KERUSAKAN TERUMBU KARANG DAN SOLUSI PENANGGULANGANNYA
Abtrak
Indonesia yaitu salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai 81.000 km. Dari sisi keragaman hayati, Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan hayati maritim paling besar. Terumbu karang ialah sebuah ekosistem yang dibangun utamanya oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang kerikil dan alga berkapur. Terumbu karang dapat dijadikan parameter kondisi lingkungan di perairan. Pada saat ini kelangsungan hidup dan kelasterian organisme ini mulai terancam alasannya aneka macam aspek diantaranya proses sedimentasi, penangkapan dengan bahan peledak dan sianida, fatwa drainase, pengumpulan dan pengerukan, pencemaran air, pengelolaan kawasan rekerasi maritim yang tidak profesional dan pemanasan global. Namun kerusakan yang terjadi dapat di cegah dan dikandalikan dengan itikad baik dan dengan proses zonasi dan rehabilitasi
Abstack
Indonseia is the biger one of the most archipelago country in the world with boundaries about 81.000 Km. Indonesia have much varety which live in the sea. Coral reef is a ecosystem are developed by organisme of sea which product lime. Coral reef referable to parameter of environment’s condition. A certain time, this organism have been attacked by human activity such as sedimentation, substance of blaster and sianida, dredging, water pollutions and global warming. However this damaged can preventable by zonasi and rehabilitation.
I. PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Indonesia ialah negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang nomor dua sehabis Kanada yaitu 81.000 km. Luas wilayah teritorial Indonesia yang sebesar 7,1 juta km2 didominasi oleh wilayah maritim yakni kurang lebih 5,4 juta km2. Sebagai negara kepulauan paling besar dan secara geografis terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, keanekaragaman hayati bahari Indonesia tak tehitung jumlahnya. Terumbu karang Indonesia sungguh bervariasi dan memegang peranan yang sungguh penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik pada garis pantai tetangga sekitarnya.(Pujiatmoko, 2009)
Dengan kesempatanfisik sebesar ini, Indonesia dikaruniai pula dengan sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar. Dari segi keragaman hayati, Indonesia diketahui sebagai negara dengan kekayaan hayati kelautan terbesar. Dalam hal ekosistem terumbu karang (coral reefs) misalnya, Indonesia diketahui selaku salah satu penyumbang kekayaan hayati terumbu karang terbesar di dunia. Dengan luas total sebesar 50.875 km2, maka 51 % terumbu karang di daerah Asia Tenggara dan 18 % terumbu karang di dunia, berada di wilayah perairan Indonesia.(Dahuri R, Rais Y, Putra S, G, Sitepu, M.J, 2001)
Wilayah pesisir merupakan sumber daya berpotensi di Indonsia, yang ialah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sungguh besar disokong oleh adanya garis pantai sepanjang sekita 81.000 km (Dahuri et al, 2001). Garis pantai yang panjang menyimpan peluangkekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya peluanghayati dan non hayati. Patensi hayati semisal perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang. Potensi non hayati contohnya mineral dan materi tambang serta pariwisata.
Terumbu karang (coral reefs) yakni sebuah ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun khususnya oleh biota maritim penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang watu dan algae berkapur. Ekosistem terumbu karang menpunyai manfaat yang bermacam-macam. Yakni selaku tempat hidup bagi berbagai biota bahari tropis lainnya sehingg terumbu karang memiliki keanekaragaman jenis biota sungguh tinggi dan sungguh produktif, dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber bahan kuliner dan kawasan tujuan wisata. Selain itu juga dari segi ekologi terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak.
Keberadaan terumbu karang sangat sensitif kepada dampak lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakn terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik , biologi dan klarena aktivita s manusia.
Isu-gosip rusaknya sumberdaya alam perikanan dan kelautan pun sudah lama dimengerti. Hasil studi memperlihatkan bahwa kerusakan terumbu karang di Indonesia sudah hingga pada tahap mencemaskan. Hampir 51 % daerah terumbu karang yang terancam di Asia Tenggara berada di Indonesia, disusul sebesar 20 % di Filipina. Oleh sebab itu mesti dilindungi dan dikembangkan secara terus menerus baik untuk kepentingan generasi kini maupun generasi mendatang.
Menyikapi permaslahan diatas, penulis mencoba untuk mencari penyelesaian terbaik dalam pengelolaan sumber daya alam kuhusunya terumbu karang yang ada di Indonesia.
1.2 Tujuan
- Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui aspek-faktor yang dapat menimbulkan rusak nya terumbu karang di perairan Indonesia.
- Untuk mengenali penyelesaian baik dalam bentuk tindakan maupun kebijakan tepat dalam mempertahankan kelestarian terumbu karang
1.3 Manfaat Penelitian
- Sebagai informasi terhadap penduduk ihwal faktor-faktor apa saja yang mampu merusak kelestarian terumbu karang
- Agar penduduk dapat melaksanakan langkah-langkah yang lestari dalam pemanfaatan terumbu karang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TERUMBU KARANG
Ekosistem terumbu karang yaitu salah satu ekosistem subur yang terdapat di bahari. Ekosistem ini di bentuk oleh komunitas karang dan banyak sekali biota laut yang berasosiasi dengan karang. Dalam hal penilaian terhadap terhadap keadaan ekosistem terumbun karang persyaratan yang dikembangkan berupa tutupan.
Terumbu karang merupakan rumah bagi ribuan binatang dan flora yang memiliki nilai irit tinggi, berbagai jenis hewan bahari mencari makan dan berlindung di ekosistem tersebut. Pada kondisi yang sangat maksimal, terumbu karang menyediakan ikan-ikan dan molusca sampai mencapai jumlah sekitar 10 – 30 ton/km2 per tahunnya (Hanggono, A., Bambang K., Suhud, Rasjid A., dan Murad S, 2001). Ekosistem ini ialah sumber plasma nuftah bagi makhluk hidup baik di era kini maupun di kala yang hendak tiba. Selain itu, terumbu karang ialah laboratorium alam yang sangat unik untuk berbagai observasi yang mampu mengungkapkan inovasi yang sungguh berkhasiat bagi kehidupan manusia. Keindahannya mampu menjadi sumber devisa pariwisata bagi pemerintah setempat, sehingga mampu memperbesar penghasilan insan, terutama bagi penduduk pesisir.
Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), mempunyai kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi banyak sekali jenis hewan karang keras. Kalsium Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang (filum Scnedaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga berkapur, dan organisme lain yang mengeluarkan CaCO3 (Guilcher, 1988).
Di dunia terdapat dua kelompok karang ialah karang hermatifik dan karang ahermatifik. Perbedaannya terletak pada kemampuan karang hermatifik dalam menciptakan terumbu. Kemampuan ini disebabkan adanya sel-sel tanaman yang bersimbiosis dalam jaringan karang hermatifik. Sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Karang hermatifik hanya didapatkan di kawasan tropis, sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia (Guilcher, 1988). Dengan kata lain Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki kedua jenis golongan ini. Komunitas terumbu karang di Indonesia tercatat seluas lebih dari 20.000km2 yang meliputi karang hidup, karang mati, lamun, dan pasir (COREMAP, 2002).
Arah kemajuan terumbu organik dikontrol oleh keseimbangan ketiga faktor yaitu hidrologis, batimetris, dan biologis. Jika ketiga aspek sepadan, terumbu meningkat secara radial dan akan terbentuk terumbu paparan dan kalau kemajuan ini berlanjut akan terbentuk terumbu pelataran bergoba. Namun jikalau perkembangan radial dibatasi oleh keadaan batimetri akan terbentuk terumbu paparan lonjong. Terumbu yang terakhir ini tidak membentuk lagun yang benar dan depresi menyudut merupakan penyebaran pasir. Sedangkan terumbu paparan dinding terbentuk pada kondisi batimetris dan hidrologis tidak simetris, di mana perkembangan terumbu terbatas pada satu atau dua arah. Kondisi ini akan menghasilkan perkembangan terumbu secara linier, dan membentuk terumbu dinding berupa terumbu dinding tanduk dan terumbu dinding garpu. Terbentuknya terumbu dinding garpu ini memberikan adanya arus pasang surut yang kuat. (Zuidam, 1985).
Terumbu karang mampu meningkat dan membentuk sebuah pulau kecil. Dari lima jenis pulau yaitu Pulau Benua (Continental Islands), Pulau Vulkanik (Volcanic Islands), Pulau Daratan Rendah (Low Islands) , Pulau Karang Timbul (Raised Coral Islands), dan Pulau Atol (Atolls), dua yang terakhir terbentuk dari terumbu karang. Di sisi lain, dari sepuluh jenis bentuk lahan (Zuidam, 1985), terumbu karang adalah salah satunya.
Bentuk lahan (landforms) ini yakni bentuk lahan organik yakni berupa binatang. Bentuk lain yang berhubungan dengan terumbu karang ialah bentuklahan karst, yakni terbentuk melalui proses karstifikasi pada batuan kalsium karbonat. Namun bentuk lahan karst ini terbentuk secara alami lewat proses eksogenik dan endogenik dan erlangsung pada skala besar (Thornbury, 1954). Sedangkan terumbu karang terbentuk secara organik dan relatif perlahan sehingga lebih dimungkinkan adanya campur tangan manusia dalam pertumbuhannya. Hasil identifikasi bentuklahan mencerminkan karakteristik fisik lahan dan untuk menerimanya dengan lewat analisis geomorfologis. Geomorfologi adalah studi yang mendeskripsi bentuklahan dan proses-proses yang menciptakan bentuklahan serta mengusut korelasi timbal-balik antara bentuklahan dan proses-proses tersebut dalam susunan keruangan (Zuidam, 1985).
Pulau Karang Timbul yakni pulau yang terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan maritim karena adanya gerakan ke atas (uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar maritim alasannya adalah proses geologi. Pada dikala dasar bahari berada di erat permukaan laut (kurang dari 40 m), terumbu karang mempunyai potensi untuk berkembang dan meningkat di dasar laut yang naik tersebut. Setelah berada di atas permukaan maritim, terumbu karang akan mati dan menyisakan rumahnya dan membentuk pulau karang. Jika proses ini berjalan terus, maka akan terbentuk pulau karang timbul. Pada lazimnya , karang yang muncul ke permukaan bahari berbentuk teras-teras seperti sawah di pegunungan. Proses ini dapat terjadi pada pulau-pulau vulkanik maupun non-vulkanik.
Pulau Atol, yakni pulau (pulau karang) yang berbentuk cincin. Pada lazimnya pulau atol ini yakni pulau vulkanik yang ditumbuhi oleh terumbu karang membentuk terumbu pinggiran (fringing reef), lalu menjelma terumbu penghalang (barrier reef), dan akhirnya berkembang menjadi pulau atol. Proses pembentukan tersebut disebabkan oleh adanya gerakan ke bawah (subsidence) dari pulau vulkanik semula, dan oleh kemajuan vertikal dari terumbu karang (Stoddart, 1975, dalam Retraubun, 2002).
Definisi pulau-pulau kecil yakni pulau dengan luas kurang dari 2000 km2 atau pulau yang memiliki lebar kurang dari 10 km. Jika data karakteristik terumbu karang tersedia dan kebijakan pengelolaan dicanangkan, maka luas terumbu karang yang 20.000km2 mampu memberi manfaat bagi masyarakat nelayan di sekitarnya. Selain itu dimungkinkan terumbu karang akan menjadi pulau kecil. Sedangkan pulau didefinisikan sebagai: an island is a naturally formed area of land surrounded by water, whiich is above water at high tide. Pulau yakni sebuah kawasan daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi oleh air dan senantiasa ada di atas air pada saat air pasang
2.2 Kerusakan Pada Terumbu Karang
Pemanfaatan sumberdaya dan acara pembangunan menimbulkan pengaruh kepada lingkunagan ekosistem pesisir dan pulau – pulau kecil. Dampak tersebut dapat berupa ancaman kepada penurunan populasi, keragaman biota, serta kerusakan ekosistem dan pantai.
Jenis bahaya gangguan sumberdaya alam pesisir di provinsi bengkulu mampu dibedakan dari faktor penyebab yaitu ancaman ekploitasi dan bahaya pencemaran serta kerusakan balasan pembangunan. Ancaman akibat kegiatan ekploitasi meyebabkan degradasi beberapa sumber daya alam diantaranya kerusakan terumbu karang, penurunan populasi ikan,penghematan habitat hutan bakau dan padang lamun. Kerusakan terumbu karang dan penurunan ikan karang disebabkan pengboman karang. Penurunan ekosistem bakau disebabkan penebangan pohon dan pembukaan lahan tambak.
Ancaman balasan aktivitas pembangunan berbentukfisik seperti pengerukan dan pengurungan, limbah pencemaran dan konversi lahan.meningkatnya kerusakan terumbu karang , cukup umur ini telah mencemaskan banyak kalangan, alasannya dengan rusaknya terumbu karang akan banayak menghipnotis status keanekaragaman hayati maritim yang kita miliki selama ini. Kerusakan terumbu karang terutama diakibatkan oleh kegiatan manusia, seperti penggunaan materi peladek, pen ggunaan sianida, untuk menangkap ikan, sedimentasi dan pencemaran. Pemnafaatan peluangterumbu karang tidak jarang hanya berpegang pada salah satu fungsi yang lain yakni selaku penyokong kehidupan dan sosial budaya.
2.3 Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
Keputusan Menteri negara lingkungan hidup Nomor : 04 tahun 2001 Tentang Kriteria baku kerusakan terumbu karang , beberapa aspek yang menyebabkan keruskan pada terumbu karang yaitu sebagai berikut:
1. Sedimentasi
Konstruksi di daratan dan sepanjang pantai, penambangan atau pertanian di kawasan pedoman sungai ataupun penebangan hutan tropis menyebabkan tanah mengalami abrasi dan terbawa lewat aliran sungai ke maritim dan terumbu karang. Kotoran-kotoran, lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan tidak jernih lagi sehingga karang tidak mampu bertahan hidup alasannya kurangnya cahaya. Hutan mangrove dan padang lamun yang berfungsi sebagai penyaring juga menjadi rusak dan mengakibatkan sedimen dapat meraih terumbu karang. Penebangan hutan mangrove untuk keperluan kayu bakar mampu merubah area hutan mangrove tesebut menjadi pantai terbuka. Dengan membuka tambak-tambak udang mampu merusak tempat penyediaan udang alami
2. Penangkapan dengan Bahan Peledak
Penggunaan materi peledak untuk penangkapan ikan oleh nelayan akan menimbulkan penangkapan ikan secara berlebihan, sehingga menjadikan tangkapan ikan akan berkurang dimasa berikutnya. Penggunaan Kalium Nitrat (sejenis pupuk) selaku bahan peledak akan menimbulkan ledakan yang besar, sehingga membunuh ikan dan merusak karang di sekitarnya.
3. Aliran Drainase
Aliran drainase yang mengandung pupuk dan kotoran yang terbuang ke perairan pantaiyang mendorong kemajuan algae yang akan menghambat pertumbuhan polip karang, meminimalkan asupan cahaya dan oksigen. Penangkapan secara berlebihan menciptakan masalah ini bertambah buruk alasannya adalah ikan-ikan yang biasanya makan algae juga ikuk tertangkap.
4. Penangkapan Ikan dengan Sianida
Kapal-kapal penangkap ikan kadang kala menggunakan Sianida dan racun-racun lain untuk menangkap ikan-ikan karang yang berguna. Metode ini acap digunakan untuk menangkap ikan-ikan tropis untuk akuarium dan sekarang dipakai untuk menangkap
ikan-ikan sebagai konsumsi restoran-kedai makanan yang menggunakan ikan hidup.
5. Pengumpulan dan Pengerukan
Pengambilan karang untuk digunakan sebagai bahan baku konstruksi atau dijual untuk cinderamata juga merusak terumbu karang. Demikian pula pengerukan dan pengeboman karang untuk konstruksi di daerah terumbu karang.
6. Pencemaran Air.
Produk-produk minyak bumi dan kimia lain yang dibuang di bersahabat perairan pantai, pada balasannya akan mencapai terumbu karang. Bahan-materi pencemar ini akan meracuni polip karang dan biota bahari lainnya. Kerusakan ekositem terumbu karang tidak terlepas dari kegiatan insan baiok di daratan maupun pada ekosistem peseisir dan lautan kegiatan manusia baik di daratan seperti industri, pertanian, riumah tangga akhir nya kana dapat ma imbulkan efek negatif bukan saja pada perairan tetapi juga pada ekosdistem terumbu karang atau pesisir dsan lautan.
Menurut Dahuri (2001) sebgaian besar materi pencemar yang ditemukan di laut berasal dari aktivitas manusia di daratan. Ssebagai acuan aktivitas pengelolaan pertanian dan kkehutanan yang buruk tridak saja merusak ekosistem sungai melaui banjir dan erosoi tetapi juga menyebabkan dampak negatif pada perairan pesisir dan lautan. Melalui penggunaan pupuk anrganik dan pestisida dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan telah mengakibatkan masalah besar bagi daerah pesisir dan lautan
Pada tahun 1972 penggunaan pupuk nitrogen untuk seluruh kegiatanpertanian di Indonesia sekitar 350.000 ton maka pada tahun 1990 jumlah tersebut berkembangmenjadi 1.500.000 ton . total penggunaan pestisida pada tahun 1975 sebanyak 2000 ton. Kemudian pada tahun 1984 mencapai 16.000 ton(dahuri et al. 2001)
Pengelolaan daerah rekreasi.
Pengelolaan tempat wisata di daerah pesisir yang tidak memperhatikan lingkungan, seperti penyewaan kapal, peralatan pemancingan dan penyelaman sering kali menimbulkan rusaknya terumbu karang. Pelemparan jangkar ke karang mampu merusak dan mematahkan terumbu karang. Para pelancong yang mengambil, menghimpun, menendang, dan berlangsung di karang ikut menyumbang terjadinya kerusakan terumbu karang.
8. Pemanasan global
Terumbu karang juga terancam oleh pemanasan global. Pemutihaan terumbu karang berkembangselama dua dekade terakhir, periode dimana bumi mengalami berulang kali suhu tepanas dalam sejarah. Ketika suhu bahari meningkat sangat tinggi, polip karang kehilangan algae simbiotik didalamnya, sehingga mengubah warna mereka menjadi putih dan karenanya mati. Pemanasan global juga mengakibat cuaca ekstrim sukar diperkirakan, seperti angin puting-beliung tropis yang dapat menimbulkan kerusakan fisik ekosistem terumbu karang yang sungguh besar. Meningkatnya permukaan laut juga menjadi bahaya serius bagi terumbu karang dan pulau-pulau kecil maupun atol.
Berbagai akhir kerusakan terumbu karang menyebabkan aneka macam macam dampak kerugian, diantaranya menurunnya produkdsi sumberdaya perikanan, mempercepat erosi pantai, dan menurunnya jumlah turis sebab menurunnya nilai estetika dan kein dahan terumbu karang.
Oleh sebab itu mempertahankan biar fungsi terumbu karang dalam mendukung sum berdaya hayati bahari secara berkesinambungan, perlu dilkaukan program kerja pengendalian kerusakan terumbu karang. Salah satu acara kerja tersebut adalah acara kampanye kenaikan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya fungsi terumbu dan proses-proses alami yang terjadi didalamnya.
Berbagai program penyadaran masyarakat terhadap kelestarian akosistem terumbu karang sudah dilakukan, swasta dan forum swadaya masyarakat. Namun hal ini sepertinya belum dirasa cukup, mengingat tingkat kemajemukan penduduk kita, sehingga deperlukan bentuk acara penyadaran penduduk dalam bungkus yang beragam.
Menurut Retraubun, A.S.W. (2002) terumbu karang memilki produktivitas organik yang tinggi. Secara biologis terumbu karang merupakan ekositem yang paling produktif di perairan tropis dan bahkan mungkin diseluruh ekosistem baik di laut maupun di daratan karena kesanggupan terumbu karang untuk menahan nutriennt dalam metode dan berperan selaku kolam untuk memuat segala masukan dari luar. Selain itu terumbu karang sehat memilki keanekaragaman spesies penghuninya dan ikan merupakan organisme yang jumlahnya terbanyak.
Tinggi produktivitas primer di peraiaran terumbu karang memungkinkan perairan ini sering merupakan daerah pemijahan , pengasuhan, dan mencari makan oleh kebanyakan ikan. Oleh karena itu secara otomatis produksi ikan din kawasan terumbu karang sungguh tinggi(Wikipwedia .2009)
Kerusakan terumbu karang yang disebablkan oleh insan harus sedapat mungkin di cegah, sebab akan sangat berefek pada terganggunya ekosistem lainya dan menurunnya buatan ikan yang meruapakan sumber protein hewani bagi manusia.
Visi peneglolaan terunmbu karang yaitu terumbu karang merupaka sumber perkembangan ekonomi yang mesti diatur dengan bijaksana, terpau dan berkesinambungan denga memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan melalui permberdayaan masyarakat
Beberapa upaya yang sungguh penting dalam dalam proses pelastarian disokong oleh beberapa aspek, faktor sosial, ialah meni ngkatkan kesadaran penduduk perihal pentingnya pengelolaan terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan. Aspek ekonomi, ialah mengembangkan pemanfaatan ekosistem terumbu karang secara efisien dan berkesinambungan.. Aspek kelembagaan yakni dengan membuat tata cara dan mekanisme kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien dalam merencananakan dan mengorganisir terumbu karang secara terpadu
Sebenarnya akar masalah kerusakan terumbu karang meliputi empat hal yakni,1) kemiskinan masyarakat dan ketiadaan mata pencarian alternatif, 2) Ketidaktahuan dan ketidaksadaran penduduk dan pengguna, 3) lemahnya penegakan aturan, 4) kebijakan pemerintah yang belum memberikan perhatian yang optimal dalam mengorganisir tata cara alami dan mutu lingkungan kawasan pesisir dan lautan utamanya terumbu karang.
Menurut F-G UGM – Bakosurtanal(2000). Beberpa upaya yang mesti dilakukan dalam pelestarian terumbu karang yang telah terlanjur adalah dengan pemulihan. Pemulihan kerusakan terumbu karang ialah upaya yang paling sulit untuk dilakukan, serta memakan biaya tinggi dan waktu yang cukup usang. Upaya pemulihan yang bisa dilaksanakan adalah zonasi dan rehabilitasi terumbu karang.
1. Zonasi
Pengelolaan zonasi pesisir bermaksud untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah rusak. Pada prinsipnya kawasan pesisir dipetakan untuk kemudian direncanakan strategi pemulihan dan prioritas pemulihan yang diperlukan. Pembagian zonasi pesisir mampu berupa zona penangkapan ikan, zona konservasi maupun yang lain sesuai dengan keperluan/pemanfaatan wilayah tersebut, disertai dengan zona penyangga alasannya adalah susah untuk membatasi zona-zona yang sudah ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang dapat dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak dapat diusik oleh acara penduduk sehingga dapat berkembang dan pulih secara alami.
2. Rehabilitasi
Pemulihan kerusakan terumbu karang mampu dilakukan dengan melaksanakan rehabilitasi aktif, seperti mengembangkan populasi karang, menghemat algae yang hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan karang.
a. Meningkatkan populasi karang
Peningkatan populasi karang mampu dilaksanakan dengan meningkatkan rekruitmen, ialah membiarkan benih karang yang hidup melekat pada permukaan benda yang higienis dan halus dengan pori-pori kecil atau liang untuk berlindung; menambah migrasi melalui transplantasi, serta menghemat mortalitas dengan mencegahnya dari kerusakan fisik, penyakit, hama dan persaingan.
b. Mengurangi alga hidup yang bebas
Pengurangan populasi alga mampu dilakukan dengan cara membersihkan karang dari alga dan meningkatkan hewan pemangsa alga.
c. Meningkatkan ikan-ikan karang
Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen, adalah dengan memajukan ikan herbivora dan merehabilitasi padang lamun selaku pelindung bagi ikan-ikan kecil; mengembangkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas jenis ikan favorit.
III. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang mampu diambil dari tulisan ini ialah :
- Terumbu karang merupakan organisme yang sangat peka kepada pergeseran –perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekeliling nya, dengan sifat nya menyebabkan organisme ini sangat rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh insan maupun secara alami
- beberapa aspek yang mengakibatkan rusak nya terumbu karanga yaitu, sedimentasi, penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan sianida,pengumpulan dan pengerukan,pemanasan global, pencemaran perairan laut dan manajemen kawasan eisata maritim yang tida lestari
- Beberapa upaya yang dilakukan dalam usaha pemulihan terumbu karang diantaranya ialah Zonasi, rehabilitasi, peningkatan ikan karang dan meminimalisir alga hidup yang bebas
DAFTAR PUSAKA;
- Dahuri R, Rais Y, Putra S, G, Sitepu, M.J, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta
- F-G UGM – Bakosurtanal. 2000. Pembakuan Spek Metodologi Kontrol Kualitas Pemetaan Tematik Dasar dalam Mendukung Perencanaan Tata Ruang. Yogyakarta.
- Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester
- Hanggono, A., Bambang K., Suhud, Rasjid A., dan Murad S. 2000.Pemanfaatan Data Satelit Penginderaan Jauh di Indonesia pada Tahun 2000. Seminar Internasional 11 – 12 April 2000. Jakarta.
- Konsorium CBM COREMAP. 2002. Laporan Akhir Perpanjangan II Pengelolaan Berbasis masyarakat Program COREMAP Di Kepulauan Senayang Lingga
- Mentri Negara Lingkungan Hidup. 2001. Tentang Kritaria Baku Kerusaka Terumbu Karang. Jakarta
- Pujiatmoko. 2009. Pembahasan restorasi terumbu karang di Indonesia. . 10 September 2009.
- Retraubun, A.S.W. 2002. Pulau-pulau Kecil di Indonesia. Data dan Masalah Pengelolaannya. Makalah Lokakarya dalam rangka Penetapan Luas Terumbu Karang, Panjang Pantai, dan Jumlah Pulau di Indonesia Berdasarkan Data Penginderaan Jauh. oleh COREMAP. LIPI.
- Thornbury, W.D. 1954. Principles of Geomorphology. 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc. New York.
- Wikipeedia. 2009. Terumbu karang .http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang#Terumbu_atau_Reef.3 September 2009
- Zuidam R. A. van. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. ITC, Enschede. The Netherlands..