Lumbung Padi Orang Daya

Pada penduduk dayak di Kalimantan, secara khusus di Kalimantan Barat, diketahui dengan budidaya padi yang diperkenalkan sebelum dan pada abad Orde Baru sebagai padi sawah, dan serta pada abad kolonial lekat dengan padi ladang.

Yang dapat dipahami pada periode panen yang mereka dapatkan akan dikenali dengan berbagai kebudayaan yang menempel pada penduduk dayak di pedesaan, dan perkotaan yang masih bersahabat dengan budaya menanam padi.

Mereka menanam padi dengan aneka macam bentuk rasa syukur mereka terhadap kebudayaan mereka yang begitu dijunjung tinggi selaku bab dari faktor kepentingan mereka untuk di konsumsi. Pada kurun itu, tepatnya pada kurun pemerintahan, beras di Kalimantan menjadi bagian dari subsidi bagi masyarakat di Indonesia.

Sedangkan, yang unik pada orang Dayak perihal penamanan padi terutama daerah menyimpannya dimengerti sebagai tempat lumbung / Dango padi yang yaitu tempat menyimpan padi sehabis panen. Naik Dango yaitu upacara adat menaikan padi ke atas dango untuk disimpan.

Pemilik Padi tersebut sehari-hari sebagai setelah panen upacara ritual Naik Dango, dan diadakan selaku rasa syukur kepada Jubata Tuhan  Yang Maha Esa atas Hasil panen yang melimpah, dan sebagai upacara Naik Dango yang dikerjakan secara turun temurun.

Berbagai ritual yang dibuat oleh masyarakat dayak, akan dikenali di rumah radank merupakan kawasan untuk melakukan ritual sebagai symbol dari kebudayaan orang dayak. Hasil panen yang mereka peroleh akan menjadi dari potensi alam yang mereka buat secara turun temurun dengan keadaan alam sesuai dengan faktor kebudayaan mereka.

  Kehidupan Budaya, Pembentukan Perkotaan Pada Daerah Tionghoa Pontianak 1993