Makalah Menurunnya Kesehatan Penduduk

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan bab penting dari kemakmuran masyarakat. Kesehatan juga ialah salah satu kebutuhan dasar manusia disamping sandang, pangan, dan papan. Dengan berkembang nya pelayanan kesehatan saat kini ini, mengetahui etika kesehatan ialah bab dari kemakmuran masyarakat. Memahami adab kesehatan ialah tuntutan yang dipandang kian perlu, karena budbahasa kesehatan membicarakan perihal tata akhlak dokter dalam melakukan profesi, terutama yang berkaitan dengan pasien.
Sejarah kemajuan pendidikan di dunia kesehatan memang sejak permulaan didominasi oleh upaya pengobatan sehingga banyak dikenal biasanya di bidang medis (kedokteran) dengan profesi-profesi medis dan paramedis, seperti dokter, perawat dan bidan. Sejalan dengan itu, banyak timbul pendidikan yang melahirkan profesi tersebut. Di Indonesia lumayan banyak di buka fakultas kedokteran di beberapa perguruan tinggi tinggi, sekolah tinggi-perguruan keperawatan dan kebidanan. Bidang kesehatan lain yang lalu berkembang sungguh pesat saat ini adalah bidang kesehatan masyarakat.
Kesehatan penduduk ialah ilmu dan seni menghalangi penyakit, memperpanjang hidup, dan mengembangkan kesehatan lewat pengorganisasian penduduk untuk perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan kesehatan dan sebagainya (Winslow, 1920). Meskipun batas-batas kesehatan masyarakat (public health) ini sudah dirumuskan oleh Winslow seabad yang lalu, namun hingga ketika ini batasan tersebut masih relevan. Inti dari rumusan dilema ini adalah kesehatan penduduk mempuyai dua aspek, adalah : keilmuan (science), teori dan seni (art), atau aplikasinya.
Oleh karena itu, kesehatan masyarakat bukan hanya mengatakan atau berteori wacana penyakit dan penyebarannya (epidemiologi), ihwal gizi kuliner, ihwal kesehatan lingkungan, ihwal ilmu perilaku dan pendidikan, tetapi juga bagaimana aplikasi atau penerapan teori-teori tersebut dalam mengatasi persoalan-dilema kesehatan masyarakat dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Banyak problem-masalah kesehatan yang ada saat ini terkait menurunnya Kesehatan Masyarakat .Hal inilah yang melatar belakangi  disusunnya makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut yang menjadi rumusan dilema dalam makalah ini adalah:
1.      Apa yang menyebabkan menurunnya kesehatan masyarakat?
2.      Apa Upaya Pemerintah dalam mengatasi masalah menurunnya kesehatan masyarakat?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Memahami Penyebab menurunnya kesehatan masyarakat.
2.      Memahami Upaya Pemerintah dalam mengatasi persoalan menurunnya kesehatan masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Kesehatan Masyarakat
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,  spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan irit´ (Pasal 1 butir 1 UU No. 36 Tahun 2009)
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan mengembangkan kesehatan masyarakat melalui perjuangan-usaha pengorganisasian penduduk .
Dari batasan kedua di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari cuma memiliki masalah sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan hingga dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
Kesehatan penduduk ialah ilmu dan seni (tips/art) untuk :
1.      menghalangi penyakit
2.      memperpanjang cita-cita hidup, dan
3.      memajukan kesehatan dan efisiensi penduduk lewat perjuangan masyarakat yang terorganisir untuk :
a.       sanitasi lingkungan
b.      pengendalian penyakit menular
c.       pendidikan hygiene perseorangan
d.      mengorganisir pelayanan media dan perawatan biar mampu dikerjakan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, serta
e.       membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati patokan kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan. Dengan demikian, setiap warga negara dapat menyadari haknya atas kehidupan yang sehat dan panjang (Winslow, 1920)
B.     Tujuan derajat kesehatan penduduk
Guna menilai keberhasilan pembangunan kesehatan maupun selaku dasar dalam menyusun planning untuk periode yang akan tiba mutlak dibutuhkan analisa suasana derajat kesehatan tersebut. Dalam analisa sejauh mungkin diungkapkan tentang aspek-faktor mirip lingkungan, perilaku dan upaya pelayanan kesehatan yang menghipnotis derajat kesehatan penduduk dan penyebaran berdasarkan waktu, tempat kejadian sehingga mampu dibentuk pula kecenderungan untuk abad yang hendak tiba
1.      Tujuan perjuangan Kesehatan Masyarakat adalah agar setiap warga masyarakat mampu meraih derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun sosialnya serta dibutuhkan berumur panjang.
Tujuan Kesehatan Masyarakat
a.       Tujuan Umum :
Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat, terberantasnya penyakit menular, meningkatnya pengetahuan masyarakat perihal prinsip-prinsip kesehatan perseorangan, tersedianya aneka macam perjuangan keseehatan yang diperlukan masyarakat yang terorganisir dan terlibatnya badan-badan kemasyarakatan dalam usaha kesehatan.
b.      Tujuan Akhir :
Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk mencapai suatu derajat hidup yang cukup guna untuk menjaga kesehatan.
C.    Prinsip derajat kesehatan penduduk
Agar perjuangan kesehatan masyarakat mampu terlaksana dengan baik maka ada beberapa prinsip pokok yang mesti tercukupi, yakni:
1.      Usaha Kesehatan Masyarakat lebih memprioritaskan tindakan pencegahan (preventif) daripada pengobatan (kuratif).
2.      Dalam melakukan tindakan pencegahan senantiasa memakai cara-cara yang ringan ongkos dan berhasil guna.
3.      Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitikberatkan pada masyarakat, baik selaku pelaku (subyek) dan target (obyek) atau dengan kata lain sebuah perjuangan dari, oleh dan untuk penduduk .
4.      Dalam melibatkan masyarakat selaku pelaku maka target yang diutamakan ialah masyarakat yang terstruktur.
5.      Ruang lingkup perjuangan lebih mengutamakan problem-persoalan kesehatan kemasyarakatan ketimbang kesehatan perorangan alasannya adalah jika tidak diatasi dengan segera mampu mengancam kesehatan dan keselamatan penduduk luas.
D.    Prinsip-Prinsip Kesehatan Masyarakat 
Agar perjuangan kesehatan penduduk mampu terealisasi dengan baik ada beberapa prinsip pokok yang mesti terpenuhi, adalah :
1.      Usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan pencegahan (preventif)
    dibandingkan dengan pengobatan (kuratif).
2.      Dalam melaksanakan melaksanakan tindakan pencegahan senantiasa memakai cara-cara yang ringan biaya dan sukses baik
3.      Melaksanakan kegiatannya lebih menitik beratkan kepada penduduk .
4.      Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan yaitu penduduk yang terorganisir.
5.      Lebih memprioritaskan dilema kesehatan masyarakat yang bila tidak secepatnya terselesaikan akan menyebabkan malapetaka. 
6.      Indikator derajat kesehaatan masyarakat
E.     Indikator derajat kesehatan penduduk
secara lazim dapat dilihat dari :
1.      Umur impian hidup (Life expectations) : Umur harapan hidup diperlukan berkembangpada tahun 1980 umur 50 tahun, pada tahun 2000 menjadi sedikitnya berumur 60 tahun.
2.      Angka akhir hayat bayi (infant mortality) dan balita menurun : PADA tahun 1980, angka maut bayi sekitar 100/1000 kelahiran hidup, maka dibutuhkan pada tahun 2000 menjadi setinggi-tingginya 45/1000 kelahiran hidup. Angka akhir hayat balita menurun dari 40/1000 balita saat ini menjadi setinggi-tingginya 15/1000 balita di kala yang hendak tiba.
3.      Tingkat kecerdasan penduduk : Hal ini mampu diukur dengan tingkat pendidikan gologngan perempuan diharapkan meningkat dengan penurunan angka buta abjad dari sekitar 50 % pada tahun 1977 menjadi sekitar 25 % pada tahun 2000.
4.      Bayi lahir : Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan berat badang 2500 gram atau yang kurang yang dewasa ini ialah sekitar 14 % diharapkan akan turun menjadi setinggi-tingginya 7% pada masa yang mau datang
5.      Angka kesakitan (Morbiditas)
F.     Masalah Kesehatan Lingkungan penduduk
1.      Urbanisasi Penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan masyarakatdalam jumlah banyak dari desa ke kota. Lahan pertanian yang kian menyusut utamanya di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan menimbulkan masyarakatdesa berbondong-bondong tiba ke kota besar mencari pekerjaan selaku pekerja garang mirip pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa efek sosial dan efek kesehatan lingkungan, mirip hadirnya permukiman kumuh dimana-mana.
2.      Tempat Pembuangan Sampah
Di hampir setiap daerah di Indonesia, metode pembuangan sampah dilaksanakan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga mengakibatkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat menjadi kawasan berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit menular.
3.      Penyediaan Sarana Air Bersih
Berdasarkan survei yang pernah dilaksanakan, hanya sekitar 60% masyarakatIndonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, khususnya untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila tiba animo kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai timbul di mana-mana.
4.      Pencemaran Udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melampaui nilai ambang batas normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, nyaris setiap tahun asap tebal mencakup wilayah nusantara bahkan hingga ke negara tetangga balasan pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.
5.      Pembuangan Limbah Industri dan Rumah Tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang eksklusif dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau maritim, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melaksanakan acara MCK di bantaran sungai. Akibatnya, mutu air sungai menurun dan jika di-gunakan untuk air baku membutuhkan biaya yang tinggi.
6.      Bencana Alam/Pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di Indonesia menimbulkan penduduk mengungsi yang tentunya memperbesar banyak persoalan kesehatan lingkungan.
7.      Perencanaan Tata Kota dan Kebijakan Pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah kadang kala menimbulkan problem gres bagi kesehatan lingkungan. Contoh, perlindungan izin tempat permukinan, gedung atau kawasan industri gres tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan mampu menimbulkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain.
Perubahan persoalan kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa :
1.      Transisi demografi, contohnya mendorong peningkatan usia keinginan hidup yang mengembangkan proporsi kelompok usia lanjut sementara dilema bayi dan BALITA tetap menggantung.
2.      Transisi epidemiologi, mengakibatkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3.      Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang diikuti dengan gizi lebih.
4.      Transisi sikap, menenteng penduduk beralih dari perilaku tradisional  menjadi modern yang condong menjinjing resiko.
G.    Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan Masyarakat
1.      Faktor Lingkungan
a.      Kurangnya tugas serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan (duduk perkara-problem kesehatan).
b.      Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.
2.      Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia
a.       Masih banyak kejadian atau kebiasaan penduduk yang selalu merugikan dan membahayakan kesehatan mereka.
b.      Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.
3.      Faktor Social Ekonomi
a.       Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah.
b.      Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehatbelum merata ke sebagian masyarakatIndonesia.
c.      Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan memprihatinkan.
4.      Faktor Pelayanan Kesehatan
a.      Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian propinsi di Indonesia yang belum menerima pelayanan kesehatan optimal dan belum merata.
b.      Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya kuratif.
c.      Sarana dan prasarana belum mampu menunjang pelayanan kesehatan.
H.    Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.
1.      Paradigma Baru Kesehatan
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan mempunyai arti dalam rancangan sehat serta mempunyai makna tersendiri bagi para hebat kesehatan penduduk di dunia tahun 1994 dianggap sebagai menunjukan dimulainya periode kebangkitan kesehatan penduduk gres, karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi intensif yang berukuran nasional dan internasional tentang karakteristik, desain dan sistem untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saitama (1991) para mahir kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
a.      Transisi epidemiologi pergantian angka kesakitan dan maut yang semula disebabkan oleh penyakit abses ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.
b.      Batasan perihal sehat dari keadaan atau keadaan ke alat/fasilitas .
c.      Makin jelasnya pengertian kita perihal aspek-faktor yang menghipnotis kesehatan penduduk.
2.      Upaya Kesehatan
Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka untuk menyongsong PJP-II program kesehatan yang diharapkan adalah acara kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang memiliki versi-versi training kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diperlukan mampu menjawab tantangan sekaligus menyanggupi PJP-II. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.      Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun mendatang.
b.      Meningkatkan produktivitas sumber daya insan yang ada.
c.      Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.
d.      Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e.      Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk meraih kesempatankesehatannya secara penuh (kenaikan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) semoga lebih tahan kepada penyakit.
f.       Pencegahan penyakit lewat imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi penduduk dari pencemaran.
g.      Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta pemberian penduduk terhadap dampak lingkungan buruk (melalui pergeseran perilaku)
h.      Penggerakan tugas serta penduduk .
i.        Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat mampu hidup dan bekerja secara sehat.
j.        Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
k.      Pengembangan kebijakan yang mampu memberi santunan pada kepentingan kesehatan penduduk luas (tidak merokok di daerah lazim).
l.        Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
3.      Kebijakan Kesehatan Baru
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif dibutuhkan ialah titik balik kebijakan Depkes dalam mengatasi kesehatan masyarakatyang mempunyai arti program kesehatan yang menitikberatkan pada training kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit. Thomas Kuha menyatakan bahwa nyaris setiap terobosan gres perlu didahului dengan perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir yang lama.
4.      Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma kesehatan kalau dijalankan mampu menenteng efek yang cukup luas. Hal itu disebabkan alasannya pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, akomodasi pelayanan kesehatan yang ada, adalah ialah wahana dan fasilitas penunjang dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit, maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi pada upaya promotif-preventif proaktif, community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan penduduk , maka semua wahana tenaga dan fasilitas yang ada kini perlu dilaksanakan pembiasaan atau bahkan reformasi termasuk reformasi acara dan acara di sentra penyuluhan kesehatan.
5.      Indikator Kesehatan
WHO menyarankan semoga sebagai indikator kesehatan penduduk mesti mengacu pada empat hal sebagai berikut :
a.      Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang
b.      Mengukur kesanggupan fisik
c.      Penilaian atas kesehatan sendiri
d.      Indeks massa badan
6.      Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit yakni sungguh penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan training bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan dijalankan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individu.
a.      Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pelatihan dan pemberdayaan masyarakat yang sungguh penting yakni bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk mampu kepincut dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
7.      Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya yaitu persoalan politik oleh alasannya itu untuk memecahkan masalah kesehatan diharapkan janji politik. Dewasa ini masih terasa adanya fikiran bahwa bagian kesehatan masyarakattidak banyak berperan kepada pembangunan sosial ekonomi.
I.        Upaya Pemerintah menanggulangi menurunnya Kesehatan Msyarakat
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dari tahun ke tahun meningkat, walaupun ketika ini Indonesia masih berada pada ranking 108 dari 187 negara di dunia. Pembangunan insan pada dasarnya ialah upaya untuk memanusiakan insan kembali. Adapun upaya yang dapat ditempuh harus dipusatkan pada seluruh proses kehidupan insan itu sendiri, mulai dari bayi dengan pemberian ASI dan imunisasi sampai lanjut usia, dengan memberikan jaminan sosial. Kebutuhan-keperluan pada setiap tahap kehidupan mesti tercukupi agar dapat meraih kehidupan yang lebih bermartabat.
Seluruh proses ini mesti ditunjang dengan ketersediaan pangan, air higienis, sanitasi, energi dan jalan masuk ke kemudahan kesehatan dan pendidikan, terperinci Menkes Prof. Dr. dr. Nila F. Moeleok, Sp.M(K) ketika Jumpa Pers Awal Tahun wacana program kerja Kemenkes, di Jakarta (3/2).
Dalam rangka mendorong pembangunan manusia secara menyeluruh, perlu perhatian pada kesehatan semenjak dini atau sejak Balita. Kita lihat bahwa sangat penting untuk melaksanakan investasi yang sempurna waktu biar perkembangan otak anak hingga usia 5 tahun mampu berjalan dengan baik, untuk menyingkir dari loss generation, terang Menkes. 
Ditegaskan, salah satu ancaman serius kepada pembangunan kesehatan, utamanya pada mutu generasi mendatang, ialah stunting. Dimana rata-rata angka stunting di Indonesia sebesar 37.2%. Menurut kriteria WHO, persentase ini tergolong kategori berat.
Menkes juga mencermati angka kejadian pernikahan dini yang masih cukup tinggi dan kerentanan cukup umur pada perilaku seks berisiko serta HIV/AIDS utamanya pada kelompok usia produktif.
Kematian ibu juga menjadi tantangan dari waktu ke waktu. Ada aneka macam penyebab kematian ini baik penyebab pribadi maupun tidak langsung, maupun aspek penyebab yang bantu-membantu berada di luar bidang kesehatan itu sendiri, seperti infrastruktur, ketersedian air higienis, transportasi, dan nilai-nilai budaya. Faktor-aspek non-kesehatan inilah yang justru memperlihatkan efek besar alasannya dapat menentukan sukses tidaknya  upaya penurunan angka ajal ibu, ungkap Menkes.Guna meminimalisir pengaruh kesehatan mirip contoh di atas, Kemenkes mengadakan Program Indonesia Sehat sebagai upaya merealisasikan penduduk Indonesia yang bertingkah sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu meraih pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk meraih derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Program Indonesia Sehat terdiri atas 1) Paradigma Sehat; 2) Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer; dan 3) Jaminan Kesehatan Nasional. Ketiganya akan dijalankan dengan menerapkan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko  (health risk).
Paradigma sehat menyasar pada 1) penentu kebijakan pada lintas sektor, untuk  mengamati pengaruh kesehatan dari kebijakan yang diambil baik di hulu maupun di hilir, 2) Tenaga kesehatan, yang mengupayakan agar orang sehat tetap sehat atau tidak menjadi sakit, orang sakit menjadi sehat dan orang sakit tidak menjadi lebih sakit; 3) Institusi Kesehatan, yang dibutuhkan penerapan persyaratan kualitas dan tolok ukur tarif dalam pelayanan kepada penduduk , serta 4) Masyarakat, yang merasa kesehatan ialah harta berharga yang harus dijaga. 
Kementerian Kesehatan akan melaksanakan penguatan pelayanan kesehatan untuk tahun 2015-2019. Penguatan dijalankan meliputi 1) Kesiapan 6.000 Puskesmas di 6 regional; 2) Terbentuknya 14 RS Rujukan Nasional; serta Terbentuknya 184 RS Rujukan regional.
Khusus untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, di berdiri RS kelas D Pratama dengan kapasitas 50 Tempat Tidur untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan tumpuan. Pada regional Papua akan diresmikan 13 Rumah Sakit Pratama. Sementara pada Regional Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi akan didirikan 55 Rumah Sakit Pratama.
Menkes menjelaskan, Kementerian Kesehatan telah melakukan implementasi e-catalogue pada pengadaan obat dan alat kesehatan di lingkup Satuan Kerja Pemerintah. Hal ini telah dimulai semenjak tahun 2013 untuk obat, dan permulaan tahun 2014 untuk alkes. Ini merupakan wujud positif tindak lanjut kode Presiden RI agar pengadaan barang/jasa di lingkup Pemerintah dilaksanakan secara elektronik.
Kartu Indonesia Sehat (KIS)
KIS yang diluncurkan tanggal 3 November 2014 merupakan wujud acara Indonesia Sehat di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi. Program ini 1) menjamin dan memutuskan penduduk kurang mampu untuk menerima manfaat pelayanan kesehatan seperti yang dikerjakan lewat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan; 2) ekspansi cakupan PBI termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Bayi Baru Lahir dari peserta Penerima PBI; serta 3) Memberikan komplemen Manfaat berbentuklayanan preventif, promotif dan deteksi dini dilakukan lebih intensif dan terintegrasi. 
Pertemuan Antar Menteri 
Dalam mensinergikan program kesehatan dengan program pembangunan di kementerian lain, Menteri Kesehatan telah melakukan beberapa konferensi dengan Menteri Kebinet Kerja. Pertemuan dilakukan semenjak selesai tahun 2014 dan masih berlangsung hingga dikala ini. 
Tanggal 23 Desember 2014 Menkes bertemu dengan Mendagri. Ini merupakan pertemuan pertama antar Menteri Kabinet Kerja. Hasil konferensi kedua Menteri ialah Mensosialisasikan JKN melalui perkumpulan kepala kawasan; Memperkuat pembekalan teamwork Nakes yang mau diposisikan di tempat untuk menyeimbangkan pelayanan promotif-preventif dan kuratif-rehabilitatif; Memperbanyak Puskesmas Bergerak untuk pelayanan kesehatan di tempat terpencil; Prioritas pembangunan Puskesmas di 50 daerah; Membuat surat edaran terhadap kepala daerah untuk mendukung peraturan pemerintah terkait Standar Pelayanan Mutu (SPM) bidang kesehatan; dan Integrasi data administrasi kependudukan. 
Tanggal 31 Desember 2014 Menkes berjumpa dengan Menkominfo. Hasil pertemuan menyepakati Penguatan SPGDT dengan layanan satu nomor panggil 119 serta Pelaksanaan assessment oleh Kemenkominfo kepada banyak sekali aplikasi yang ada di Kemenkes.
Pada tanggal 2 Januari 2015 Menkes melaksanakan rapat koordinasi dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Hasil konferensi yakni Menyiapkan infrastruktur pendukung (bangunan fisik, jalan, air higienis, sarana komunikasi); Sistem keselamatan secara khusus untuk daerah perbatasan terkait dengan pergerakan insan, hewan, barang, penyakit; dan Khusus untuk kawasan transmigrasi gres menimbang-nimbang juga bidang perjuangan kecil yang terjamin dan sehat
Tanggal 5 Januari 2015, Menkes berjumpa dengan Menteri Perdagangan. Hasil konferensi yakni Mempromosikan jamu selaku warisan budaya Indonesia baik di dalam negeri maupun mancanegara; Mendukung dukungan masyarakat untuk produk kuliner import; Mendukung pengaturan bahan berbahaya untuk kuliner dan minuman; Meningkatkan koordinasi  jual beli barang dan jasa dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pada tanggal 8 Januari 2015 Menkes melakukan Rapat Koordinasi dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dengan hasil yakni Membangun jalan masuk masyarakat ke akomodasi pelayanan Kesehatan Primer; Meningkatkan pembangunan saranan air bersih dan sanitasi untuk masyarakat; Membangun perumahan untuk tenaga kesehatan; Mengintegrasikan  pembangunan daerah kumal dengan acara Kesehatan (Air bersih, STBM dan PHBS); dan Target kolaborasi dilaksanakan dalam 5 tahun ke depan,
Tanggal 27 Januari 2015 Menkes  bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Adapun hasil konferensi yaitu Menyusun materi PHBS untuk guru selaku agent of change; Merevitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); Menghidupkan kembali program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) lewat gerakan sarapan pagi; Membangun paket aktivitas rutin anak sekolah berupa Membaca, Olah raga, menyanyi lagu tempat dan piket membersihkan lingkungan sekolah; serta Kegiatan akan dimulai dengan tahun fatwa baru 2015/2016: Menyusun peraturan wacana pendirian Sekolah Menengah kejuruan dan bidang penjurusannya.
Nusantara Sehat (NS)
Sebagai bab dari penguatan pelayanan kesehatan primer untuk mewujudkan Indonesia Sehat Kemenkes membentuk acara Nusantara Sehat (NS). Di dalam acara ini dilaksanakan peningkatan jumlah, sebaran, komposisi dan mutu Nakes berbasis pada tim yang mempunyai latar belakang berlawanan mulai dari dokter, perawat dan Nakes lainnya (pendekatan Team Based). Program NS tidak hanya berkonsentrasi pada aktivitas kuratif namun juga pada promitif dan prefentif untuk mengamankan kesehatan masyarakatdan daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita membangun dari pinggiran.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masalah kesehatan yang terjadi didalam negeri ini yakni duduk perkara kesehatan penduduk . Menurunnya duduk perkara kesehatan diakibatkan banyak sekali juga diakibatkan kebijakan pemerintah mengenai kesehatan. Masalah-Masalah kebijakan seperti nilai, keperluan atau potensi yang belum terpenuhi, tetapi mampu diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan persoalan tergantung pada nilai dan keperluan apa yang dipandang paling penting.
Masalah Kesehatan Masyarakat ialah multikausal Oleh karena itu, kesehatan penduduk sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik eksklusif maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) yaitu upaya kesehatan masyarakat.
B.     Saran
1.      Perlunya kesadaran penduduk dalam memelihara diri dari banyak sekali ancaman kesehatan yang berawal dari lingkungan sekitar.
2.      Kebijakan Pemerintah yang hendaknya menunjukkan kemudahan serta terusan kepada penanganan ancaman kesehatan.
3.      Seluruh pihak perlu aktif dalam pencegahan masalah acara menurunkan penyebab kesehatan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer (Puskesmas)
Iqbal Mubarak,Wahit(2005), Pengantar Keperawatan Komunitas,Penerbit Sagung Seto
Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 ihwal Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Nasution, Siti Khadijah.2009. Artikel Kesehatan. Medan : Fakultas Kesehatan  Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2008. ”Kesehatan Masyarakat: ilmu dan seni”.    Jakarta: Rineka Cipta.
http://www.anneahira.com/pemasukan-perkapita-negara-asean.htm.
http://www.depkes.go.id/article/print/15020400002/acara-indonesia-sehat-untuk-atasi-masalah-kesehatan.html
http://www.tempo.com/2012/03/07/mentri-kordinator-bidang-kesejahteraan-rakyat.
https://ekaliliskurniawati.weebly.com/kuliah-pakar/derajat-kesehatan-masyarakat