP:
Assalammualaikum Wr. Wb
Kepada Bapak Kades yang kami hormati,
Kepada tokoh-tokoh masyarkat, staf pamong praja, dan segenap karang taruna yang berbahagia,
Marilah kita memanjatkan puji syukur terhadap Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya kita dapat bertemu kembali dalam acara perpisahan antara mahasiswa KKP dengan segenap warga.
Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian yang kami hormati,
Waktu terus berjalan dan tiada terasa peran kami selaku mahasiswa KKP telah selesai. Sebenarnya kami masih ingin terus bersama warga di sini untuk saling mengisi demi pertumbuhan desa ini. Namun, apa daya peran kami selanjutnya menciptakan laporan dari kegiatan ini. Biarlah tubuh kami jauh dari sini, tetapi hati dan jiwa kami tetap bersama Bapak, Ibu dan Saudara sekalian.
Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian yang kami hormati,
Sungguh berat hari ini diajak melangkah meninggalkan kampung ini, terlebih jikalau mengenang pelayanan warga di sini yang sangat mengesankan. Kami tidak akan melalaikan kebaikan yang pernah Bapak Ibu berikan, dan kepada Allah kami berdoa biar kebaikan semua warga di sini menerima akhir.
Perpisahan ini bukanlah perpisahan untuk selamanya, melainkan hanyalah perpisahan tugas berguru KKP kami. Suatu saat kita mampu menjalin silaturahmi yang lebih baik lagi. Kami ucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam merealisasikan program KKP di desa ini. Semoga semua itu menjadi proses perbaikan mirip yang kita harapkan bareng .
Demikianlah sambutan dari kami, kurang lebihnya kami mohon maaf.
Wassalammualaikum Wr.Wb
[1] Elly Juniarty dan Pramana, “General Public Speaking: seputar publik speaking”, (Jakarta: public speaking school, 2006) hal 3.
[2] Andrew McCarty, “Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif”, (Jakarta: Prestasi Pustakakarya, 2007, penerjemah: Romlatul Hikmah, S.Hum) hal. 31-36.
[3] Ibid, p.73-75
[4] Motivasi komunikasi diartikan selaku upaya dari dalam diri komunikator murni untuk mentransfer wawasan gres kepada komunikan.