Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di simpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan usul dari sekumpulan produk physical pada aneka macam tahap proses transformasi dari materi mentah ke barang dalam proses,dan lalu barang jadi (Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajement persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu pihak, suatu perusahaan mampu mengurangi biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan ditangan. Dipihak lain, konsumen akan merasa tidak puas jika suatu produk stoknya habis. Oleh alasannya adalah itu, perusahaan harus meraih keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan pelanggan.
Semua organisasi memiliki beberapa jenis system perencanaan dan pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi mesti memilih apakah akan berbelanja atau menciptakan sendiri produk mereka. Setelah hal ini diterapkan, langkah berikutnya ialah meramalkan seruan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani usul tersebut.
A. Pengertian persediaan
Persediaan yaitu pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang hendak digunakan atau disantap dalam membuat barang yang mau dijual. Dapat disimpulkan bahwa Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam sebuah perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, nyaris 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk berbelanja materi-materi bangunan.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak mempunyai persediaan, perusahaan jualan cuma memiliki persediaan barang jualan sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan adalah persediaan materi baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan ialah hal yang sangat penting sebab baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan mampu disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam evaluasi persediaan akan eksklusif berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
B. Klasifikasi persediaan
Klasifikasi persediaan mampu dibedakan menjadi dua , yakni :
a) Menurut PSAK no.14 (2007)
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan sebuah
jumlah aktiva berwujud yang menyanggupi patokan (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan yakni aktiva:
a) tersedia untuk dijual dalam acara usaha wajar .
b) dalam proses bikinan dan atau perjalanan atau
c) dalam bentuk materi (atau peralatan) untuk digunakan dalam proses buatan
b) Menurut jenis perusahaan
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis perjuangan perusahaan tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang ialah aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang mampu diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya pembagian terstruktur mengenai persediaan yang berlainan antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur yaitu karena fungsi dua perusahaan itu memang berlainan. Fungsi perusahaan jual beli adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pembuatan seandainya terjadi pembuatan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau santunan bungkus biar barang lebih mempesona selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur yakni mengolah materi mentah menjadi produk tamat.
C. Sistem pencatatan persediaan
Untuk dapat memutuskan nilai persediaan pada simpulan era dan memutuskan ongkos persediaan selama satu era, tata cara persediaan yang digunakan yakni:
1. Sistem Periodik (physical) adalah pada setiap selesai masa dilakukan perhitungan secara phisik untuk memilih jumlah persediaan simpulan. Perhitungan tersebut mencakup pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu kala untuk lalu dikalikan dengan sebuah tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan tata cara periodik umumnya mempunyai karakteristik persediaan yang beragam tetapi nilainya relatif kecil. Sebagai gambaran yaitu kios majalah di suatu pusat perkantoran dan pertokoan yang memasarkan banyak sekali jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan bervariasi tetapi nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien kalau mesti mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil tetapi frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian bekerjsama pada saat ini argumentasi tersebut mampu diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
1. Sistem Permanen (Perpetual), yakni melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun pemasaran. Sistem perpetual ini kerap kali digunakan dalam hal persediaan mempunyai nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada sebuah waktu sehingga perusahaan dapat menertibkan pemesanan kembali persediaan pada ketika meraih jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronika (mesin basuh, kulkas, microwave).
Perbedaan penggunaan kedua tata cara adalah pada akun yang dipakai untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir kala akan dikerjakan adaptasi untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir kala.
D. Metode dalam penentuan nilai persediaan
Metode yang mampu kita pergunakan. Yaitu : 1. Metode FIFO 2. Metode LIFO 3.Metode rata-rata 4.Metode kenali khusus.
1. Metode FIFO ( First In First Out )
Dalam tata cara ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual apalagi dulu. Kaprikornus harga barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.
2. Metode LIFO ( Last In First Out )
Metode ini ialah kebalikan dari sistem yang pertama disebutkan diatas. Kaprikornus barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih ada di persediaan kita ialah barang-barang yang pertama kali kita beli.
3. Metode rata-rata ( Average Method )
Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dijumlah berdasarkan harga rata-rata pembelian. Dalam sistem ini terdapat dua cara penghitungan yang berbeda.
a. Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata diputuskan dari rata-rata harga beli barang secara global.
b. Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.
4. Metode idetifikasi khusus.
Dalam sistem ini evaluasi barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah terperinci darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh saat pembelian barang tersebut.
SISTEM PENILAIAN PERSEDIAAN
A. PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM FISIK ( PEREODIK)
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada final era berdasarkan system pisik
yaitu selaku berikut :
· Metode MPKP ( FIFO )
Dalam metode ini, barang yang lebih dahulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan simpulan barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
· Metode MPKP ( LIFO )
Dalam sistem ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dahulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan final terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih permulaan. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung menurut pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada permulaan, sesuai dengan jumlah unitnya.
· Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi arahan / tanda pengenal yang memberikan harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada sistem ini telah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk mengenali jumlah atau nilai persediaan pada selesai periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang tersebut.
· Metode RataRata
a. Metode RataRata Sederhana
Dalam sistem ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan permulaan dengan frekwensi pembelian dan persediaan awal abad.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam tata cara ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual yaitu jumlah persediaan permulaan ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut
B. PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM PERPETUAL
Dalam tata cara perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan. Metode evaluasi persediaan digunakan pada ketika terjadi transaksi pemasaran, dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang menampung kuantitas, harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu persediaan tersebut selaku buku pembantu untuk tiap macam barang dipakai atau yang dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak 15.
Metode evaluasi persediaan dalam pencatatan secara perpetual selaku berikut :
1. Metode RataRata bergerak ( Moving Average )
Dalam sistem ini, harga beli ratarata dijumlah setiap terjadi transaksi pembelian. Harga pokok pemasaran per satuan didasarkan pada harga ratarata pada ketika terjadi transaksi penjualan.
2. Metode FIFO
Metode ini berasumsi barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga. Perbedaanya yaitu dalam sistem perpetual perkiraan harga pokok dilaksanakan pada saat terjadi pemasaran.
3. Metode LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dulu. Harga pokok dijumlah pada dikala terjadi pemasaran
Metode yang mampu dipakai dalam keterkaitannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yakni:
1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)
2. Metode Perpetual.
Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sungguh tergantung dari kontrakyang disepakati oleh pedagang dan pembeli. 2 syarat tersebut yaitu (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua barang yang berada di gudang/toko mampu diakui menjadi milik perusahaan, contohnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual mesti dicantumkan di Neraca.
Sistem pencatatan (manajemen) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik (periodic inventory system), menurut tata cara ini persediaan diputuskan dengan melaksanakan menghitung fisik terhadap persediaan.