Makalah Dakwah Islam Peran Suci Dan Mulia (Komunikasi Massa Dan Jejaring Sosial)

Makalah Dakwah Islam Tugas Suci dan Mulia dalam Mata Kuliah Komunikasi Massa dan Jejaring Sosial

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Islam yaitu agama yang sempurna dan diturunkan oleh Allah untuk menertibkan kehidupan. Akan tetapi, kesempurnaan pedoman Islam cuma merupakan ide dan angan-angan saja kalau pedoman yang sempurna itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jikalau fatwa itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh alasannya adalah itu, dakwah merupakan sebuah aktifitas yang sungguh penting dalam pedoman Islam. Dengan dakwah, Islam dapat dimengerti, dihayati, dan diamalkan oleh insan dari generasi ke generasi berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi insan yang mengamalkan Islam dan selanjutnya Islam akan lenyap dari permukaan bumi.

Berdakwah adalah tugas mulia dalam persepsi Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat sebaik-baik umat kepada umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassallam. Ada tiga bentuk dakwah adalah dakwah ekspresi, dakwah goresan pena, dan dakwah perbuatan. Selain itu, dakwah hanya dilakukan individual, tetapi perlu dikerjakan secara berjamaah lewat organisasi kemasyarakatan, Sasaran dakwah yakni keluarga terdekat, tetangga sekitar, dan khalayak umum.

Maka dalam makalah ini kami akan menerangkan tentang Nabi selaku pelaku utama dakwah, esensi dari dakwah, dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar serta menjelaskan bahwa tugas dakwah tiada hasilnya, dengan judul makalah “Dakwah Islam Tugas Suci dan Mulia”.           

  

  1. Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan problem makalah ini adalah selaku berikut :

1.    Bagaimana Nabi sebagaipelaku dakwah utama ?

2.    Bagaimana esensi dakwah ?

3.    Bagaimana dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar ?

4.    Apa maksud dari tugas dakwah tiada selesai ?

 

  1. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini ialah :

1.    Mengetahui Nabi sebagaipelaku dakwah utama.

2.    Mengetahui esensi dakwah.

3.    Mengetahui dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar.

4.    Mengetahui maksud dari tugas dakwah tiada selesai.

 

  1. Manfaat Penulisan

            Supaya kami dan para pembaca mampu mengetahui serta mengerti bahwa Nabi ialah selaku pelaku dakwah utama, bagaimana esensi dakwah, dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar serta peran dakwah ialah peran tiada selesai.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Nabi Selaku Pelaku Dakwah Utama

Nabi ialah seorang yang diberi wahyu oleh Allah untuk melanjutkan syari’at yang diemban oleh rasul sebelumnya. Berbeda dengan rasul yang membawa risalah (syari’at) gres. Al-Qur’an menyebut beberapa orang selaku nabi. Nabi pertama yaitu Adam, sedangkan nabi sekaligus rasul terakhir ialah Nabi Muhammad. Percaya kepada para nabi dan para rasul merupakan salah satu Rukun Iman dalam Islam. Dalam Islam terdapat banyak nabi, yang sebagian besarnya termasuk kalangan nabi dari kelompok Bani Israel atau para nabi dari keturunan Israel (Ya`qub) semisal Yusuf, Musa, Sulaiman, Yunus dsb. dan jumlah nabi yang harus diketahui sesuai yang disebut dalam Al-Alquran yakni 25 nabi dengan 4 di antaranya merupakan penerima Kitab suci.

Maka bahwa Nabi merupakan pelaku dakwah utama dengan terjadinya kejadian turunya wahyu terhadap Nabi Muhammad SAW. Seorang malaikat delegasi Allah datang kepada Nabi Muhammad seraya membawa wahyu pertama yang sangat sakral, berbentuksurat Al-‘Alaq ayat 1-5. Dengan turunnya 5 ayat tersebut Nabi Muhammad secara suci diutus sebagai delegasi Allah SWT dan ditugaskan membuatkan dakwah yang berisi aliran Islam terhadap umat manusia. Salah satu kunci utama kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW yakni budbahasa ia sebagai uswah hasanah/ suri tauladan yang bagus.

Dalam artian eksistensi Nabi Muhammad SAW tak hanya selaku da’i yang hanya menyeru manusia terhadap norma-norma Islam, tetapi beliau juga sebagai pelaku dalam dakwahnya sendiri. Selain itu empat sifat yang ia miliki seperti (jujur) sidhiq, (dapat diandalkan) amanah, (memberikan) tabligh dan (pintar) fathanah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang di sekelilingnya untuk memeluk dan mengenal agama Islam lebih dalam. Tak hanya disanjung oleh umatnya, ternyata banyak juga akreditasi akan sifat baik Nabi Muhammad yang diungkapkan oleh orang-orang lintas agama.

Salah satunya di kurun kekinian terdapat nama Michael H. Hart, salah seorang penulis sejarah asal Amerika yang mengategorikan Nabi Muhammad selaku urutan pertama dari seratus tokoh yang paling besar lengan berkuasa dalam sejarah. Hal ini selaku gambaran dari betapa suksesnya efek Dakwah Nabi Muhammad Saw. Menurut Ibnu Hisyam dalam bukunya menerangkan bahwa secara garis besar pada permulaan lahirnya Islam, dakwah Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : dakwah secara sembunyi-sembunyi, dakwah terperinci-terangan dan tahapan dakwah di luar Mekah.

 

  1. Esensi Dakwah

Berdakwah yakni peran mulia dalam persepsi Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat sebaik-baik umat kepada umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassallam. Ada tiga bentuk dakwah yaitu dakwah ekspresi, dakwah goresan pena, dan dakwah tindakan. Selain itu, dakwah hanya dilaksanakan perorangan, namun perlu dilaksanakan secara berjamaah melalui organisasi kemasyarakatan, Sasaran dakwah ialah keluarga terdekat, tetangga sekitar, dan khalayak lazim.

  Makalah, Aturan Perdata Atau Yurisprudensi

Esensi dakwah yaitu bagaimana mengirimkan manusia menemui kebahagiaan hidup, dunia dan darul baka. Namun manusia dihadapkan pada dua kecenderungan dalam dirinya adalah, kebaikan dan keburukan. Potensi kebaikan itu dapat digali dan dimasak hanya dengan ilmu ihwal nilai-nilai kehidupan. Sebaliknya kebodohannya akan nilai-nilai kehidupan menciptakan insan terjebak dalam kerusakan.

Disinilah dakwah diharap mampu menyadarkan manusia akan arti hidupnya, memperlihatkan kemana harus melangkah dan bagaimana memaknai serta menyikapi setiap insiden yang beliau hadapi. Maka dakwah hendaknya menyentuh teladan “berpikir” dan “berasa” seseorang, biar dia merasa bahwa hidup ini tidak sia-sia, supaya dia mampu memahami dan memberi nilai pada kehadirannya di dunia.

Cara menyampaikan dakwah hendaknya menggunakan tata cara yang sempurna dan sesuai situasi dan kondisi baik itu individu, kelompok, maupun masyarakat luas. Agar semua pesan-pesan yang tersampaikan mudah diterima oleh oranglain. Dengan begini, apa yang kita suarakan mampu diterima dan disertai dengan baik.

Berdasarkan pengalaman dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam ketika berdakwah. Bukannya menerima sambutan hangat dari orangnya karena kedatangan seorang manusia yang paling agung, justru sebaliknya, menerima tekanan yang amat sangat mengenaskan sekali, dilempari kerikil, diusir tanpa ampun, bahkan sebagian anggota badan Nabi sampai berdarah-darah, tergolong bab kepala dan paras ia. Begitupun para Sahabat yang senantiasa menolong Nabi pun tidak lepas dari tumbukan kerikil-kerikil yang terbang di udara yang menyebabkan pendarahan yang tidak terelakkan lagi.

Tapi apakah Nabi lalu balas dendam? Atau para Sahabat ingin melawan mereka dengan mengerahkan pasukan dari Madinah karena telah melukai Nabi? Sama sekali tidak! Tidak pernah terbersit dalam pikiran para Sahabat apalagi Nabi untuk melakukan serangan akhir, sebab misi mereka bukan perang, tetapi misi mereka sangatlah mulia, ialah dakwah. Dalam hal ini, dakwah kepada orang yang benar-benar tidak tahu Islam sama sekali.

Begitulah bagaimana cara berdakwah Nabi kepada orang-orang yang belum tahu Islam, atau cuma tahu Islam dari media yang akhirnya hanya mendiskreditkan Islam. Inilah pentingnya untuk mengirim para ulama ke pelosok-pelosok dan melaksanakan pendekatan terhadap orang-orang borjuis dan elit melalui dialog. Sehingga mereka tidak salah kaprah memandang Islam selaku agama yang hening, santun dan beradab.

Kaprikornus dakwah membuat kita mampu memandang kehidupan dengan jernih, hidup ini bermakna. Kehadiran sesuatu yang indah dalam hidup seseorang, menjadikan perjalanan hidupnya sarat warna, harmonis, ada rasa lezat yang memuaskan hati, ada suatu makna hidup dan perasaan haru yang mendalam, yang sering kali membawa kita pada suatu perasaan yang rendah hati, dan semangat hidup, sehingga kehidupannya tetap bertahan secara inovatif, tanpa dihancurkan oleh rasa putus asa. Dengan kesadaran itu kita akan berani menghadapi hidup.

Esensi dakwah yakni mengingatkan, membimbing dan mengajak manusia untuk:

1)        Berbuat baik dalam segala hal sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya;

2)        Meninggalkan segala hal yang dihentikan dan bertentangan dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya; dan

3)        Mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Memahami esensi dari dakwah sering dimaknai sebagai upaya untuk menunjukkan solusi Islam terhadap banyak sekali persoalan dalam kehidupan.

Masalah kehidupan tersebut mencakup seluruh faktor, mirip aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, sains, teknologi, dan sebagainya. Untuk itu dakwah haruslah dibungkus dengan cara, metode dan konten yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, aktual dan kontekstual. Aktual dalam arti mampu memecahkan masalah kekinian dan hangat di tengah penduduk . Faktual dalam arti kongkrit dan faktual, sedangkan kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.

 

  1. Dakwah dan Kaitannya dengan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

Dakwah mempunyai kaitan dengan amar ma’ruf dan nahi munkar, sebagaimana bahwa dakwah merupakan acara mengajak kebaikan menuju jalan yang benar, dengan menjalankan kebajikan dan meninggalkan kejelekan semoga menerima kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana dalam QS. Ali-Imran : 110 perihal dakwah amar ma’ruf dan nahyi munkar,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kalian yakni umat yang terbaik yang dilahirkan untuk insan, memerintahkan terhadap yang ma’ruf, dan menghalangi dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Dalam tafsir Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) perihal QS. Ali-Imran :110, bahwa kalian itu (wahai umat Muhammad), yaitu sebaik-baik umat dan orang-orang yang paling berguna bagi sekalian insan, kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf, yaitu segala yang dimengerti kebaikannya berdasarkan syariat maupun akal, dan kalian melarang kemungkaran, yakni segala yang dimengerti keburukannya menurut syariat maupun nalar, dan beriman kepada Allah dengan keimanan mantap yang dikuatkan dengan amal tindakan faktual. Seandainya andal kitab dari golongan Yahudi dan Nasrani mau beriman terhadap Muhammad dan terhadap risalah yang dia bawa terhadap mereka dari segi Allah, sebagaimana kalian sudah beriman kepadanya, pasti itu akan benar-benar lebih baik bagi mereka di dunia dan alam baka. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman, membenarkan risalah Muhammad lagi mengamalkannya, tetapi jumlah mereka sedikit. Sedangkan pada umumnya dari meraka adalah orang-orang yang keluar dari aliran agama Allah dan ketaatan terhadap-Nya.

  Pembatasan Makanan Pada Balita Gizi Jelek

Amar Ma’ruf Nahi Munkar yakni jihad yang hendak terus dijalankan oleh seorang muslim, karena ialah salah satu pokok dasar tegaknya peradaban Islam yang tak mungkin tercapai tanpa adanya syariat Al-Amru bil Ma’rufi wan Nahyu ‘anil Munkari. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan poros bagi Islam, salah satu argumentasi kuat argumentasi Allah ‘azza wajalla mewakilkan para Nabi dan Rasul, dan selaku dalil kesempurnaan Iman, kebaikan Islam serta merupakan belakang layar kemuliaan umat ini, yang dimana dalam firman Allah QS. Ali-Imran : 110 diatas.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi tanda keamanan kehidupan, sebagai jaminan kebahagiaan individu dan komunitas, menegakkan makna-makna kebaikan dan keshalihan umat, menetralisir faktor-aspek yang menghancurkan dan aspek-aspek yang memperkeruh kehidupan.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar menyelesaikan persoalan demi duduk perkara sehingga umat mencapai titik keselamatan dan kebahagiaan, dan menciptakan suasana keshalihan dengan akhlak dan keistimewaan, menutupi celah-celah kemunkaran dan keburukan, meniadakan angan-angan yang menjadi sumber syubhat.

Keberadaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk pola pikir seorang muslim untuk “rakus” kepada akhlak-etika dan keutamaan yang menjadi sumber kemuliaan umat ini, menyebabkan itu semua sebagai aksara diri dan kekuasaan yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan sebuah kekuatan, lebih adikuasa dibandingkan dengan Qanun, membangkitkan rasa ukhuwah, saling peduli, saling tolong menolong atas kebaikan dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama yang lain. Dan amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah yang mau menjadi penyebab hadirnya pemberian dan tamkin di dunia, dan menjadi saluran kebahagiaan dunia dan akhirat. (Mausu’ah Nadhrah An-Na’im, 3/539).

Seandainya bagian Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan segala kompleksitasnya ini ditutup, proses mengilmui dan mengamalkannya dianggap enteng, maka itu akan menggugurkan esensi dibandingkan dengan kenabian, akan melenyapkan esensi beragama, akan membumikan kelemahan, mengembangkan kesesatan, melestarikan kebodohan, menguatkan daya rusak, membesarkan lubang kehancuran, merobohkan tatanan bernegara, menghancurkan esensi penghambaan, dan akan terus terasa sampai akhir zaman. (Ihya ‘Ulumuddin, 2/306)

Inilah kenapa Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi pokok dasar dalam agama dan menjadi tiang penegak yang kuat bagi umat Islam, menjadi esensi kekhalifahan yang diamanahkan oleh Rabb Semesta Alam, dan menjadi maksud yang terbesar dari diutusnya para Nabi. Sehingga ini menjadi keharusan seluruh insan, baik secara individu dan komunitas (jamaah) sesuai dengan kemampuan dan kondisi.

 

  1. Tugas Dakwah Tiada Akhir

Tugas dakwah disini adalah sesuatu yang mesti dilakukan dan beliau merupakan bagian tak terpisahkan dari dakwah. Berbicara dilema peran dakwah dalam fatwa Sayyid Quthub, hal ini mampu dilihat pada goresan pena A. Ilyas Ismail yang menyampaikan: berdasarkan Quthub, ada tiga tugas dan fungsi dakwah, Pertama : menyampaikan kebenaran Islam (Al–Tabligh wa al-bayam), kedua : melaksanakan pemberdayaan nilai-nilai islam (Al amr bi al-ma’ruf) dan control sosial (Al Nahyi al-munkar), ketiga : menumpas kejahatan lewat perang suci (Al jihad fi sabil Allah).

Tugas memberikan kebenaran (tabligh) mirip yang tercantum dalam QS. Al Maidah ayat 67 yaitu perintah Allah terhadap Rasul untuk memberikan kebenaran. Dalam ayat tersebut, Allah menyuruh nabi semoga melaksanakan tabligh dengan sebaik mungkin. Nabi diperintahkan semoga mengamati dua prinsip yang berhubungan dengan materi tabligh. Dua prinsip tersebut berdasarkan Sayyid Quthub yaitu, Pertama, bahwa kebenaran yang disuguhkan lewat tabligh harus sempurna dan utuh tidak parsial. Kedua, bahwa kebenaran yang disampaikan lewat tabligh, khususnya menyangkut aqidah, mesti tegas dan jelas yaitu bahwa aqidah islam itu mesti dibedakan secara jelas yaitu bahwa aqidah islam itu harus dibedakan secara jelas dengan aneka macam keyakinan lain yang sesat dan menyimpang.

Amar ma’ruf dan nahi munkar selaku suatu yang dibutuhkan menurut syariat Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran: 110, menerangkan bahwa sebagai umat Islam terbaik berkewajiban melakukan tiga hal, Pertama, amar ma’ruf menyuruh insan kepada kebaikan. Menurut Sayyid Quthub ma’ruf yaitu usaha menanamkan dan membudayakan nilai-nilai Islam dalam kenyataan individu, keluarga dan penduduk . Kedua, nahi munkar mencegah insan dari kemungkaran. Menurut Sayyid Quthub, munkar yakni system dan tata nilai jahiliah, adalah system budaya dan tata nilai yang bersumber dari pemikiran yang menolak ketuhanan Allah SWT. Ketiga, Iman terhadap Allah Swt, Ini merupakan dasar dari peran amar ma’ruf dan nahi munkar. Menurut Sayyid Quthub, kepercayaan mesti menjadi pusat orientasi dari setiap aktivitas Khairun ummah. Dengan demikian mampu dimengerti bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pemahaman ini dimaksudkan untuk mempertahankan kelancaran dan pertumbuhan masyarakat Islam.

  Desain Tata Cara Berita

Dalam persepsi Sayyib Quthub, jihad dalam arti perang suci atau perang di jalan Allah, merupakan salah satu peran dan fungsi dakwah seperti tabligh, amar ma’ruuf dan nabi mungkar, jihad juga merupakan kewajiban bagi kaum muslim utamanya bagi para da’i. Dakwah selaku usaha merealisasikan system Allah dalam kehidupan insan menggantikan

semua system yang ada tentu tidak cukup cuma dengan tabligh dan bayan saja, Betapapun dakwah memerlukan jihad. Keharusan jihad melawan penghambat dakwah di maksudkan supaya kebebasan agama dan keamanan orang- orang yang menemukan petunjuk Allah dapat di lindungi. Maksud lain supaya manusia tidak terhalang dari kebaikan umum yang di Islam. Di samping itu jihad dimaksudkan supaya sistem Allah mampu di wujudkan dalam kehidupan umat manusia. Atas dasar ini, maka kaum muslimin harus merusak dan melawan setiap kekuatan dan kekuasaan yang menghalangi dan menghalang-halangi kegiatan dan kegiatan dakwah.

Maka dari ketiga tugas dakwah tersebut mampu ditarik kesimpulan, bahwa dakwah ialah peran tiada akhir, selama kita masih hidup didunia, kita sebagai umat muslim mempunyai tugas atau amanah untuk terus berdakwah dengan menyampaikan kebenaran, mengajak umat insan berbuat kebajikan dengan meninggalkan hal yang munkar dan memiliki tekad dan niat untuk senantiasa berjihad di jalan Allah SWT.





BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah :

1)        Seorang malaikat delegasi Allah datang kepada Nabi Muhammad seraya menenteng wahyu pertama yang sangat sakral, berupa surat al-‘Alaq ayat 1-5. Dengan turunnya 5 ayat tersebut Nabi Muhammad secara suci diutus sebagai utusan Allah SWT dan ditugaskan membuatkan dakwah yang berisi aliran Islam kepada umat manusia. Salah satu kunci utama kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah adab beliau selaku uswah hasanah/suri tauladan yang baik. Dalam artian eksistensi Nabi Muhammad tak hanya sebagai da’i yang hanya menyeru insan terhadap norma-orma Islam, tetapi dia juga sebagai pelaku dalam dakwahnya sendiri.

2)        Esensi dakwah yaitu mengingatkan, membimbing dan mengajak manusia untuk :

a.         Berbuat baik dalam segala hal sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya;

b.        Meninggalkan segala hal yang tidak boleh dan bertentangan dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya; dan

c.         Mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Memahami esensi dari dakwah sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam kepada berbagai duduk perkara dalam kehidupan.

3)        Keberadaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk acuan pikir seorang muslim untuk “rakus” kepada adab-adab dan keutamaan yang menjadi sumber kemuliaan umat ini, menjadikan itu semua selaku karakter diri dan kekuasaan yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan sebuah kekuatan, membangkitkan rasa ukhuwah, saling peduli, saling tolong menolong atas kebaikan dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama yang lain. Dan amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah yang mau menjadi penyebab hadirnya tunjangan dan tamkin di dunia, dan menjadi susukan kebahagiaan dunia dan alam baka. (Mausu’ah Nadhrah An-Na’im, 3/539)

4)        Bahwa dakwah merupakan tugas tiada akhir, selama kita masih hidup didunia, kita sebagai umat muslim memiliki tugas atau amanah untuk terus berdakwah dengan memberikan kebenaran, mengajak umat manusia berbuat kebajikan dengan meninggalkan hal yang munkar dan memiliki tekad dan niat untuk selalu berjihad di jalan Allah SWT.

 

  1. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat berfaedah bagi para pembaca dan kami selaku pembuat makalah. Serta dengan dibuatnya makalah, kami meminta nasehat kepada para pembaca untuk mengoreksi apabila ada kesalahan dalam sistematika penulisan dan isi pembahasan pada makalah.








DAFTAR PUSTAKA

Administrator. (2019, November 22). Inilah Hakikat dan Esensi Dakwah yang Wajib Diketahui. Retrieved from Umroh.com: https://umroh.com/blog/inilah-hakikat-esensi-dakwah-yang-perlu-kamu-tahu/

Ali, H. B. (2014). Tugas Dan Fungsi Dakwah Dalam Pemikiran Sayyid Quthub . Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, 126-132.

Fajar, S. (2020). Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Urgensi, Dalil, Fleksibilitas Hukum, dan Konsep Dasar Praktik Penerapannya. Retrieved from dakwah.id: https://www.dakwah.id/amar-maruf-nahi-munkar-urgensi-dalil/

Lampung, W. R. (2018, Juni 29). Esensi Dakwah Islam Wasathiyah. Retrieved from NU Online: https://www.nu.or.id/post/read/92288/esensi-dakwah-islam-wasathiyah

Nabi. (2020, Maret 20). Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Nabi

Alquran Surat Ali ‘Imran Ayat 110. (n.d.). Retrieved from tafsirweb: https://tafsirweb.com/1242-quran-surat-ali-imran-ayat-110.html

 

Disusun oleh :
– Dwi Damayanti
– Indah Siti Nurazizah
– Fitria Nur Hasannah